Jumat, 11 Februari 2011

THE THIRD ROOM part 12 --ending--

Judul : THE THIRD ROOM part 12 (ending)


Genre : Thriller, Horror, Romance

Rated :  General
Cast :
Kang Hea In (author)
Noh Min Woo
Kim Nam Gil
Special appearance :    Choi Yeon Rin

****************

“Hea In…lihatlah dibelakangmu?” sarannya, akupun segera menoleh ke dinding di belakangku….

Dan kembali aku terpaku diam, tersentak dan membelalakan mata….apa lagi yang akan kuhadapi sekarang pikirku, menambah rasa frustasi dalam benakku.

Yang kulihat hanya sebuah dinding yang berwarna putih kusam keabuan dan tampak kotor dengan retakan tembok yang membentuk pola seperti halilintar, juga beberapa bagian tembok yang terkelupas memperlihatkan susunan batu bata didalamnya.

“Inilah yang akan membantumu, Hea In…” ucap Mi Young tenang dan tersenyum. Kemudian dia mendekati dinding dan menyentuhkan telapak tangannya pada dinding tersebut. Secara ajaib, sinar kebiruan yang memancar di seluruh tubuh Mi Young, menyebar ke seluruh dinding, sehingga cahaya itu mampu menerangi ruangan yang temaram.

Aku hanya memandangnya gusar, apa yang akan dilakukan Mi Young? Otakku tidak mampu berpikir, aku hanya berusaha memusatkan pikiranku agar mampu bertahan dari serangan Yeon Rin. Yeon Rin kembali akan menyerangku, tapi aku dengan gesit berkelit, menghindari dari jamahan Yeon Rin, dengan mengitari ruangan semampu aku bisa. Bila dia terus mencelakakanku lagi, aku ragu tubuhku bisa bertahan menghadapi serangannya, terutama bayi dalam kandunganku.

“Mi Young! Katakan apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin menghindar seperti ini sepanjang malam!” seruku.

ANOTHER LOVE STORY...Chap 5

Disclaimer: Kisah ini hanya sekedar fanfics (Fiktif)  belaka, nama tokoh, kisah, tanggal dan tempat kejadian yang terdapat di sini hanyalah  berdasarkan rekaan penulis belaka.


Chapter 5


-Kampus KAIST, Daejeon-

“Nyesel ya?!” olok Syindi sepulang latihan.

“Enggak kok!” sahut Tia cuek sembari melenggang pergi.

“Halah...ngaku aja deh Tia, kamu pasti nyesel deh. Aku kan tau kamu ikutan klub tari buat ngejar Si-won. Lagian setahuku kamu gak pernah tuh ikutan grup-grup seperti itu.”

Tia mendengus, “Sejak kapan kamu peduli ama aku? Udahlah, lagian masih ada Kak Ho-young,” ujarnya santai. Syindi hanya menggeleng-geleng heran mendengar jawaban Tia tersebut.

“Kamu harus mengganti waktu istirahatku!” ujar Syindi kemudian.

“Apa?” Tia tak mengerti.

“Kamu gak inget, aku udah nungguin kamu latian dari tadi. Dan itu udah bikin waktu istirahatku berkurang,” gerutu Syindi.

“Ih...kamu ini, gak tulus banget sih!”

“Sejak kapan aku tulus ama kamu?!”

Tia kembali mendengus, “Halah...kamu seneng aja abis ketemu Kak Hyuk-jae,” ledeknya seraya tersenyum jahil.
“Kamu tuh yaa—“

“Udah...jadian aja, kalian udah cocok tuh!” Tia menyeringai senang karena kini ia berhasil memancing emosi Syindi. Tapi dia segera lari saat melihat Syindi mulai marah dan hendak memukulnya dengan buku yang dipegangnya.

“Jangan lari kamu!” geram Syindi terus mengejar Tia yang sudah jauh di depannya dan masih tertawa-tawa mengejeknya sambil sesekali menoleh ke belakang.

Kamis, 10 Februari 2011

THE THIRD ROOM part 11

Judul : THE THIRD ROOM part 11


Genre : Thriller, Horror, Romance

Rated :  General
Cast :
Kang Hea In (author)
Noh Min Woo
Kim Nam Gil
Special appearance :    Choi Yeon Rin

****************

Sabtu, 5 Maret 2011
Jam 16.11

“Hai…jagiyya” sapa Min Woo ketika dia baru datang, aku sedang membereskan dapur, sehabis memasak tadi. Min Woo menghampiriku dan mengecup pipiku. Aku hanya tersenyum tipis.

“Ini…” katanya riang sambil menyerahkan sebuah kantong kertas besar, aku menengok dan mengeluarkan isinya ternyata sebuah gaun pesta velvet berwarna hijau lumut.

“Aku membelikannya untukmu---aku yakin pasti cocok untukmu, jagiyya”

“Bagus sekali, gomawo” ucapku dengan ekspresi datar. Seharusnya aku senang bukan? Tapi entahlah, aku merasa diriku galau karena kejadian tadi dan merasa bersalah terhadap Min Woo semakin membesar.

“Kau masih marah ya? Karena pagi tadi…” ucap Min Woo ketika melihatku kurang ramah, tidak seperti biasanya. “Maafkan aku jagiyy, karena aku membentakmu” lanjutnya lagi.

Sebenarnya bukan karena masalah Min Woo yang marah padaku tadi pagi, tapi lebih karena masalahku---aku telah membiarkan pria lain mulai menyusup ke dalam hatiku, aku telah membiarkan pria lain menciumku dan secara logika, itu seharusnya tidak boleh terjadi. Tapi getaran itu kenapa mulai merambati hatiku. Apakah aku mulai mengurangi cintaku pada Min Woo.

Mengapa secara tiba-tiba, aku merasa hambar! Tidak---ini tidak bisa, aku harus menghentikannya, perasaanku pada Nam Gil Oppa hanya simpati dan respect. Tidak lebih dari itu.

“Aniyo…aku memang kesal padamu. Tapi aku tidak marah lagi! Minu, bantu aku mencoba pakaian ini ya..” ujarku, memasang senyum manis, berusaha menutupi gundahnya hatiku.

ANOTHER LOVE STORY...Chap 4

Disclaimer: Kisah ini hanya sekedar fanfics (Fiktif)  belaka, nama tokoh, kisah, tanggal dan tempat kejadian yang terdapat di sini hanyalah  berdasarkan rekaan penulis belaka.


Chapter 4



-Rumah kontrakan, Yuseong-gu-

Mila sudah selesai bersiap—memakai baju pesta cantik berwarna biru toska dengan bahan sutra—saat bel pintu berbunyi. Itu pasti Min-woo, pikirnya. Dia bergegas keluar kamar dan membuka pintu. Min-woo sudah berdiri di depan pintu rumah itu dan tersenyum senang saat melihat Mila. “Kau cantik sekali dengan gaun itu sayang,” pujinya seraya mengecup kening Mila lembut. Mila hanya tersenyum mendengarnya, senyum yang dipaksakan. Sekilas terlihat sedikit keraguan di balik senyum tersebut. “Kau sudah siap?”

“Ya, sebentar. Aku akan mengambil tas dulu di dalam.”

“Tunggu,” tahan Min-woo. “Sepertinya kau tidak bersemangat, apa kau merasa terpaksa menemaniku?”

“Eh, tidak...aku—“

“Apakah kau tidak percaya padaku?” selidik Min-woo. “Bukankah aku sudah berjanji padamu, kalau ini masalah quis-mu besok, aku akan mengantarmu pulang tidak lebih dari jam 10 malam ini.”

“Iya Minu, aku tau,” jawabnya, “Aku tidak bilang, aku tidak percaya padamu. Tapi hasil pertemuanku dengan Mr. Lee tadi sempat membuatku takut.”

