Jumat, 21 Januari 2011

THE THIRD ROOM part 1

THE THIRD ROOM


Genre : Thriller, Horror, Romance

Rated : PG 17

Cast :
Kang Hea In (author)
Noh Min Woo
Kim Nam Gil

Disclaimer : All character are belongs to themselves.
Author hanya meminjam performance mereka sebagai bagian dari fict ini.

******************************

Malam… jam 20.22

“ffiuhhh…”keluhku saat kudaratkan tubuhku di sofa ruang tamu apartemen kami yang empuk, rasanya penat sekali hari ini setelah bekerja seharian. Aku bekerja sebagai asisten pengacara di salah satu kantor firma hukum di Seoul. Kurebahkan kepalaku di sandaran sofa dan mengistirahatkan mataku…

Drrttt..drttt.. hp ku berbunyi..

“yoboseyo..” jawabku

“jagiya..kau sudah pulang” suara dari seberang sana, pria yang sekarang jadi suamiku Noh Min Woo

“ne, kau pulang malam lagi” tebakku, Min Woo memang selalu pulang malam 2 minggu terakhir ini.

“ne jagiy, aku harus merekam ulang demoku malam ini di studio” Min Woo memang sedang meniti karier sebagai pemain band, dan dia sedang mengerjakan demo untuk dikirimnya ke beberapa perusahaan rekaman.

“baiklah,jangan terlalu malam jagiy”


“ne, sampai nanti, saranghe” balas Min Woo, dan langsung kututup hpku diletakkan sembarangan di sampingku diatas sofa, kuedarkan mataku menatap apartemen kami yang lumayan kecil dan sedikit tak terawat. Kami baru saja pindah 1 bulan yang lalu, sebagian barang-barang kami masih berada dalam dus besar belum sempat repacking karena kesibukan kami.

Baru dua tahun aku menjalani pernikahan dengan Min Woo, aku sudah berpacaran dengannya ketika masih kuliah di universitas Hansung selama 2 tahun, aku mengambil fakultas hukum dan Min Woo mengambil fakultas seni jurusan musik.

Ditahun ke dua hubungan kami, aku mengalami kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuaku mereka tidak bisa selamat setelah mobil kami menabrak pembatas jalan dan terjun bebas ke jurang sedalam 50 meter, aku selamat dan hanya mengalami gegar otak. Duniaku serasa runtuh saat aku bangun dari pingsanku selama 4 hari dan mengetahui kenyataan bahwa aku telah menjadi yatim piatu, rasanya aku ingin mati dan menyusul mereka.

Tapi aku masih memiliki Min Woo, dia begitu perhatian dan mencintaiku dan tiba-tiba saja dia melamarku dan memintaku untuk menikah dengannya, seminggu setelah pemakaman kedua orang tuaku. Aku memang tidak punya pilihan lain, hanya Min Woo yang kumiliki di dunia ini, tapi pernikahan kami tidak semulus jalan tol. Orang tua Min Woo menentang pernikahan kami hanya karena aku sebatang kara, tapi Min Woo tetap pada keputusannya untuk menikah denganku. Sehingga ia meninggalkan keluarganya dan mencoba hidup sendiri tanpa bantuan mereka. Min Woo berasal dari keluarga kaya, sedangkan aku hanya dari keluarga menengah, berbekal dari uang dari asuransi atas kecelakan kedua orang tuaku, kami pun mulai mencoba bertahan hidup membiayai sendiri kuliah kami yang hanya tinggal 4 semester dan menyewa sebuah apartemen yang nyaman.

Waktu pun berlalu cepat dan persediaan tabungan kami menipis.. walaupun kami berdua bekerja tapi tetap saja tidak cukup untuk melanjutkan menyewa apartemen di tengah kota Seoul. Akhirnya kami memutuskan pindah ke pinggiran kota Seoul di distrik Hwangjeon dan menyewa apartemen semurah mungkin karena Min Woo memerlukan sisa uang tabungan untuk membeli mobil yang akan kupakai sendiri, mengingat kantor baru tempatku bekerja cukup jauh jaraknya dengan rumah baru kami, sedangkan Min Woo sudah mempunyai mobil sendiri.

