Kamis, 03 Februari 2011

I LOVE YOU (Saranghae) (By Nytha Sekar)

I LOVE YOU (Saranghae) --- (FF Lomba elfanfic)


Cast:

-          Cho Kyuhyun (Super Junior) as him self
-          Nytha Sekar as Lee Young In
-          Jung Yong Hwa (CNblue)  as him self
-          Selebihnya hanya tokoh karangan saja^^


Genre : Romance


-Lee Young In-

“Maafkan aku tapi lebih baik kita berpisah saja”

Perkataan Yong Hwa bagai petir di siang bolong. Pria yang telah menjadi kekasihku 3 tahun ini memutuskan untuk meninggalkanku begitu saja tanpa sebab yang jelas.

“Tapi, memangnya ada masalah apa? Selama ini kupikir hubungan kita baik-baik saja” aku mengguncang lengannya berharap Yong Hwa mengubah keputusannya. Aku belum bisa atau mungkin tidak akan bisa menerima perpisahan ini. Aku begitu mencintainya.

“Young In, aku sudah jenuh dengan hubungan kita. Sebaiknya memang kita akhiri saja semuanya. Mianhe, Young In”.

Yong Hwa berlalu meninggalkanku yang berdiri mematung di taman kota. Kurasakan mataku memanas. Sekarang pipiku telah basah oleh air mata. Sepertinya hidupku telah hancur. Yong Hwa, satu-satunya sumber kebahagianku pergi begitu saja. Aku berjalan tanpa arah menyusuri jalan kota yang mulai sepi. Aku berhenti di sebuah jembatan. Hatiku terlalu sakit hingga otakku pun sudah tak mampu berpikir lagi. Ini mungkin jalan terbaik.

Ku naikkan kaki kananku pada terali jembatan disusul kaki kiriku.

“Ayah, Ibu, maafkan aku. Aku sudah tidak sanggup hidup di dunia ini lagi. Kalian telah tiada dan sekarang Yong Hwa yang merupakan penyemangat hidupku pun pergi meninggalkanku begitu saja. Ayah, Ibu nantikan aku, aku akan menyusul kalian. Di alam sana pasti damai kan?” aku menarik napas perlahan dan mempersiapkan diri untuk melompat.

“Hei, Nona. Kau mau bunuh diri ya?” seorang pria berkaus putih mendekat ke arahku. Aku hanya diam membulatkan tekadku untuk melompat.

“Hei, Nona. Kau ini bisu ya? Kalau kau mau bunuh diri jangan di tempat ini. Kusarankan kau cari tempat lain saja. Kalau kau mati di sini, bisa-bisa tempat ini tak ramai lagi”

Argghh, siapa sih pria ini. Bisa-bisanya dia mengganggu proses ‘pelepasan rasa sedihku’.

“Nona, kau dengar aku tidak?” Pria itu terus saja berteriak ke arahku.


“Kau ini kurang kerjaan ya? Kalau aku mau bunuh diri di sini memangnya kenapa? Buat apa aku mencari tempat lain. Aku tidak merepotkanmu sama sekali. Jadi kumohon jangan campuri urusanku lagi!”

“Aku hanya khawatir. Hantumu nanti bisa mengganggu pengunjung tempat ini.” Ya Tuhan, pria ini sungguh membuatku makin stress. Aku turun dari terali jembatan dan berjalan menjauh dari pria itu.

“Hei, kau mau ke mana?” Panggilnya.

“Bukan urusanmu.” Aku berlalu meninggalkan pria menyebalkan itu.

“Nona, niat bunuh dirimu sebaiknya kau pikirkan masak-masak. Kau masih muda, untuk apa kau menyia-nyiakan umurmu? Masih banyak yang bisa kau lakukan di dunia ini. Jadi kumohon, urungkan saja niat bunuh dirimu yang konyol itu.” aku kesal. Sungguh pria itu tidak mengerti bagaimana perasaanku sekarang. Aku berbalik dan kulihat pria itu telah menghilang.