“Memangnya apa yang dikatakan Mr. Lee?”

“Aku tidak berhasil mendapatkan ijin penelitianku, karena nilai-nilaiku yang semakin anjlok—“

“Apa kau menyalahkanku?” sela Min-woo dengan nada kecewa.

Senin, 07 Februari 2011

ANOTHER LOVE STORY...Chap 3

Disclaimer: Kisah ini hanya sekedar fanfics (Fiktif)  belaka, nama tokoh, kisah, tanggal dan tempat kejadian yang terdapat di sini hanyalah  berdasarkan rekaan penulis belaka.


Chapter 3



-Yuseong-gu, Daejeon-

“Aaah...hari ini bener-bener melelahkan!” keluh Tia, sambil menepuk-nepuk pundaknya yang pegal.

“Dasar pengeluh!” maki Syindi yang saat ini berjalan di depannya.

“Apa kau bilang?”

“Kau...pengeluh..” olok Syindi lambat-lambat.

“Kurang ajar, kamu tuh gak bisa ya, kalo sehari aja gak nyari masalah ama aku?” balas Tia geram.

“Emang kenyataan kok!”

“Kau?!” Tia tak melanjutkan kata-katanya, karena tiba-tiba dia melihat Syindi diam sekaku patung di pintu rumah. Karena penasaran, dia menggeser tubuh Syindi untuk menyaksikan apa yang terjadi, hingga membuat Syindi syok begitu.

“Kak Hyuk-jae?!” panggil Tia, yang disapa pun menoleh ke arah pintu dan buru-buru meletakkan ponselnya di sofa. Ternyata karena terlalu asyik bermain game di ponselnya, Hyuk-jae tak memperhatikan kedatangan Syindi dan Tia. Hyuk-jae langsung menyeringai senang saat mengetahui kedatangan mereka.

“Hai, Tia, Syindi!” sapanya dengan gaya bak superstar yang sedang menyapa penggemarnya.

“Ngapain kamu di sini?” tanya Syindi tajam.

Hyuk-jae berdecak, “Emangnya aku gak boleh ke sini ya?”

“Pulang aja sana! Aku gak mau ketemu kamu!” bentak Syindi.

“Ha? Pulang? Kamu ge’er banget deh...sapa juga yang bilang kalo aku ke sini buat ketemu kamu,” Hyuk-jae tertawa.

“Trus? Ngapain kalo bukan ketemu aku?”

Sabtu, 05 Februari 2011

FANFICTION (By Nikuzu Tsuki Kirei)

FANFICTION  (FF Lomba elfanfic)


Disclaimer: Your Beautiful atau He is Beautiful © SBS. Author hanya meminjam (tanpa ijin) karakter-karakter yang ada di YB untuk kepentingan pembuatan fic (gaje, abal, dan nista) ini.

Warning: OOC (mungkin), OOT (sangat), OON (authornya)... (sedikit) mengarah ke shounen-ai (BL).

Genre: Humor (gak lucu), romance(?), parody (aneh), comedy (bukan putar).

A/N: Ini adalah sebuah fic yang idenya muncul tiba-tiba begitu author (yang baru selesai dari panggilan alam) membaca fic YB di FFn. Awalnya yang akan dikirim untuk lomba di eLfanfic bukan yang ini tapi fic lain (yang tidak beda jauh nistanya dengan fic ini). Lalu, mengapa pilih yang ini? Jawabannya karena author tiba-tiba terjangkit virus pair JongKi (belum akut)... XP

Yosh, daripada author bicara panjang lebar dan makin tidak jelas ada baiknya kita mulai saja fic (gaje, abal, dan nista) ini...

Happy Reading.... v(^.^)v



FANFICTION


By: Nikuzu Tsuki Kirei a.k.a Tsukismoon Kirei (di FFn *cuma reader belom jadi author*)
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Malam itu, seorang pemuda berambut blonde tengah bersantai di ruang TV di kediaman para A.N.JELL. Pemuda yang mempunyai bibir mungil--merah marun—itu sedang memainkan laptop sambil memakan cookies sebagai cemilannya.

Seperti biasa yang dilakukannya setiap malam sehabis show, pemotretan, atau hal-hal lainnya yang dilakukan oleh A.N.JELL—adalah duduk bersantai di ruang TV sambil memainkan laptop untuk meng-update info-info tentang A.N.JELL. Umm... Sepertinya lebih pas kalau dibilang, dia sedang meng-update info tentang dirinya sendiri. Yah, seperti yang kita ketahui bersama pemuda yang bernama lengkap, Kang On Nyu  atau yang lebih akrab disapa Jeremy ini, termasuk orang yang cukup narsis.

“Ahhh... Lagi-lagi aku nomor tiga..!!” keluhnya kesal, ketika melihat hasil polling kepopuleran anggota A.N.JELL, sambil mengerucutkan bibir mungil –merah marun—nya itu. “Cihh, setidaknya sejak kedatangan Go Minam, aku tidak di nomor bontot lagi..” Katanya menghibur diri sendiri sambil menggigit cookiesnya.

Tiba-tiba, website A.N.JELL yang sedang dibukanya mendapat sebuah kiriman. Itu adalah sebuah kiriman fanfiction dari fans mereka. Sontak melihat itu, wajah Jeremy yang tadinya kecewa berubah menjadi sumringah. Ia adalah member –satu-satunya—yang paling update fanfic-fanfic dari fans. Sudah seminggu dia telah menunggu chapter lanjutan dari fanfiction favoritenya, The Tri-Angel.

The New Year’s Night Mystery - Chap 3- (By Yosin Arek Narzis)-ENDING

Chapter 3: Love Truth  (FF Lomba elfanfic)



-Kim Nam Gil, 31 Desember 2010, jam 23.37-

Setelah aku menjelaskan tentang trik si pelaku kepada Dong Hae dan Min Woo, kami mengumpulkan semua orang—termasuk Inspektur Lee dan para polisi—untuk menjelaskan hasil analisis kami. Dengan begitu, mereka semua dapat mengetahui siapa pengacau yang sudah mengganggu pesta ini.

Kami bertiga sempat bertukar informasi soal pembunuhan ini. Dong Hae memberiku banyak informasi mengenai orang-orang itu sementara Min Woo memberitahuku apa saja yang ia dengar saat interogasi. Aku memang tidak terlalu mendengarkan saat interogasi karena sibuk berpikir mengenai trik si pelaku, yang—sayangnya—baru dapat kuketahui setelah pemeriksaan polisi selesai.


 “Pertama-tama, si pelaku memancing korbannya ke dapur. Setelah itu, ia memulai triknya,” Min Woo menjelaskan kepada orang-orang apa saja hal yang ditemukan oleh polisi dan meminta para polisi untuk menunjukkannya. Sambil mendengarkan penjelasan dari Min Woo, aku bersandar di tembok dan memakan permen lollipop.

“Apa ini?” Tanya salah satu dari mereka, menunjuk potongan daging.

 “Itu adalah petunjuk pertama dari trik ini,” jawabnya dengan senyuman misterius. “Sebelum memancing korbannya, pelaku meletakkan beberapa es batu di lantai. Daging ini menunjukkan bahwa si pelaku mengambil es batu dari kulkas sesaat sebelum pembunuhan terjadi, tanpa sempat membersihkan es-es itu sehingga daging itu masih menempel saat digunakan, karena jika sudah dipersiapkan sebelumnya, es ini tentu saja sudah mencair sejak awal,”

“Mengapa menggunakan es?” Tanya Inspektur Lee. “Mengapa tidak menggunakan air saja—melainkan harus menunggu es-es ini mencair?”

