Sabtu, 10 September 2011

Is This Love -Chap 9-


Chapter 9




-Seoul Medical Centre-


Karena aku tak ingin kehilanganmu!

Kata-kata itu terus saja bercokol di benak Hea-in. Ia sempat terpaku selama beberapa saat, setelah mendengar Taec-yeon berkata begitu, masih juga terasa olehnya bagaimana jantungnya berdetak liar karena mendengarnya. Walaupun ia akhirnya bisa mengendalikan diri dan bersikap seolah kata-kata Taec-yeon itu sama sekali tidak mengganggunya. Dia pasti sedang mencoba mempermainkan aku lagi, pikir Hea-in. Tapi, bila mengingat ekspresi serius yang diperlihatkan Taec-yeon kala mengatakannya, membuat Hea-in ragu.

“Kak, aku haus!” Hyo-jin tiba-tiba terbangun dan merengek membuat Hea-in menghentikan pikiran-pikiran tentang Taec-yeon yang sedang mengganggunya.

Ia beranjak mengambil botol air minum di atas lemari besi di sebelah tempat tidur Hyo-jin dan menyodorkannya pada adiknya itu. “Bagaimana keadaanmu? Apa sendimu masih terasa nyeri?” Hea-in bertanya pada adiknya.

Hyo-jin menggeleng, “Kau sedang tak enak badan kak?” Hyo-jin balas bertanya seraya memperhatikan ekspresi wajah Hea-in yang terlihat letih.

“Tidak, aku baik-baik saja,” elak Hea-in sembari menggeleng.

“Maafkan aku kak, gara-gara aku sakit. Kau jadi tak bisa istirahat,” gumam Hyo-jin merasa bersalah.

“Astaga! Hyo-jin...kenapa kau bicara begitu?” Hea-in menepuk-nepuk lengan adiknya lembut. “Tidurlah! Tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” tambah Hea-in menenangkan. Saat ini, Hea-in sendirian menjaga Hyo-jin, karena Hyo-hee harus kembali ke Mokpo untuk mengikuti ujian kelulusan di sekolahnya.

Beberapa menit kemudian, ponsel Hea-in berdering. Ada sebuah pesan masuk.


To: Hea-in

Sepenting apakah urusan pekerjaan itu hingga melibatkan kedua orang tua Kak Taec-yeon? :D

Sender: Dae-jia


Hea-in membelalakkan matanya membaca pesan dari Dae-jia. Ya Tuhan, bagaimana ini?, batin Hea-in resah.


Is This Love -Chap 8-


Chapter 8




-Kediaman Keluarga Park-

“Tumben tidak latihan Kak!” komentar Seung-mi saat melihat kakaknya, Park Jung-soo sedang duduk termenung di kursi taman di samping rumahnya. “Bukankah kalian akan mengirimkan demo rekaman? Kenapa malam ini kau malah bersantai di sini?” Seung-mi mendekati kakaknya itu dan duduk di sampingnya. Karena tak diacuhkan oleh Jung-soo yang jiwanya seolah sedang berada di tempat lain, Seung-mi memukul lengan kakaknya agak keras. “Kak, kau mendengarku tidak?” katanya dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.

“Eh?” seru Jung-soo baru tersadar dari lamunannya sembari mengusap-ngusap lengannya yang terasa sakit setelah dipukul Seung-mi, “Ah...kau mengganggu saja Seung-mi.” Jung-soo bangkit dari duduknya.

“Kau mau kemana sebelum menjawab pertanyaanku?” tahan Seung-mi dengan nada merajuk.

“Astaga! Kalau kau merindukan Hee-chul, kenapa kau tidak pergi temui dia saja,” sergah Jung-soo, “aku sedang tidak ingin diganggu.”

“Hya! Kau bilang aku mengganggu?” protes Seung-mi dengan mata melotot dan berkacak pinggang, “apa kau tak sadar...bahwa kaulah yang bersikap aneh malam ini. Saat Ibu memanggilmu untuk makan malam bersama, kau malah duduk-duduk sendiri di sini seperti orang linglung...dan saat aku menanyakan ada apa, kau cuma berlagak seperti yang sedang berada di dunia lain,” omelnya, “Apa kau habis dicampakkan kekasihmu?”

“Aissh...sudahlah! tutup mulutmu,” gerutu Jung-soo kesal mendengar omelan adiknya, “semakin lama tingkahmu semakin mirip dengan nenek-nenek yang suka ikut campur urusan orang lain...bagaimana Hee-chul bisa menerimamu kalau kau bersikap begini terus?”

“HYA!!!” pekik Seung-mi marah, yang tak didengarkan oleh kakaknya, karena ia buru-buru pergi ke kamarnya.