Kemana perginya pria itu? Apa jangan-jangan…………. Bulu kudukku berdiri. Sensasi takut menyerangku. Sungguh pria yang malang. Kalau aku bunuh diri, apa aku akan damai bersama ayah dan ibu atau justru akan menjadi hantu seperti pria tadi?. Pertanyaan itu terus berputar di otakku. Sedikit berlari, aku menjauh dari tempat itu, kuurungkan niatku untuk bunuh diri. Ya Tuhan, apa aku benar-benar telah berbicara dengan hantu. Aku merindik ngeri.

Sesampainya di rumah, segera aku menuju kamar. Ku benamkan wajahku pada bantal keroro kesayanganku. Semuanya berputar-putar di otakku, hantu itu dan juga Yong hwa. Aku menangis hingga akhirnya tertidur.


***

Sinar matahari telah mengintip di balik jendelaku. Kulihat jam kayu yang terletak di meja telah menunjukkan pukul 7. Hah? Pukul 7. Aigoo. Aku sudah terlambat. Kupercepat langkahku ke kamar mandi dan kembali lagi memori tentang peristiwa jembatan itu muncul begitu saja. Bulu kudukku berdiri.

Kunyalakan mp3 ponselku. Sengaja kuputar lagu yang cepat agar ketakutanku terhadap hantu jembatan dan kesedihanku karena Yong Hwa bisa sejenak menyingkir dari otakku.

Segera kukenakan seragam sekolah, menyambar tas yang ada di meja dan segera berangkat ke sekolah. Rumahku lumayan jauh dari sekolah. Ngomong-ngomong soal rumah, rumahku merupakan hadiah dari paman dan bibi Park. Mereka satu-satunya keluarga yang kumiliki, tapi mereka tak tinggal bersamaku. Mereka menetap di London karena Paman Park bekerja di sana.

Ah, sudah tiba di sekolah rupanya. Kulihat penjaga sekolah akan segera menutup gerbang, kupercepat langkahku tetapi sial, gerakan menutup gerbang si penjaga sekolah lebih cepat se per sekian detik dari lariku.

“Paman, kumohon buka gerbangnya. Aku kan hanya terlambat 5 detik.” Nada suaraku terdengar sangat memohon.

“Maaf, Nona. Walaupun hanya 1 detik, tetap saja tidak ada keringanan bagi yang terlambat. Dasar anak muda jaman sekarang, disiplin sudah disepelekan.” Penjaga sekolah itu melenggang menuju postnya tanpa memperdulikanku.

Sial. Aku pun melangkah tanpa tujuan yang pasti. Aku tidak ingin pulang ke rumah. Di rumah aku hanya mengingat semua kenanganku bersama Yong Hwa. Aku tiba di pantai. Entah mengapa hatiku menuntunku ke tempat ini. Mungkin tempat ini akan memberikan sedikit ketenangan.

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” aku berteriak berusaha melepaskan semua beban yang ada di dalam hatiku.

“Hei, Nona. Suaramu itu mengganggu orang tidur saja.”

Dengan kesal aku menoleh ke arah suara itu dan kutemukan pria ‘hantu jembatan semalam.

“Ha—han--” aku berlari sekuat tenaga. Tuhan,kenapa hantu itu bisa muncul di siang hari?

“Nona…..” ku dengar samar-samar suara hantu itu memanggilku. Bagaimana ini? Kalau aku dijadikan santapan hantu itu bagaimana? Tidak. Kutepis semua pikiran burukku mencoba berfikir positif. Mungkin dia hanya hantu gaul yang suka jalan-jalan. Tapi mana ada hantu dengan tipe aneh seperti itu? Ku stop taksi dan kembali ke rumah dengan perasaan kacau. Kenapa kejadian aneh terus-menerus menimpaku akhir-akhir ini? Lebih baik aku tidur saja, mungkin dengan begitu pikiranku bisa lebih tenang.



-Cho Kyuhyun-

Dasar gadis aneh. Untuk apa dia lari seperti itu? Memangnya dia pikir aku ini hantu, apa? Yang benar saja. pria tampan sepertiku dianggap hantu. Tapi kalau dipikir-pikir, gadis tadi familiar sekali. Aku berusaha memutar kembali memoriku tentang gadis itu. Oh, dia gadis konyol yang berusaha bunuh diri di jembatan semalam. Tadinya kupikir dia mau melanjutkan acara bunuh dirinya yang tertunda oleh kehadiranku ternyata dia mengurungkan niatnya. Baguslah kalau begitu. Bunuh diri bukannya menyelesaikan masalah tetapi malah makin memperburuk keadaan.