“Dibandingkan dengan air, es jauh lebih mudah untuk dibawa-bawa. Kalau menggunakan air, pelaku harus membawanya diam-diam dan ada kemungkinan untuk tumpah sebelum sempat digunakan,” jelasku.

The New Year’s Night Mystery - Chap 2- (By Yosin Arek Narzis)

Chapter 2: Hand Phone  (FF Lomba elfanfic)



-Kim Nam Gil, 31 Desember 2010, jam 22.09-

Sial. Tak kusangka di hari terakhir di tahun 2010 ini aku harus mengalami peristiwa seperti ini. Mulai dari motor yang rusak, bertengkar dengan seseorang yang baru pertama kali kutemui, ditampar oleh seorang wanita, sampai harus melihat peristiwa pembunuhan sementara Dong Hae dan Min Woo menghilang. Aku tidak habis pikir, mengapa harus mengakhiri tahun dengan semua peristiwa seperti ini?

Tanpa kusadari, Min Woo sudah berada di sebelahku, terengah-engah. Jadi, ia tadi tidak terlihat karena masih berjalan menuju kesini.

“Nam Gil…bagaimana dengan perempuan ini?” Tanya Min Woo. Semua orang terlalu shock dengan mayat Moon Seong, sampai-sampai tidak memperhatikan Hwang Rin yang jatuh pingsan. Kami pun menggotongnya ke sofa. Sambil menunggu polisi tiba, aku melihat-lihat sekeliling dapur bersama Min Woo.

Banyak pertanyaan memenuhi benakku. Mengapa harus malam ini? Apa motif pembunuhannya? Siapakah pelakunya?
“Hei, Nam Gil, aku sedang bertanya padamu!” seru Min Woo. Rupanya dari tadi aku melamun sampai tidak mendengarkan omongan Min Woo.

“Ah, maaf. Ada apa?” jawabku setengah terkejut.

“Apa kau melihat Dong Hae? Ia tidak terlihat sejak kau ke toilet tadi. Apa kau bersamanya?” tanyanya khawatir.

“Tidak, aku hanya mencuci muka, kemudian aku bertemu dengan Hee Chul dan Shindong. Kupikir kamu bersamanya. Ji Yong juga tidak kelihatan,”

Min Woo mendengus sebal. “Haah, bisa-bisanya pemilik rumah tidak ada saat sedang terjadi sesuatu,” keluhnya.

“Uugh…” Aku menoleh. Hwang Rin sudah siuman rupanya. Aku meninggalkan kerumunan itu dan menghampiri Hwang Rin.

“Bagaimana keadaanmu?” tanyaku kepada Hwang Rin.

“Mengapa harus hari ini? Mengapa?!” erangnya.

“Tenang dulu, apa yang sedang kau bicarakan?”

The New Year’s Night Mystery - Chap 1- (By Yosin Arek Narzis)

Chapter 1: The Party  (FF Lomba elfanfic)



-Kim Nam Gil, 30 Desember 2010, jam 13.49-


Tumben sekali Dong Hae mengajakku ke apartemennya untuk merayakan pesta tahun baru bersama. Biasanya ia pergi ke Pulau Jeju saat liburan, entah mengapa kali ini ia tidak bepergian.

“Mau ikut tidak?” tanya Dong Hae.

Aku menaikkan sebelah alisku. “Mana mungkin aku menolak? Sudah lama sekali kita tidak berpesta bersama. Ya ‘kan Min Woo?” jawabku sambil menyenggol lengan Min Woo.

“Ah, terserah kau saja,” Min Woo terkejut. Sepertinya ia tadi sedang melamun. Kira-kira apa yang dilamunkannya ya?

“Omong-omong, apakah kamu akan masak sendiri nanti malam? Jika ya, jangan lupa untuk memasak ayam bakar,” candaku kepada Dong Hae. Aku sangat menyukai ayam, mulai dari ayam rebus, ayam goreng, ayam bakar, semuanya aku suka.

“Baiklah,” jawab Dong Hae sambil tersenyum. “Pestanya akan dimulai jam 8 malam besok, jangan terlambat ya!”
Min Woo mendengus. “kalau Nam Gil tidak terlambat sampai ke rumahku, aku juga tidak akan terlambat,” sindirnya.

“Apa boleh buat, motorku ‘kan sedang diservis,” elakku. Aku terpaksa menumpang di mobil Min Woo karena motorku sedang diperbaiki di bengkel, ada kerusakan di bagian mesinnya. Mungkin karena aku terlalu sering memakainya, tapi jarang kubersihkan. Sampai kemarin, tiba-tiba mesinnya mogok. Motor ini kubeli bulan September lalu, jadi aku belum terlalu menguasainya. Apa boleh buat, terpaksa kubawa ke bengkel. Untung saja Min Woo berbaik hati mau meminjamkan mobilnya padaku selama motorku diperbaiki.

Kami bertiga –aku, Min Woo, dan Dong Hae- sudah bersahabat sejak SMA. Diantara kami bertiga, Dong Hae-lah yang paling mandiri sebab ia tinggal sendirian di apartemennya, sementara Min Woo dan aku tinggal di rumah kami masing-masing bersama keluarga kami. Rumah Dong Hae jauh dari universitas kami jadi ia tinggal di apartemen, dan besok malam ia mengundang kami ke apartemennya untuk merayakan pergantian tahun. Semoga saja besok acaranya meriah.


- 31 Desember 2010, jam 20.17-


Untung saja rumah Min Woo tidak terlalu jauh dari rumahku, jadi aku bisa berjalan kaki ke rumahnya. Setelah selesai bersiap-siap, kami berangkat bersama. Tidak lama kemudian, kami tiba di apartemen Dong Hae, dan kami takjub melihat begitu banyak motor dan mobil yang ada di parkiran sampai-sampai kami hampir tidak bisa memarkir mobil.

“Ramai sekali malam ini. Memangnya siapa saja sih yang diajaknya kemari,” keluh Min Woo. Ia kurang menyukai keramaian, terutama di apartemen sesempit ini yang dipenuhi orang-orang sebanyak ini.

“Sabar sajalah. Dong Hae ‘kan punya teman banyak, kasihan yang lain kalau tidak diundang. Masuk yuk,” ajakku sambil menutup pintu mobil.

Kami berjalan memasuki lobby. Di dekat kami, segerombolan orang-orang muda—kira-kira 6-7 orang—berkumpul di dekat jalan masuk. Kelihatannya mereka teman-teman Dong Hae yang juga diajaknya karena tampaknya mereka seumuran dengan kami. Kami berjalan melewati mereka dan naik ke kamar Dong Hae menggunakan lift. Sesuai dugaan kami, kamar yang sempit itu sudah penuh sesak dengan orang. Min Woo hanya bisa geleng-geleng melihatnya.

Bisa dibilang, Dong Hae memang hebat. Tidak akan ada yang mengira kalau ini sebenarnya apartemen sempit yang sedikit berantakan seperti apartemen-apartemen pada umumnya. Di sini ada minuman, lampu warna-warni dan semuanya, seperti di club-club malam. Entah darimana Dong Hae mendapatkan semua ini, jangan-jangan ia berencana ingin mengubah apartemen ini menjadi club? Apa kata orangtuanya nanti.

Sesuai janjinya, Dong Hae memasak sendiri makanannya, dan aku menemukan sepotong besar ayam yang terletak di meja makan. Karena tinggal sepotong, aku langsung melahapnya sampai habis. “Ayam ini lezat sekali”, pikirku. “Dong Hae bisa masak juga rupanya.” Setelah selesai makan, aku berjalan mendekati Min Woo yang sedang memilih minuman bersama Dong Hae. Aku hendak memuji masakannya ketika aku mendengar ada suara perkelahian dari arah dapur.