Begitu sampai di kamar, Jung-soo merebahkan dirinya di matras. Terbayang kembali cerita Ah-ra siang tadi yang tanpa sadar membuatnya meremas bed cover berwarna biru muda yang menutupi tempat tidurnya saat ini. “Ok Taec-yeon...Ok Taec-yeon...” ia menyebut nama itu sembari mengeraskan rahang, “apa keistimewaan pria itu, hingga membuat Ah-ra tak mampu berpaling darinya?” Jung-soo bertanya lebih pada diri sendiri. “Ah...sial!” geramnya kesal.

Ia dan Ah-ra telah memutuskan untuk membiarkan hubungan mereka berjalan alami. Dengan mencoba untuk saling mengenal pribadi masing-masing dan tanpa harus memaksakan pertunangan dan perasaan mereka satu sama lain. Tapi Jung-soo tentu saja masih berharap pada akhirnya Ah-ra dapat menerimanya dengan sepenuh hati. Kini, ia hanya perlu menunjukkan dengan segala cara bahwa ia sangat tulus mencintai Ah-ra dan mengharapkan gadis itu menjadi pendampingnya kelak. “Akan kutunjukkan bahwa aku pantas memilikimu, Ah-ra,” tekad Jung-soo.


Disaster Love - Chap 12 - Fanfiction Super Junior -


CHAPTER 12



- Studio - Lokasi shooting video klip -   

Hyun-in membiarkan asistennya menyisir rambutnya untuk terakhir kali sebelum proses shooting dimulai, sementara itu ia terus mengawasi gerak-gerik Dong-hae yang berada di seberang ruangan.

Semenjak melihat Dong-hae bersama kakaknya di rumah sakit sekitar sembilan hari lalu, Hyun-in belum pernah lagi bertemu dengan pria tersebut hingga hari ini, untuk shooting video klip soundtrack Disaster Love yang dinyanyikan Hyun-in, yang berjudul Sad Story.

Ada dua versi video klip Sad Story; yang pertama adalah cuplikan-cuplikan adegan di film, sedangkan versi kedua adalah yang sedang dibuat saat ini, dimana Dong-hae menjadi model prianya.

Sad Story berkisah tentang gadis yang diam-diam mencintai seorang pria namun tak yakin akan ketulusan pria tersebut hingga memilih berhati-hati dan menjaga jarak walau sang pria terus berusaha mendapatkan perhatian gadis tersebut. Sesuai judul lagunya, kisah tersebut berakhir sedih karena di saat sang gadis akhirnya mempercayai pria tersebut, semua sudah terlambat… pria itu jatuh cinta dan menikah dengan wanita lain.

“Hyun-in,” sapa Dong-hae ramah ketika Hyun-in menghampirinya. “Tidak gugup menghadapi shooting pertamamu?”

Hyun-in ikut tersenyum. “Sebenarnya, aku cukup gugup.”

“Tenang saja, kau pasti melewatinya dengan baik,” dukung Dong-hae.

“Nona Kang, Lee Dong-hae, kita mulai sekarang!” panggil seorang kru.

“Semangat!” kata Dong-hae sambil menepuk pundak Hyun-in.

Hyun-in bersiap ditempatnya, menunggu aba-aba dari sutradara untuk melangkah maju. “Action!” seru sutradara, dan ia pun berjalan di antara kursi-kursi yang berjejer membentuk lorong menuju altar dimana Dong-hae tengah berdampingan dengan seorang model wanita dan pendeta. Studio ini di setting menjadi sebuah gereja kecil bernuansa putih, serasi dengan gaun pengantin yang dikenakan sang mempelai wanita.

Sembari berjalan, kedua mata Hyun-in terpaku sepenuhnya pada Dong-hae yang tengah tersenyum manis pada si model wanita. Tiba-tiba saja ingatan tentang kakaknya, Hea-in, dan Dong-hae bersama di rumah sakit waktu itu menyerbu benaknya.

Aku tidak sebanding dengan kak Hea-in… tentu saja kak Dong-hae lebih menyukai kakak… aku hanya bocah ingusan jelek bila dibandingkan dengan kak Hea-in yang dewasa dan mempesona… seharusnya aku menyadarinya dari dulu… seharusnya aku tidak banyak berharap, pikirnya sedih.

Dan semua kesedihan tersebut tergambar di wajahnya, membuat sang sutradara melihatnya dengan tersenyum puas, mengira Hyun-in sedang berakting. Sang sutradara memberi aba-aba pada asistennya, yang segera memutar rekaman lagu Sad Story yang dinyanyikan Hyun-in.

Sesuai instruksi yang telah diberikan padanya sebelumnya, begitu mendengar music, Hyun-in segera bersiap, dan ketika rekaman suaranya mulai mengalun, ia pun menyanyi tanpa suara.


Is This Love -Chap 7-


Chapter 7




-Apartement Taec-yeon-

“Maaf, sepertinya aku mengganggumu,” gumam Ah-ra sembari tertunduk canggung, ia sendiri menyesali keputusannya untuk datang ke tempat itu.

“Ah...tidak, sama sekali tidak mengganggu,” kilah Taec-yeon, rasa senang bercampur takut kalau-kalau Ah-ra menemukan keberadaan Hea-in di apartemennya membuat Taec-yeon bertingkah sedikit aneh. “duduklah!.”