“Kyuhyun, kapan kau akan pindah kesekolah barumu?” seseorang membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arah suara tersebut dan ternyata itu suara Yong Hwa sahabatku sejak kecil.

“Besok, kuharap sekolah baruku menyenangkan.”

“Pasti menyenangkan. Semangat!” Yong Hwa mengepalkan tangannya dan melayangkannya di udara.


-Lee Young In-

Hari ini aku tidak terlambat ke sekolah lagi. Aku melenggang santai memasuki gerbang sekolah. Yang pasti aku masih kesal dengan penjaga sekolah mengingat peristiwa keterlambatan 5 detikku.

“Ah, ada siswa baru, katanya dia pewaris tunggal Grup Cho. Orangnya sangat tampan dan kuharap dia ditempatkan di kelas kita” kata Hae Ra salah satu teman sekelasku dan dia adalah sahabat baikku.

“Aish, Hae Ra, kau selalu berkata seperti itu kalau melihat pria” Hae Ra memanyunkan bibirnya.

“Young In, kau ini tidak antusias sekali,” tiba-tiba Hae Ra memukul jidatnya. “Oh, iya aku hampir lupa kalau kekasihmu Yong Hwa juga termasuk kategori tampan. Tapi aku yakin, yang ini lebih tampan dari semua pria yang masuk dalam kategori ‘tampan’ku.” Aku menunduk menahan sesuatu yang mendesak keluar dari mataku.

“Young In, kau kenapa? Kau sakit?” Hae Ra menatapku cemas seraya meletakkan tangannya di jidatku.

“Yong Hwa… aku sudah berpisah dengannya,” air mataku kian mendesak keluar dan akhirnya aku kalah. Kini pipiku telah basah oleh air mata.

“Menangislah Young In, tapi nanti. Soalnya pak Choi sebentar lagi masuk,”

“Dasar Hae Ra, sebenarnya kau ini sahabatku atau bukan?” aku memanyunkan bibirku karena kesal dengan Hae Ra. Bisa-bisanya dia bercanda seperti itu padahal aku lagi sedih seperti sekarang.

“Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru,” kata pak Choi yang baru beberapa detik yang lalu masuk ke kelasku. Seorang pria melangkah masuk ke dalam kelas. Dia tinggi, putih, dan badannya lumayan bagus. Tetapi betapa terkejutnya aku saat dia berbalik mengahadap ke arahku. Jantungku sepertinya akan copot. Hantu jembatan yang membuat pikiranku kacau, kini berdiri di hadapanku. Oh Tuhan, ini betul-betul gila.

“Perkenalkan, nama saya Cho Kyuhyun,” kata hantu itu memperkenalkan diri. Aku mendengar decakan kagum menggema di seluruh ruang kelasku. Apa tidak ada yang tahu kalau dia hantu? Bisa-bisanya hantu bersekolah di sekolah manusia.

“Kyuhyun, bangku di sana kosong. Kau bisa duduk di sana,” kata pak Kim sembari menunjuk bangku kosong yang berada tepat di depanku. Apa-apaan ini? Lengkap sudah semua kesialan ini.

“Young In, kau tak apa-apa? Kenapa kau berkeringat begitu?” Tanya Hae Ra. Aku menggeleng tanpa bisa mengeluarkan kata-kata.


-Cho Kyuhyun-

Sekolah ini lumayan baguss dan sepertinya siswa-siswanya juga ramah. Mataku sibuk menelusuri setiap detail yang ada di sekolah baruku ini.

“Kyuhyun, bangku di sana kosong. Kau bisa duduk di sana,” kata pak Choi –kalau tidak salah nama guru yang sekarang berdiri di sampingku. Aku memicingkan mata ke arah yang ditunjukkan Pak Kim dan dapat kulihat gadis yang duduk tepat di belakang bangku itu adalah gadis yang kutemui di jembatan beberapa waktu lalu. Dunia memang sempit. Tapi kenapa dia terlihat sangat shock. Keringatnya pun mengucur deras. Apa dia sakit?


***

“Hei, Nona,” sapaku pada gadis’Jembatan’ sepulang sekolah.