“Sepertinya di sebelah sana ada keributan,” Min Woo menunjuk kearah dapur. Dong Hae melihat ke arah jari Min Woo dan mendatangi letak keributan itu. Aku yang penasaran menarik tangan Min Woo mengikuti Dong Hae. Min Woo pun dengan cepat melepaskan tangannya dariku.

“Nam Gil, sebaiknya kita jangan ikut-ikut urusan mereka,” sergahnya.

“Ah, ya, kalau begitu kita melihatnya saja, tidak akan terjadi apa-apa kan?”

“Kalau ada apa-apa aku tidak ikut-ikut ya!”

Merepotkan sekali, pasti itu ulah para pemabuk, sedikit-sedikit pasti sudah jadi keributan. Untung saja aku tidak menyukai alkohol, jadi aku tidak pernah mabuk lalu jadi sumber keributan…meskipun kadangkala juga aku menjadi sumber keributan juga karena ikut campur urusan orang. Yah, aku memang tidak bisa diam kalau melihat sesuatu yang tidak beres, dan tanpa sadar aku akan membuat keributan baru. Untung saja Min Woo mengingatkanku tadi.

Kami pun tiba di dapur. Astaga, berantakan sekali. Meksipun hanya dua orang, tetapi dapur kelihatan seperti sedang direnovasi. Memangnya mereka sudah berkelahi sejak kapan sih? Pasti Dong Hae akan kerepotan untuk membersihkan ini semua.

 “Sudah-sudah, jangan bertengkar di sini, memangnya kenapa?” Tanya Dong Hae sambil mencoba melerai kedua orang tadi. Sepertinya mereka orang yang kulihat di lobby.

 “Moon Seong mencuri-curi kesempatan dengan pacarku!,” teriak yang berbadan gendut.

“Sialan kau Ji Yong, siapa yang kau bilang pacarmu, hah?! Bukankah kau menginjak kakiku duluan!?” geram orang yang tadi dipanggil Moon Seong itu.

“Dasar, kalian selalu bertengkar saja! Mengapa kalian selalu mempeributkan aku?” seru perempuan di sebelahku, sepertinya ia pacar si Gendut. Tidak terlalu jelek, untuk ukuran seseorang seperti si Gendut itu…. Aku berpikir, “bagaimana bisa seorang perempuan cantik seperti dia menyukai berandalan seperti si Gendut.”

Seperti biasa, pasti keributan terjadi karena hal-hal yang remeh. Hanya karena terinjak, lalu menjatuhi seseorang, sudah jadi keributan hebat seperti terjadi gempa bumi. Yang benar saja.

“Tenanglah, jangan membuat keributan di sini. Yang lain jadi terganggu,” kataku pada kedua orang itu.

“Eh, Nam Gil…” bisik Dong Hae khawatir. “Kelihatannya orang itu tidak bersahabat.”

“Kau berani memerintahku, hah?!” si Gendut menoleh ke arahku sambil berteriak. Gawat. Lagi-lagi tanpa sadar aku mulai ikut campur dalam pertengkaran mereka. Orang itu mengarahkan tinjunya padaku. Aku cepat-cepat menghindar dan memukulnya dari bawah. Orang itu semakin mengamuk saja, ia menunduk dan memukul punggungku, kemudian berbalik dan meninju rahangku. Kurang ajar sekali dia. Aku langsung bangun dan tanpa berkedip sedikit pun aku langsung melayangkan tendanganku tepat di perutnya. Si Gendut langsung roboh ke lantai.

“Sudah cukup, jangan buat keributan lagi,” teriakku kepada orang itu. Ah, kuat juga orang itu. Rahangku dipukulnya sekuat ini, untung saja aku tidak luka, yah, mungkin besok hanya lebam sedikit.

“Kau tidak apa-apa Nam Gil?” Dong Hae mendekatiku sambil memegang rahangku yang tadi dipukul oleh si Gendut itu, siapa tadi namanya…ah iya, kalau tidak salah namanya Ji Yong.

“Sudah kubilang untuk tidak ikut campur urusan orang, untung saja kau tidak luka parah, kalau tidak, terpaksa acara kita jadi berantakan karena harus memanggil ambulans,” gerutu Min Woo. Hari ini moodnya kurang baik rupanya.

“Aku tidak apa-apa, kau urus saja si gendut itu,” sahutku. “Lho, perempuan yang tadi disini kemana?”

“Mungkin ia pergi mengambil minuman, Moon Seong juga tidak kelihatan. Oh iya, kau hebat sekali. Perkenalkan, namaku Jung Soo,” kata seorang dari gerombolan tadi yang sedang mengurus si gendut itu. “Baguslah, sepertinya kurang baik kalau perempuan itu ada di dekat Ji Yong sekarang, pasti akan menimbulkan pertengkaran, lalu mereka putus deh,” pikirku. Aku berdiri dan berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci muka. Ketika keluar dari kamar mandi, aku menyenggol lengan Moon Seong.

“Hei,” Moon Seong menatapku tajam. Akupun membalas tatapannya dengan senyum sinis.

“Ada apa?” tantangku. Kalau ia bermaksud menghajarku di sini, kelihatannya aku memang harus memanggil ambulans, karena aku masih belum pulih total.

“Gara-gara kamu, Hwang Rin jadi kabur! Ayo tanggung jawab!”

Hwang Rin? Jadi perempuan tadi namanya Hwang Rin? Perempuan sombong yang mengira kedua laki-laki itu memperebutkannya, atau memang keduanya memperebutkannya?

“Jangan diam saja, ayo jawab!” Moon Seong mencoba menggertakku.

“Tenang saja, akan kucari dia,” jawabku santai. Aku melangkah keluar dan berjalan melewatinya. Ia tidak bermaksud menghajarku rupanya, ia sepertinya sedikit lebih baik dari Ji Yong. Moon Seong masih menatapku tajam.

Sesuai perkiraanku, Hwang Rin tidak mungkin pergi terlalu jauh. Ia berada di ruang tamu, menangis. Aku duduk di sampingnya dan mengajaknya bicara, tiba-tiba ia menamparku.

“Beraninya kau memukuli pacarku! Apa kau tidak kasihan padanya hah, dasar barbar!”

“Tolong tenang dulu nona. Bukankah ia yang memukulku duluan? Sepertinya kau sangat mencintainya yah? Kalau aku tahu akan seperti ini, aku seharusnya tidak mendekatinya.”

“Ji Yong…dulu ia teman SMP-ku. Kami berteman baik sekali, sampai suatu ketika Moon Seong datang dalam kehidupanku. Ia lebih baik dari Ji Yong yang mudah panas, dan kemudian aku berpacaran dengannya. Ji Yong tidak suka kepada Moon Seong karena ia menganggap Moon Seong sebagai hambatan dalam kehidupan percintaannya denganku, meskipun aku sebenarnya tidak pernah menyukai Moon Seong. Kami berpacaran karena aku dipaksa oleh orangtuaku yang tertarik dengan harta keluarga Moon Seong…dan Ji Yong yang menaruh dendam dengan Moon Seong selalu saja bertengkar dengannya, bahkan hal-hal kecil saja menjadi bahan keributan, seperti tadi ketika kau datang dan memukuli Ji Yong. Kau ini!…” ia berdiri dan mencoba memukulku kembali dengan tasnya. Aku mengelak dan menangkis tasnya, dan mendudukkannya kembali.

“Aku minta maaf,” kataku tulus. “Aku benar-benar tidak tahu tentang itu, aku hanya tidak tahan melihat keributan. Maafkan aku,” aku hendak menghapus airmatanya, ketika tiba-tiba ada seseorang mengagetkanku.