Ah-ra duduk di sofa panjang di sebelah Taec-yeon. “Maaf, aku mencari tau alamat apartemenmu pada salah seorang karyawanmu di kantor pagi tadi,” mulai Ah-ra walau tak ditanya bagaimana ia mengetahui alamat apartemen Taec-yeon saat ini.

“Ada apa sebenarnya, sampai kau datang mencariku? Bahkan kau juga mencariku ke kantor, jelas aku tak mungkin di sana, kau tau ini hari Minggu,” Taec-yeon memandang mantan kekasihnya itu, intens, “Apakah ada hal penting yang ingin kau bicarakan?”

Ah-ra menunduk dalam-dalam, pergolakan batin yang ia alami sejak semalam kembali mengemuka.Mengapa aku ke mari? Apa yang kulakukan dengan datang ke mari? Haruskah aku menyesali keputusanku?, batin Ah-ra. “Emm...aku...”

“Apa kau bermaksud mempertimbangkan pembicaraan kita kemarin?” tukas Taec-yeon secara tiba-tiba membuat Ah-ra mengangkat wajahnya untuk memandang pria itu.

“eh...itu...aku...” sial!, Ah-ra memaki dalam hati. Ia tak menyangka akan sesulit ini untuk mengatakannya.

Taec-yeon menyeringai melihat tingkah gadis itu, sudah lama ia tak melihat tingkah malu-malu dan canggung Ah-ra. Baginya, saat melihat pipi Ah-ra bersemu merah karena malu, membuatnya terlihat sangat manis dan menggemaskan. “Katakanlah, apa itu maksudmu datang kemari? Kau bermaksud mempertimbangkannya?”

Ah-ra terdiam selama beberapa saat dan hanya bisa memandang Taec-yeon di hadapannya. Hatinya bergejolak, apakah benar aku masih mencintainya? Apakah benar keputusanku ini? apakah yang akan terjadi dengan Park Jung-soo jika aku melakukan ini? ayah? Dr. Park Jung-ho? Pihak keluarga Taec-yeon?. Ia kembali teringat akan kata-kata Ayahnya pagi tadi, saat melihatnya bangun dengan cekungan hitam menghiasi bagian bawah matanya yang menandakan bahwa semalaman ia tak bisa tidur memikirkan kejadian kemarin, ‘Kalau kau masih mencintainya, Ayah tak akan melarang kalian untuk kembali menjalin hubungan, asal kau bahagia, Ayah juga akan turut bahagia.’

“Ah-ra?” panggil Taec-yeon, membuyarkan lamunan Ah-ra.

“Emm...begini, aku—“

DISASTER LOVE - Chap 11 - Fanfiction Super Junior -


CHAPTER 11



- Perumahan Jogang, lokasi shooting - Seoul -    

Entah sudah berapa menit Hyun-in duduk diam di dalam mobilnya memandangi rumah yang menjadi lokasi shooting film Disaster Love hari ini. diliriknya kantung kertas yang ditaruhnya di kursi penumpang.

Saat di vila waktu itu, tanpa sengaja Hyun-in telah memutuskan kalung ponsel Kyu-hyun, dan ia amat tak enak hati. Sejak kecil Hyun-in sangat jarang—mungkin dapat dihitung dengan jari—melampiaskan amarah atau kesedihannya dengan melakukan kekasaran, tetapi hari itu ia melakukannya pada Kyu-hyun.

Karena itu, kemarin, saat pulang dari vila, ia pergi ke toko aksesoris untuk membelikan kalung ponsel baru untuk menggantikan milik Kyu-hyun yang rusak. Namun sekarang Hyun-in ragu untuk memberikannya karena malu.

Ketika masih menimbang-nimbang akan memberikannya pada Kyu-hyun atau tidak, pemuda yang sedang menjadi bahan pikiran Hyun-in itu baru saja sampai di lokasi shooting. Kyu-hyun keluar dari van perusahaannya dengan mengenakan kacamata hitam yang membuat penampilannya semakin terlihat keren.

Tanpa pikir panjang lagi Hyun-in bergegas keluar dari mobilnya dan berlari kecil untuk menyusul Kyu-hyun.

“Kak Kyu-hyun!” panggilnya, menghentikan langkah pemuda itu.

“Kenapa?” tanya Kyu-hyun santai sambil berputar untuk menghadap Hyun-in, seolah tidak kaget melihat gadis itu menghampirinya.

Saat tiba di hadapan Kyu-hyun, Hyun-in berubah gugup dan canggung. Hari-hari terakhir mereka di vila keduanya tak bertegur sapa akibat pertengkaran tentang sikap Kyu-hyun yang dianggap Hyun-in kelewatan pada gadis-gadis yang menghinanya.

Karena Hyun-in tak kunjung bicara, Kyu-hyun sedikit tak sabaran. “Kalau mencari kak Dong-hae, sepertinya dia sudah di dalam—“