Dan akhirnya disinilah kami, gedung apartemen yang lumayan tua tapi cukup nyaman bagi kami walaupun kondisinya kurang terawat tapi hanya inilah yang sesuai dengan kantong kami. Memang ada beberapa kamar yang kosong tak berpenghuni membuat kondisi gedung ini suram, tapi kami tidak mempermasalahkan, yang penting kami punya tempat tinggal untuk sementara ini.

Jam 22.00

Tidak terasa 1 ½ jam aku tertidur di sofa ini, bunyi berisik di kamar sebelah membangunkanku. Kulirik jam dinding,

“jam 10 malam, minu belum pulang” gumamku, kadang aku memanggilnya minu sebagai nama kecilnya, akhirnya aku beranjak menuju kamarku untuk membersihkan tubuhku dan mandi air hangat…

Kunyalakan shower dan mulai mandi, beberapa saat kemudian aku sayup-sayup mendengar suara pintu kamarku terbuka..

“apa minu sudah pulang?” pikirku, lalu aku melanjutkan mandiku, dan

BRAKK,, suara pintu kamar menutup dengan kencang, membuat aku kaget dan langsung kumatikan shower untuk mendengarkan lebih jelas.

“sreeeekkk---pelan” kudengar lagi pintu terbuka --- cukup sudah, aku keluar dari ruang shower, mengambil handuk lalu kulilitkan pada tubuhku dan menuju pintu kamar mandi dan keluar… aku memutar handle pintu kamar mandi dan pintupun terbuka mengarah lurus ke pintu kamar tidur… tepat setelah aku membuka pintu, aku melihat sekelebat bayangan putih lewat dan menghilang cepat. Jantungku berhenti sesaat karena sangat terkejut, tapi buru-buru kutepis,

“mungkin salah lihat” pikirku, lalu aku keluar kamar tidur dan melihat pemandangan sekeliling. Semua sepi seperti awalnya,

“berarti minu belum pulang, lalu siapa yang membuka dan menutup pintu??” batinku memaksa aku berpikir nyata, dan sekelebat bayangan putih itu cukup membuat bulu kudukku merinding –Takut—

Angin berhembus kencang dari jendela ruang tamu sekaligus ruang makan yang sempit, akhirnya aku menemukan sumber keributan yang diakibatkan suara pintu tadi –Angin—       

 “ya, angin membuat pintu menutup dan membuka kembali” hiburku menenangkan diri, lalu kututup jendela itu.

Aku mulai membaringkan tubuhku dan memejamkan mata. Baru saja aku tertidur, tiba-tiba suara gaduh itu lagi, dari kamar sebelah.

“keluarga biang keributan” keluhku, tapi suara itu sangat dekat seperti berada di sampingku, suara yang sedang mengetuk-ngetuk ringan di tembok gypsum yang memisahkan kamar tidur kami dan kamar mandi.

Aku benar-benar terganggu dan cepat kumiringkan kepalaku untuk melihat ke arah suara, dan… kulihat--- seorang.. bukan.. sesosok…mengetuk-ngetuk tembok di sampingku…sosok yang sedang duduk membelakangiku…sangat aneh…dan sangat mengerikan dengan rambut panjangnya yang tidak beraturan juga baju putih yang kumal…

Aku membelalakan mataku sesaat kemudian menutup mata dan membuka mataku kembali berharap sosok itu hanya bayanganku saja---tapi ia nyata dan sosok itu seolah menyadari aku memperhatikannya, kemudian perlahan dia membalikkan tubuhnya…menoleh ke arahku… dan

“hah..hah..hah” tiba tiba ku terbangun dengan nafas tersengal-sengal, seolah-olah telah marathon ratusan kilo, aku bangkit duduk dari tidurku, memegang dadaku, merasakan jantungku berdetak kuat dan cepat, peluh membasahi dahiku. Ternyata… aku mimpi buruk.

Jam 02.15

Kulirik jam yang diletakkan di atas meja ranjang di samping Min Woo, yang sedang tertidur pulas. Sama sekali tidak terganggu dengan mimpi burukku dan semua gerakanku. Aku tidak tahu Min Woo pulang ke rumah jam berapa, yang jelas dia telah tertidur disampingku dan itu membuatku sedikit lega--- melupakan sejenak mimpi burukku.