“Wah-wah, siapa nih yang sedang berpacaran, apakah aku mengganggu kalian?” Orang itu…aku mengenalinya. Dia Shindong, teman sekelas Dong Hae yang pernah menraktirku dulu.

“Hai, Shindong, kau masih ingat aku ya,” sapaku ramah sambil menjabat tangannya. “Aku tidak sedang berpacaran, ia sedang sedih, jadi aku menghiburnya”

“Jangan bohong, Nam Gil. Tadi aku melihatnya mencoba memukulmu dengan tasnya. Ya ‘kan, Hyungnim?” Ia menoleh pada orang di belakangnya.

“Ya, aku juga melihatnya, cantik juga ‘pacar’mu itu,” orang di belakang Shindong itu terkekeh. Aku tahu dia, ia kakak kelas Shindong, aku tidak ingat namanya.

“Halo, aku Hee Chul, kakak kelas Shindong,” katanya sambil tersenyum. Ah, aku ingat sekarang, namanya Hee Chul. Dasar, baru saja bertemu sudah menggoda aku.

 “Aku Nam Gil, senang bertemu denganmu. Kalian sudah bertemu Dong Hae?” tanyaku dengan senyum kecut. Mereka baru saja datang, jadi aku menyuruh mereka menemui Dong Hae. Heran, bagaimana mereka bisa parkir ya? Saat aku datang bersama Min Woo tadi, parkiran sudah sangat penuh.

“Belum,” jawab Shindong. “Ayo Hyungnim, kita menemuinya, daah Nam Gil,” ia melambaikan tangannya padaku.

“Hee Chul…Shindong…” Hwang Rin terbata-bata.

“Kau mengenal mereka?” tanyaku.

“Mereka teman Ji Yong. Kami belum pernah bertemu, hanya saja Ji Yong sering membicarakan mereka. Mereka orang baik,” katanya sambil terisak. Seperti tadi, aku merasa kasihan padanya dan aku ingin menghapus airmatanya, hingga tiba-tiba Min Woo berlari ke arahku dengan panik. Ada yang tidak beres.

“Nam Gil...di dapur…Moon Seong…” Min Woo masih terengah-engah sehingga tidak bisa meneruskan kalimatnya. Hwang Rin terkejut, ia langsung berlari ke dapur secepat mungkin. Aku meninggalkan Min Woo yang masih terengah-engah dan bergegas ke dapur.

Betapa terkejutnya aku, aku melihat Moon Seong tergeletak tak bernyawa di lantai dapur dengan pisau dapur menancap tepat di jantungnya dan ada bekas perkelahian. Telah terjadi pembunuhan di sini! Hwang Rin berteriak histeris dan jatuh pingsan.

“Jangan ada yang mendekat!” perintahku kepada orang-orang yang berusaha menyentuh mayat Moon Seong. Shindong dan Hee Chul tampak terkejut, mereka langsung menelepon polisi dan ambulans. Akhirnya ambulans harus datang kemari juga, pikirku. Aku mengedarkan pandanganku ke  sekelilingku, aku tidak melihat Dong Hae, Min Woo, dan Ji Yong!


~To be continued…

GO DAISY...GO! FIGHTING! (By Desi Fitriani)

GO DAISY...GO! FIGHTING!  (FF Lomba elfanfic)


SCENE1



Go Daisy -10 Oktober 2009- Seoul, Korea (Apartemen Keluarga Go)


“Hoahm.. Ahh.. Pagi yang cerah, aku masih bisa menikmati hari ini seperti biasa, terima kasih Tuhan.” Ujarku sambil merebahkan tubuhku dan beranjak bangun. Masih dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan sebangun tidur, aku beringsut dari tempat tidurku untuk membuka jendela kamar, dan segera membuka pintu kamar untuk menuju ke dapur, karena wangi masakan omma rupanya telah membangunkanku.

“Ommaa,,,sarapan apa kita hari...” Belum sempat aku melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba sebuah kain lap mendarat tepat di mukaku.

“Aahh.. Onnie maaf, aku tak sengaja menjatuhkan kain itu,” terdengar suara Go Eun Min, adikku yg berusia 3 tahun lebih muda dariku, dari atas tangga.

“Hhh..Eun Min! Kau tahu, tadi aku jelas-jelas melihat tanganmu mengayunkan kain lap itu ke arah mukaku, kau sengaja kan!? Awas kau yaa.” Semburku sambil berlari ke arah tangga.

Melihat hal itu Eun Min langsung berlari menghambur ke atas apartemen yang berada di atas apartemen kami, sembari berteriak. “Minho-ah.. Buka pintumu, onnie gembul sedang mengejarku, hahaha!”

Secepat kilat aku berlari, dan dengan cepat menarik baju Eun min, hal itu tidak sulit kulakukan karena aku adalah atlet atletik di sekolah sekaligus rutin latihan taekwondo di dojang yang berada tak jauh dari apartemenku. “Kauuuu...kemarikan pipimu haah! Mau aku bikin apa enaknya? Kimbab, atau bibimbap hmm?!”

“Ampun onnie, hahaa, aku benar-benar tak sengaja, tanganku tiba-tiba bergerak sendiri. Entahlah, mungkin kain lap ku bereaksi melihat iler yang masih berada di mulutmu.” Ringis Eun Min smbil tertawa.

“Kauu!” Belum sempat aku arahkan cubitan ke pipi Eun Min, tanganku tiba-tiba ditarik dengan keras dari belakang seakan-akan akan mau dipelintir. “Aww! Sakit. Minho, apa yg kau lakukan? Sakit tau, jangan bilang kau mau mengajakku sparing lagi sekarang.” Sambil menoleh ke arahnya aku memelototkan mataku ke arah Choi Minho, tetanggaku yang tinggal di atas apartemen kami, sekaligus teman bermainku dan Eun Min sejak kecil.

“Aigoo, pagi-pagi dua kakak beradik cerewet sudah membuat keributan di depan apartemenku, hah! Dasar kurang kerjaan, hmm.. Mau aku hukum seperti apa kalian ha?”

Aku hanya meringis kecil sambil berupaya melepaskan tangannya dari cekalan Minho. “Dan kau Daisy. Sepertinya kau belum cuci muka sama sekali, huh, gadis macam apa kau? Dasar kau pendek.”

“Hey..! Berhenti menyebutku pendek, dan berhenti memanggil langsung ke namaku, kuingatkan padamu aku ini kakakmu tahu, 3 tahun lebih tua darimu, kau harus memanggilku noona!”

“Apa? noona?! Ommo, tidak tidak, panggilan noona tidak cocok untuk gadis ceroboh seperti kau, bukankah dari kecil selalu aku bertidak sebagai kakak? Jika kau terluka aku yang menggendongmu, jika kau sendirian dirumahmu aku yg menemanimu, jika kita sedang jalan orang sering mengira aku kakaknya dan kau adikku mengingat tinggi kita berbeda 25cm lebih. Jika....”

“Cukup-cukup, berhenti mengungkit tinggi badanku, sekarang lepaskan tanganku,oke..”

“Minhoo, tak usah kau lepas, kau cekal terus saja sekalian cekal tangannya yg satu lagi, biar aku bebas. Lagian dia begitu bau, belum mandi dan lihat, bahkan masih ada iler menempel di sudut mulutnya. Aku tak tahan berlama-lama berdiri disebelahnya.” Sahut Eun Min sambil nyengir menyebalkan.

“Hey kau, anak kecil tak tau diri, awas kau di rumah!”

“Sudah-sudah... Eun min pergilah, sesuai permintaanmu aku akan menawan onnie baumu ini, karena ada hal yg mesti aku sampaikan.”

“Awww...!” Jeritku ketika Minho meraih tanganku yang satunya lagi, cukup mudah dilakukannya dengan posturnya yang jauh lebih tinggi dari aku.