“Ka…ka…kau…” kata-katanya tergagap dan gadis itu terkesan menghindar.

“Aku? Ada apa denganku? Apa ada yang salah?” tanyaku bingung.

“Ka—kau han—hantu jemb—jembatan itu k—kan? Untuk apa k—kau mengiku—tiku sam—pai kemari? Aku ber—sumpah, niat bunuh diri—ku sudah kubatalkan sepe—nuhnya. Jadi ku—mohon jangan meng—hantuiku lagi,” ucapnya terbata-bata sembari menunduk dan memohon.

“Kau ini bicara apa? Hantu apa? Hah—kau pikir aku ini hantu? Mana ada hantu setampan aku. Jelas-jelas aku ini manusia sepertimu,” aku menjelaskan dengan sedikit kesal. Aku sungguh tak habis pikir, bisa-bisanya gadis ini berpikiran seperti itu.

“Tapi, malam itu kau datang dan menghilang begitu saja, apa lagi namanya kalau bukan hantu?”

“Ah—kau ini, itu bukan tiba-tiba. Kau saja yang tidak memperhatikan. Malam itu aku terburu-buru karena ada janji dengan seseorang,” gadis itu membualtkan bibirnya dan mengangguk tanda mengerti.

“Sekarang kita berteman? Aku Cho Kyuhyun.” Kataku mengulurkan tangan.

“Tentu saja. Aku Lee Young In,” katanya tersenyum sambil membalas uluran tanganku.


-Lee Young In-

“Maaf, kalau boleh aku tau, malam itu kenapa kau mencoba bunuh diri?” pertanyaan yang sangat kuhindari akhirnya diucapkan olehnya.

“Apa kau bisa menebak hal yang kira-kira mebuat seorang gadis frustasi dan menurutku hal itu tak mungkin terjadi pada seorang pria?” jawabku.

“Emm—apa ini karena seorang pria? Kau disakiti oleh seorang pria dan kau merasa hidupmu sudah tak berarti lagi tanpanya?” kyuhyun berusah menebak dan benar saja dia mampu menebak dengan mudah masalah yang kuhadapi.

“Ya, kau memang benar. Tebakanmu tepat sekali tapi aku sudah membuang jauh-jauh pikiran konyolku itu. Dan kurasa pernyataanmu malam itu tepat sekali. Aku masih terlalu muda untuk menyia-nyiakan umurku. Masih banyak yang bisa kulakukan di dunia ini,” Kyuhyun tersenyum. Ah—aku betul-betul bodoh, mana mungkin ada hantu memiliki senyum semanis itu. Aku berharap semoga kami –aku dan Kyuhyun- bisa menjadi teman baik.

***

“Untuk ujian Seni, ibu akan membagi kalian secara berpasangan. Kalian bisa lihat pasangan dan bahan yang akan diujikan masing-masing pada papan pengumuman setelah jam pelajaran ibu berakhir,”

Seni adalah pelajaran yang paling kusukai. Semoga saja aku mendapat pasangan yang bisa diajak kerja sama dengan baik.


-Cho Kyuhyun-

Seni memang pelajaran yang paling kusukai. Kira-kira siapa yang akan jadi pasanganku nanti? Semoga aku bisa melakukan yang terbaik saat ujian nanti.

“Kyuhyun,” sapa seorang gadis sambil memukul punggungku.

“ah—Young In, ada apa? Apa kau sudah tau siapa pasanganmu?” tanyaku menatap Young In yang terlihat sangat bersemangat. Sangat berbeda dengan data pertama kali kami bertemu.

“Tentu saja aku sudah tau. Apa kau belum melihat pengumumannya?” aku menggelengkan kepala. “kau ini, kita satu kelompok dan tugas kita saat ujian nanti adalah bernyanyi sambil bermain musik,” kata Young In menjelaskan.

“Kita berpasangan? Yang benar saja. Kenapa harus kau?” kataku berpura-pura tidak senang yang berhasil membuat wajah Young In kesal. “Aku Cuma bercanda, kalau begitu kapan kita latihan?”lanjutku.

“Bagaimana kalau besok di rumahku? Nanti alamatku ku kirim lewat SMS saja”

“OK,” kataku sembari mengangkat jempol tanganku ke jidatnya.