Aku berbaring disampingnya, memiringkan tubuhku agar aku bisa menatap wajahnya—masih tertidur—aku menatapnya lekat-lekat, wajah tampannya, agar aku bisa melupakan wajah yang kulihat dalam mimpiku.

Tiba-tiba Min Woo bergerak, membuka matanya dan melihatku sedang menatapnya.. dia tersenyum melihatku dan aku membalasnya. Aku langsung merapatkan tubuhku agar berada dalam pelukannya, Min Woo membalasku dengan merangkulku. Kami pun tertidur…

Jam 07.30

“ttiiiiiittttt…..” suara teko air memberi tanda bahwa sudah mendidih, langsung kumatikan kompor dan kutuangkan dalam cangkirku yang berisi teh dan aku bersiap untuk sarapan sederhana berupa roti isi selai kacang.

Kulihat Minwoo sudah terbangun, berjalan sempoyongan menuju ke arah dapur kecil kami, sambil menguap. Aku suka melihat minwoo seperti itu sangat natural dan seperti anak kecil.

“pagi..jagiyy,,” sapanya sambil mencium pipiku, lalu menarik kursi di depanku dan duduk, memperhatikan diriku yang bangkit berdiri, mengambil cangkir dan menuangkan teh untuknya.

“mau kubuatkan roti juga, Minu” tanyaku

“ani..nanti saja, aku belum lapar” jawab Minu, meniup-niup air teh dalam cangkir yang asapnya masih mengepul, lalu meminumnya perlahan.

“kau kelihatan pucat jagiyy, apa kau sakit?” tanyanya

“aniyo, mungkin hanya kelelahan. Apa jadwal manggungmu sudah fix?” tanyaku, Min Woo memang sesekali tampil di club bersama bandnya setiap weekend menjelang. Hari ini adalah hari jumat, pasti dia akan perform disana.

“yup… kau temani aku ya.. nanti aku jemput sebelum ke club” pinta Min Woo

“jemput di rumah saja jagiy, aku kerja setengah hari sekarang, aku akan re-packing barang-barang kita. Sangat berantakan sekali, tidak nyaman melihatnya lagipula cucian kita banyak sekali” jawabku sambil mengeluh.

Memang benar, pindah rumah sangat melelahkan, lagipula aku termasuk orang yang anti berantakan. Semua harus rapi sempurna. Dan hari ini aku telah menetapkan sebagai laundry day, mengingat baju kotor milikku dan Min Woo sudah menumpuk.

“tenang saja jagiy, aku akan membantumu” jawab Min Woo santai. Tapi aku tahu rasanya itu tidak mungkin, siang hari nanti ia harus bekerja part time di sebuah sanggar musik untuk mengajarkan main piano disana. Aku tahu dia hanya basa-basi dan menenangkan diriku.

“Tidak usah, aku tahu kau akan pergi ke sanggar kan nanti siang?” Min Woo menyunggingkan senyum lebar setelah mendengar kata-kataku. Akupun membalas senyumannya. Aku melirik jam dinding..

Jam 07.45

Terlambat, aku harus segera pergi.. aku berniat mencuci tanganku di wastafel dapur, tapi sialan…

“mampet lagi jagiy, airnya tidak keluar, parah kalau begini” keluhku lagi sambil menepuk-nepuk kerannya berharap ada air yang keluar. Min Woo beranjak dari duduknya dan memeriksa kedaan wastafel.

“nanti aku periksa, sebaiknya kau pergi sekarang nanti terlambat ke kantor” sarannya, aku menurut dan berniat ke kamar mandi untuk mencuci tanganku.

Saat memasuki kamar, aku tiba-tiba teringat mimpi burukku tadi malam, dan secara refleks aku melirik tempat sosok itu berada dalam mimpiku… dan aku melihatnya!!!

“aaawww….!!” Jeritku

Min Woo berlari menuju kamar, segera setelah mendengar aku menjerit…

“ada apa??” tanya Min Woo terkejut


To Be Continued 

By Author Mila

Tidak ada komentar:

Posting Komentar