“Dadah onnie... Mee..rong!” Teriak Eun Min sambil menjulurkan lidahnya. “Minho, kamsahamnidaa.” Suara Eun Min terdengar begitu menyebalkan ditelingaku.

“Eun Min-aah...assh! Kau lihat, gara-gara kau anak itu melunjak, sekarang cepat katakan apa maumu aku mau makan, lapar sekali..”

“Waw, kau makan tanpa mencuci muka dulu, dasar.”

“Cepatlah lepaskan aku, dan katakan apa yang kau inginkan.”

“Hmm..okaay..baiklah..” Minho mulai bicara sambil mengendurkan pegangannya. “Tadi pagi aku mendapat pesan singkat di ponselku dari Sabeum Kim, dia bilang bulan depan akan ada turnamen kejuaraan taekwondo tingkat daerah, dan kau tahu hadiah utamanya, peserta yang memenangkan juara pertama putera-puteri berhak untuk ikut latihan selama 1 bulan di Doljang Red Tiger yang terletak di pulau Jeju.”

“Oh ya??” Mataku langsung membesar bercahaya, “benarkah itu?! Mengapa Sabeum Kim tidak mengabariku juga. Ahh..dia pilih kasih.”

Who is The Ice Man...?? (Rita Ashio Maryati)

Who is The Ice Man...?? (FF Lomba elfanfic)



Nama saya choi ji won..saya gadis biasa dan sangat sederhana...lahir dari keluarga sederhana tapi dengan ibu yang luar biasa..saya anak tunggal dari seorang single parents..kami mempunyai kedai kecil dan inilah yang menghidupi saya dan ibu sampai sekarang... kedai ini sangat sederhana..hanya terdiri dari 4meja dengan masing 4 kursi di sekelilingnya dan dapur di bagian belakang..

cckkkttt kkkkrrriiinnnggggiiiinnngg pintu di buka pertanda ada pelanggan datang

“selamat siang selamat datang di kedai kami..”sapa aku seraya memberi senyuman karena kata ibu kita harus memberi kesan yang baik dan menghormatinya karena mereka adalah raja..

lelaki itu tidak tersenyum..dia langsung duduk di kursi meja 2

“ini menunya silahkan dipilih” dia tidak bicara sama sekali... hanya melihat sekilas ke arah saya lalu menunjuk pada menu yang diplihnya yaitu sup ayam plus nasi...

“minumnya ..??” lagi lagi dia tidak menjawab hanya menunjuk pada sebuah air mineral.

“ada lagi..??”dia hanya menggelengkan kepala

“baik saya ulangi..pesanan anda adalah sup ayam plus nasi dan minumnya air mineral..silahkan tunggu 15 menit”
tidak ada senyuman apalagi kata terima kasih..sepertinya dia pendatang..mahasiswa yang akan kkn kalo tidak turis domestik yang hanya ingin melepas penat dari sesak ibu kota...berusia sekitar 21tahun dengan tinggi 184cm berwajah bulat,mata kecil,alis tebal dengan tahi lalat di hidungnya yang mancung cukup tampan...bukan tapi sangat tampan..

FULL HOUSE DAY ~YongSeo Couple (By Rabiah Adawiah)

FULL HOUSE DAY  (FF Lomba elfanfic)
~YongSeo Couple


DORM CN BLUE

8.00 am.

Jonghyun keluar dari kamar Yonghwa dengan terburu-buru disertai mimik puas. Dari dalam kamar terdengar suara Yonghwa yang mengomel. Jonghyun tidak menghiraukannya. Ia memutar-mutar topi koboi berwarna biru hasil jarahannya.

“Hyung, kau apakan Yonghwa hyung?” Minhyuk bertanya melihat Jonghyun yang cengar-cengir tidak jelas.

“Hehe... aku sudah punya topi untuk take gambar nanti. Ayo jalan!” katanya masih memutar-mutar topi di tangannya. Ia mengajak Minhyuk keluar dari dorm secepatnya.

Minhyuk menyingkirkan lengan Jonghyun dari bahunya.  “Ngak mau, ah! Aku mau sarapan dulu. Jungshin-ah, minta kopi dong... sekalian sandwich-mu!” Minhyuk mengeluarkan senyum dan tatapan lovely-nya.

Jungshin muntah melihatnya. Ia menyodorkan kopi dan sandwich dengan kasar di atas bar kecil. Tidak lama, Yonghwa keluar dari kamar. Jonghyun refleks berlindung di balik Minhyuk. Yonghwa mendelik melihat tingkahnya. Sambil menggaruk rambutnya yang berantakan, ia berjalan ke dapur meminta kopi pada Jungshin.

“Hyung, kamu kan belum tidur. Kenapa minta kopi. Nanti kau tidak bisa tidur loh!” Jungshin bertanya, tapi Yonghwa dengan cueknya mengambil gelas milik Jungshin.

Ia menyesap sedikit, lalu melirik Jungshin.

“Itu ekspresso! Yang dikirim Park Shin Hye noona kemarin.” jawab Jungshin.

Mendengarnya, Yonghwa hanya angkat bahu, lalu menegak mug-nya. Ia berlalu menuju ke sofa sambil membawa mug ekspresso-nya.

“Kau tidak mau tidur hyung?” Minhyuk heran melihat Yonghwa, yang belum tidur semalaman namun nekat meminum ekspresso.

“Iya, hyung... Kau harus tidur hari ini!” kata Jonghyun takut-takut.

Yonghwa mendengus. Menatap jengkel pada Jonghyun, lalu berkata dengan nada sinis yang dimilikinya, “Siapa yaa, yang tidak membiarkanku tidur.”

“Yaa! Hyung kau pelit sekali sih. Aku kan sedang mengalami bad hair day, jadi sangat butuh topi. Kalau hasil pemotretan jelek, kan nama C.N Blue juga yang rusak.” Jonghyun berusaha membela dirinya.

“Kau kan memang tidak pernah merawat rambutmu, hyung. Tidak heran kalau rambutmu rusak.” Jungshin berkata tanpa dosa, sambil mengusap rambutnya yang lurus. Minhyuk tertawa.

“Haisss! Bocah ini!” Jonghyun mendesis kepada Jungshin.

“Kalian pergilah! Kau bukankah ada schedule juga Jungshin-ah?” Yonghwa berkata kepada mereka, sambil menyalakan tivi.

Kamis, 03 Februari 2011

ANOTHER LOVE STORY...Chap 2

Disclaimer: Kisah ini hanya sekedar fanfics (Fiktif)  belaka, nama tokoh, kisah, tanggal dan tempat kejadian yang terdapat di sini hanyalah  berdasarkan rekaan penulis belaka.


Chapter 2


-Rumah Kontrakan, Yuseon-gu-

“Itulah, makanya jangan suka ngeledekin orang yang lagi kena musibah, ada temen jatoh kena bola malah diketawain. Kena batunya kan!” olok Tia disertai tawa geli, hingga semakin membuat Syindi geram dan membanting pintu kamar tidurnya hingga menimbulkan bunyi berdebam keras. Membuat Tia semakin terkikik geli melihat kelakuannya.

“Emangnya dia kenapa?” tanya Yuli yang sejak tadi sedang asyik memakan nasi goreng buatannya di meja makan.

“Dia baru aja ketemu ama temen lamanya, atau tepatnya musuh lamanya,” ujar Tia kembali terkikik geli.

“Temen lama?” tanya Yuli tak mengerti.

“Jadi mereka udah saling kenal ya Tia?” tanya Mila menimpali. “Bukannya cowok itu orang Korea? Gimana dia bisa kenal ama Syindi?”