“Ah—kau ini,” kata Young In protes.

***

-Lee Young In-

Sudah satu minggu aku dan Kyuhyun latihan bersama untuk menghadapi ujian seni. Kami memilih piano sebagai alat musik yang akan kami mainkan nanti. Ternyata Kyuhyun sangat pandai memainkan alat musik itu. Dan hal yang paling aku senangi, sepertinya rasa sakitku karena Yong Hwa sudah tidak terlalu menggangguku lagi.

“Young In, apa yang kau sukai dari piano?” Tanya Kyuhyun suatu hari saat kami latihan di rumahku.

“Kau tau? Setiap nada yang dihasilkan piano itu membuat hatiku tenang. Dan setiap kali aku mendengar dentingan piano, rasanya mendiang orang tuaku berada dekat sekali denganku,” kulihat Kyuhyun mengangguk-angguk mendengar jawabanku.

“Kyuhyun, ayo kita latihan lagi. Kali ini harus lebih kompak dari sebelumnya.” Kataku bersemangat.

Kamipun kembali berkutat dengan tuts-tuts piano. In My Dream milik Super Junior memang lagu yang sangat indah dan sangat tepat diiringi oleh piano. Aku sesekali menutup mata, meresapi indahnya dentingan piano yang kami mainkan. Aku menolehkan wajahku ke arah Kyuhyun, kulihat dia sangat menikmati permainan pianonya.

Deg.

Jantungku terasa berdetak lebih cepat. Apa ada yang salah denganku. Oh Tuhan, kenapa ini? Karena gugup tanganku tak sengaja menyentuh tangan Kyuhyun. Permainan piano berhenti. Waktu pun terasa berhenti saat Kyuhyun menatapku. Hatiku berdesir hebat. Jantungku makin berdetak tidak karuan. Apa aku jatuh cinta pada pria ini? Rasanya sulit dipercaya, aku baru mengenalnya dan apa mungkin aku bisa melupakan Yong Hwa secepat ini?

-Cho Kyuhyun-

Aku menghentikan permainan pianoku.aku gugup. Jantungku berdetak kencang. Sensasi aneh timbul begitu saja saat Young In menyentuh atau lebih tepatnya tidak sengaja menyentuh tanganku. Aku menoleh ke arahnya dan selama beberapa detik mata kami bertemu. Suasana canggung tercipta di antara kami. Ada jeda—hingga akhirnya aku pamit pulang.

Tenyata perasaan aneh itu tak hilang juga setibaku di rumah.pikiranku hanya bergulat dengan pikiran tentang Young In. Permainan pianonya, ekspersinya, senyumnya. Semua itu membuat hatiku tidak karuan. Apakahaku jatuh cinta pada Young In si gadis jembatan yang mencoba bunuh diri itu?


-Lee Young In-

Canggung, ah—rasanya sungguh tidak nyaman. Aku dan Kyuhyun yang bisanya sangat akrab, kini kami hanya berbicara seperlunya saja. aku selalu merasa bahwa wajahku memerah saat bersamanya.

“Young In,” kudengar suara tidak asing memanggilku. Aku menoleh dan tepat sekali perkiraanku.

“Yong Hwa, ada keperluan apa kau ke sini?” kataku sedikit sinis.

“Aku ingin minta maaf atas kelakuanku beberapa waktu lalu. Aku tau sikap itu sudah keterlaluan. Aku meninggalkanmu begitu saja dengan alasan konyol yang sulit diterima. Setelah berpisah darimu aku baru sadar bahwa keputusanku memang salah. Aku masih mencintaimu, Young In. Maukah kau memaafkanku dan kembali padaku lagi?” kata Yong Hwa sambil memberikan sebuket mawar putih dan boneka doraemon kesukaanku.

“Aku memaafkanmu---“


-Cho Kyuhyun -

Bebarapa hari ini ada jarak antara aku dan Young In. Kami hanya berbicara jika memang itu perlu. Selama beberapa hari itu pula aku mulai memberi jawaban pada hatiku. Aku yakin bahwa aku memang telah jatuh cinta pada Young In. Dan hari ini ku kumpulkan keberanianku untuk mengutarakan perasaanku padanya walaupun aku sendiri tidak yakin bahwa Young In akan menerimaku mengingat sakit hatinya karena ditinggal pria yang sangat dicintainya. Ya! Kyuhyun Hwaiting!!