“Cowok? Siapa?” tanya Yuli lagi karena dia semakin tak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Mila dan Tia. Tadi dia tak bisa menemani mereka berkeliling karena harus mengikuti kuliah Mikrobiologi di kampusnya.

Setelah berhenti tertawa, Tia menjelaskan. “Gini, cowok tadi itu emang orang Korea asli. Dia tuh dulu sempet tinggal di Indonesia, soalnya Ayahnya dulu pernah jadi dubes Korea di Indonesia. Tapi karna udah gak menjabat lagi, ya mereka pulang ke Korea,” jelas Tia yang disambut o panjang oleh kedua seniornya itu.

“Oh, jadi kalian pernah satu sekolah ama cowok tadi ya?”

I LOVE YOU (Saranghae) (By Nytha Sekar)

I LOVE YOU (Saranghae) --- (FF Lomba elfanfic)


Cast:

-          Cho Kyuhyun (Super Junior) as him self
-          Nytha Sekar as Lee Young In
-          Jung Yong Hwa (CNblue)  as him self
-          Selebihnya hanya tokoh karangan saja^^


Genre : Romance


-Lee Young In-

“Maafkan aku tapi lebih baik kita berpisah saja”

Perkataan Yong Hwa bagai petir di siang bolong. Pria yang telah menjadi kekasihku 3 tahun ini memutuskan untuk meninggalkanku begitu saja tanpa sebab yang jelas.

“Tapi, memangnya ada masalah apa? Selama ini kupikir hubungan kita baik-baik saja” aku mengguncang lengannya berharap Yong Hwa mengubah keputusannya. Aku belum bisa atau mungkin tidak akan bisa menerima perpisahan ini. Aku begitu mencintainya.

“Young In, aku sudah jenuh dengan hubungan kita. Sebaiknya memang kita akhiri saja semuanya. Mianhe, Young In”.

Yong Hwa berlalu meninggalkanku yang berdiri mematung di taman kota. Kurasakan mataku memanas. Sekarang pipiku telah basah oleh air mata. Sepertinya hidupku telah hancur. Yong Hwa, satu-satunya sumber kebahagianku pergi begitu saja. Aku berjalan tanpa arah menyusuri jalan kota yang mulai sepi. Aku berhenti di sebuah jembatan. Hatiku terlalu sakit hingga otakku pun sudah tak mampu berpikir lagi. Ini mungkin jalan terbaik.

Ku naikkan kaki kananku pada terali jembatan disusul kaki kiriku.

“Ayah, Ibu, maafkan aku. Aku sudah tidak sanggup hidup di dunia ini lagi. Kalian telah tiada dan sekarang Yong Hwa yang merupakan penyemangat hidupku pun pergi meninggalkanku begitu saja. Ayah, Ibu nantikan aku, aku akan menyusul kalian. Di alam sana pasti damai kan?” aku menarik napas perlahan dan mempersiapkan diri untuk melompat.

“Hei, Nona. Kau mau bunuh diri ya?” seorang pria berkaus putih mendekat ke arahku. Aku hanya diam membulatkan tekadku untuk melompat.

“Hei, Nona. Kau ini bisu ya? Kalau kau mau bunuh diri jangan di tempat ini. Kusarankan kau cari tempat lain saja. Kalau kau mati di sini, bisa-bisa tempat ini tak ramai lagi”

Argghh, siapa sih pria ini. Bisa-bisanya dia mengganggu proses ‘pelepasan rasa sedihku’.

“Nona, kau dengar aku tidak?” Pria itu terus saja berteriak ke arahku.

LETTER TO HEAVEN - Chap 3 - (By Patricia jessica)

Chapter 3


─Kim So Eun, Seoul, 2009─

“Hari ini hasilnya keluar, ya?” Kak Han Geng menggandeng tanganku dan tersenyum seolah hasil pemeriksaannya sama sekali tidak penting.

“Kim Bum tidak berangkat bersama kita ya?” tanyaku bingung.

Mama Kak Han Geng tersenyum singkat menanggapi pertanyaanku. ”Dia ada urusan, katanya...”

”Oooh...”

”Pasien Han Geng...” panggil perawat dari ruangan dokter. Spontan kami bertiga berdiri dan masuk ke ruangan itu.
Dokter membolak-balik hasil CT scan dengan dahi berkerut. Ia memandang kami dan tersenyum mempersilakan duduk. Sementara itu, dahinya kembali berkerut saat menatap hasil pemeriksaan itu.

”Han Geng, sudah berapa lama kau merasakan sakit di kepala seperti ini?” tanya dokter pada Kak Han Geng yang duduk di sebelahku.

”Sebenarnya sudah sejak setahun yang lalu, tapi yang terasa mengganggu baru akhir-akhir ini...”

Dokter berdehem untuk kembali menelusuri hasil pemeriksaan itu. ”Kau bisa melihat benjolan di sini?” ia menunjuk ke gambar pemeriksaan yang hitam putih. Tiba-tiba rasa takut melandaku. ”Ini gambar tumor pada lobus frontal di kepalamu...”

Mulutku terasa kering saat mengulangi kata-kata dokter itu. ”Tumor?”

LETTER TO HEAVEN - Chap 2 - (By Patricia Jessica)

Chapter 2


─Kim So Eun, Seoul, 2009─

“Benar nih, sudah merasa lebih baik?” tanyaku cemas saat Kak Han Geng berjalan bersamaku melangkah di atas trotoar yang mulai dipenuhi timbunan salju. Wajahnya terlihat sama pucatnya dengan kemarin.

“Ya, sudah lebih segar sekarang,” ia mengangkat tangannya dan memamerkan ototnya. ”Dan aku sudah kangen sama lapangan itu...”

Pelan, kusupkan tanganku ke lengannya. ”Aku tidak mau Kakak berlari dulu sementara ini. Aku tidak mau melihatmu jatuh...”

Rasanya setiap kali kututup mataku, semua kejadian itu masih bisa kugambarkan dengan tepat. Seperti gerakan lambat yang seakan hendak menghujam jantungku.

”Aku takut sekali kemarin...” ucapku tanpa pikir panjang.

Kak Han Geng menepuk pipiku dan tersenyum. ”Aku akan berhati-hati...” ia beruaha menenangkanku. ”Kemarin sangat memalukan ya?” ia mendesah dan menghembuskan nafas keras-keras.

Pipiku merona merah mengingat tatapan matanya yang lurus dan tajam.

”So Eun?” Kak Han Geng memiringkan wajahnya dan menatapku. ”Kau melamun kenapa? Pipimu merah sekali...”

Dengan terbata-bata, aku menjawabnya. ”Aku, sangat menyukai mata Kak Han Geng saat berlari. Rasanya jadi berdebar-debar...”

LETTER TO HEAVEN -Chap 1- (By Patricia Jessica)

Chapter 1 (FF Lomba elfanfic)


─Kim So Eun, Seoul, 2009─

Langit cerah hari ini. Sambil menarik nafas senang, kususuri pinggir lapangan atletik yang dipenuhi oleh teriakan anak-anak perempuan. Seperti biasanya, hari ini pun ia masih menjadi idola nomor satu dari klub atletik.

“Kyaaa!! Kak Han Geng!!!” teriak para siswi di sebelahku.

”Permisi,” ujarku, berusaha menyeruak dari antara gerombolan itu. Akhirnya, tanganku berhasil mencapai pagar kawat pembatas lapangan atletik itu.

”Kak Han Geng!” teriakku padanya, berharap suaraku bisa didengarnya dari antara suara puluhan gadis lain yang juga meneriakkan namanya.

Tetapi cowok itu mendengarnya. Dadaku berdentum keras. Kak Han Geng lewat sambil memberikan senyuman manis ke arahku.

”Tidaaak!! Dia tersenyum ke arahku!!” seru seorang gadis,

”Salah, ke arahku tahu!!” tukas gadis lainnya tidak mau kalah.

”Kalian berdua aneh.” seru gadis lainnya. Ketika dua temannya menoleh, dengan memiringkan kepala sedikit, ia berujar dengan wajah serius, ”Kurasa, ia malah jatuh cinta padaku!!”

Kontan, kedua temannya berteriak, ”Bhhuuu....” bersamaan sambil mencubitinya kiri kanan. Senyuman geli tidak bisa kutahan dari wajahku.

Kak Han Geng berdiri di samping pelatih sambil melihat catatan waktunya. Ia menoleh sekilas, dan melambai padaku. Lagi-lagi para gadis menjerit gila-gilaan. Dari lambaian tangannya yang sepintas itu, aku tahu sebentar lagi latihannya selesai. Dan itu artinya, kami akan berkumpul di halaman belakang, seperti biasanya.


From Tetangga WIth Love -Superjunior Fanfiction- (By Fira Maya Safira)

From Tetangga WIth Love  (FF Lomba elfanfic)


Genre: Humor

Donghae kesal.
Dia selalu bangun lebih telat dari ayam jagoya. Padahal dari dulu ia dendem banget  ma tu ayam jago. Coz, selama ini selalu aja ayam jagonya yang ngebangunin dia sampe jantungan. Untung ga koit, kalo ia ff ini judulnya The Death of Donghae, bukan From Tetangga With Love ..

Bagusnya, tu ayam dipotong trus digoreng dimakan bareng ma Onew. Tapi Donghae ga enak ma Yesung. Ayam itu kan pemberian Yesung pas ultahnya Donghae kemaren. Dan kalo Yesung ke rumah Donghae suka nanyain tuh ayam, “Si Ryeowook masih idup ?”
Yesung emang ada-ada aja namain ayam jagonya ‘Ryeowook’. Padahalkan itu salah satu temen mereka ada yang namanya ‘Kim Ryeowook’ hihihihi ....
~~~
Suatu hari, pas Donghae lagi asik manjat pohon jambu dibelakang rumah. Ia melihat keluarga baru dengan anak ceweknya yang cakep abis .. Matanya  langsung kedap-kedip ngeliatin tu cewek lagi nyiram bunga. Pegangannya pada pohon itu mengendur dan .... gubrak !
Donghae jatoh dari pohon. But, apalah arti sakit kalo punya tetangga baru yang kece ?.
~~~

Sejak punya tetangga baru yang kece. Donghae jadi jarang ngumpul lagi sama ganknya yang dinamain ‘Super Junior’. Jarang ngecengin kakaknya Kyuhyun yang cakep lagi. Hobinya saban hari nangkring aja di pohon jambu. Siapa tau tuh cewek nyiram kembang lagi. Sampe babenya curiga.

“Lo kenapa Hae manjatin pohon jambu mulu ? Kan buahnya udah abis ? Mau ngintip orang mandi lo ye ?”

Selasa, 01 Februari 2011

THE THIRD ROOM part 10

Judul : THE THIRD ROOM part 10



Genre : Thriller, Horror, Romance

Rated :  General

Cast :
Kang Hea In (author)
Noh Min Woo
Kim Nam Gil
Special appearance :    Choi Yeon Rin

****************

Sabtu, 5 Maret 2011 – Jam 10.54 --

DDRRRRTTTT…. Ponselku berdering dan bergetar

“Yoboseyo…”

“Hea In, ini aku Kim Nam Gil. Bisakah kita bertemu hari ini? ada yang ingin aku bicarakan, ini sangat penting!”

“Erghh…tapi hari ini aku—“

“Ini mengenai Yeon Rin—Choi Yeon Rin, sekarang aku mengerti keinginannya” sesaat aku tersentak Yeon Rin, nama si hantu, dan apa keinginannya??

“Mwo?”

“Aku ke tempatmu?, atau kau ke tempatku?”

“Baiklah, aku akan datang ke rumahmu” jawabku.

“Telepon dari siapa?” tanya Min Woo memergokiku, membuatku kaget. Segera aku memijit tombol off.

“Itu---“ Min Woo segera merebut ponsel dari tanganku…dan dia melihat nama yang tertera dari telepon yang masuk.

“Nam Gil?? Kau masih berhubungan dengannya??”

“Tidak---tadi dia hanya…”

“Kau akan bertemu dengannya bukan?”

“….”

“JAWAB Hea In!! Kau tidak boleh bertemu dengannya! Tidak Boleh!!”

“Waeyo?” tanyaku, kurasa aku harus bertemu dengan Nam Gil Oppa karena mimpiku yang terakhir, karena aku takut itu akan menjadi pertanda buruk.

“Karena…aku melarangmu!” bentak Min Woo. Sebenarnya aku paham alasan Min Woo melarangku tapi demi rasa ingin tahuku, aku terpaksa membantahnya.

“Apa alasannya? Karena kau cemburu bukan, cemburu yang tidak beralasan”

ANOTHER LOVE STORY...Chap 1

Annyoong Member, aku ada FF baru nih...tapi masih agak bingung mau diterusin apa enggak, takutnya ceritanya kurang menarik. jadi sekarang aku publish dulu chapter awalnya biar kalian semua bisa baca dan komen, kira-kira menarik gak? kalau menarik nanti saya lanjutkan....tapi kalau membosankan yah, gak jadi dilanjot hihihi..*dasarr gak niat*, jadi mohon komentarnya yang jujur yaa!! makasiii......*bow*

_____________________________________________

Disclaimer: Kisah ini hanya sekedar fanfics (Fiktif)  belaka, nama tokoh, kisah, tanggal dan tempat kejadian yang terdapat di sini hanyalah  berdasarkan rekaan penulis belaka.


ANOTHER LOVE STORY...


 
Chapter 1



-Bandara Soekarno-Hatta-

“Doakan aku ya Bu!” kata Syindi kepada Ibunya. Saat ini, dia akan berangkat ke Korea, tepatnya ke Kota Daejeon untuk meneruskan kuliahnya di KAIST (Korea Advanced Institute of  Science and Technology).  Tiga bulan yang lalu, dia bahagia sekali karena mendapat pemberitahuan bahwa dirinya diterima kuliah di Korea dengan beasiswa. Betapa tidak, selama ini, dia sangat memimpikan bisa kuliah di negeri itu. Apalagi saat ini dia mendapatkannya dengan beasiswa full credit, tentu itu sangat membanggakan. Walaupun dengan persyaratan yang cukup ketat, karena setelah 2 tahun kuliah, beasiswanya bisa saja dicabut apabila Indeks Prestasinya tidak mencapai angka 3. Aku harus berjuang!!, pikirnya saat itu.

“Ibu dan Ayah akan selalu mendoakanmu Nak! Kau hati-hatilah di sana. Jangan sampai sakit, dan ingat, belajar yang rajin ya, jangan sia-siakan kesempatan ini. Ayah dan Ibu sangat bangga padamu.” Ibunya lalu memeluk Syindi dengan berlinangan air mata karena harus berpisah dengan putrinya dalam jangka waktu yang cukup lama dan terpisah dengan jarak yang tidak dekat.

“Baik Bu,” sahutnya seraya membalas pelukan Ibunya. Hatinya cukup sedih, karena harus terpisah jauh dari kedua orang tua tercintanya. Tapi, ini adalah jalan hidup yang dipilihnya sendiri, dia harus tegas.

“Masuklah, pesawatmu akan segera berangkat!” kata Ayah Syindi, yang tiba-tiba menyela adegan mengharukan tersebut.

“Iya Ayah, aku pergi dulu,” ucap Syindi pilu lalu bergegas menuju ke terminal pemberangkatan, setelah mencium kedua tangan orang tuanya.