Aku menyusuri koridor sekolah sembari mengedarkan mata mencari keberadaan Young In. Aku menuju taman. Dan benar saja, kulihat sosok wanita yang kucintai itu. Tapi siapa pria yang berada di hadapannya itu. Aku memicingkan mata dan Yong Hwa –sahabatku—adalah pria yang bersama Young In saat ini.dia membawa sebuket mawar dan boneka kemudian menyerahkannya pada Young In.

“Aku ingin minta maaf atas kelakuanku beberapa waktu lalu. Aku tau sikap itu seudah keterlaluan. Aku meninggalkanmu begitu saja dengan alasan konyol yang sulit diterima. Setelah berpisah darimu aku baru sadar bahwa keputusanku memang salah. Aku masih mencintaimu, Young In. Maukah kau memaafkanku dan kembali padaku lagi?” kudengar kata-kata Yong Hwa dengan sangat jelas. Yong Hwa, ternyata dialah mantan kekasih Young In. Dialah pria yang membuat Young In menangis selama ini. Perasaan marah berkecamuk di hatiku. Aku tak habis pikir, sahabatku bisa menyakiti hati seorang gadis.

“Aku memaafkanmu—“ akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Young In. Perasaanku bercampur aduk. Rasa kecewa pada Yong Hwa dan juga perasaan sakit karena aku yakin Young In –yang sangat mencintai Yong Hwa- akan menerima cinta Yong Hwa kembali. Aku berusaha menata hatiku yang hancur berkeping-keping. Walau bagaimanapun aku tak berhak marah pada Yong Hwa. Young In –gadis yang disakiti Yong Hwa- saja sudah memaafkannuya. Aku berjalan dengan perasaan sedih yang tak terbendung. Walaupun aku berusaha menerima semuanya tetap saja hatiku sulit di ajak bekerja sama. Patah hati memang menyakitkan. Dengan langkah gontai aku menapaki koridor sekolah. Tiba-tiba kepalaku pusing. Bruk! Kurasakan kakiku lemas dan terjatuh menimpa seseorang.

 “Hae Ra, maafkan aku, aku tak sengaja.” Aku segera berdiri saat menyadari bahwa Hae Ra telah berada tepat di bawahku.

“Ah—tidak apa-apa, apa kau sakit?” Tanya Hae Ra cemas.

“Tidak, aku hanya sedikit pusing. Sekali lagi aku minta maaf,”

“Sudahlah, kau lebih baik istirahat saja.” aku mengangguk kemudian melangkah menuju kelas.


-Lee Young In-

“Aku memaafkanmu, tapi aku sudah tidak bisa bersamamu lagi,” kataku pada Yong Hwa.

“Apa sudah ada orang lain?” aku mengangguk membenarkankan. Aku sudah tidak bisa memungkiri bahwa aku telah jatuh cinta pada Kyuhyun si hantu jembatan.

“Yah, apa boleh buat. Sepertinya aku terlambat, aku berharap kau bahagia bersamanya.” Kata Yong Hwa membelai rambutku.

Setengah berlari aku mencari-cari keberadaan Kyuhyun, pria yang telah mengobati luka hatiku dan mebuatku jatuh cinta lagi. Mataku menelusuri setiap sudut sekolah. Air mataku mendesak keluar saat kulihat sosok yang kucariberada tepat di atas seorang gadis. Hae Ra, sahabatku sendiri. Apa yang mereka lakukan?

***

“Young In, kau menangis?” Tanya Hae Ra mengejutkanku. Buru-buru ku hapus air mataku.

“Tidak. Aku hanya ngantuk,” kataku berbohong.

“Ya! Hae Ra, kau jangan berbohong pada sahabatmu sendiri,”

“Aku tidak berbohong. Tapi Hae Ra, kau ini pandai sekali menutup rahasia. Kau pacaran dengan Kyuhyun dan kau tidak bercerita sedikit pun padaku. Kau masih menganggapku sahabat atau tidak?” Aku berusaha terlihat ceria walau sebenarnya hatiku sangat sakit. Tuhan, kenapa aku  sial sekali dalam hal percintaan seperti ini?

“Pacaran dengan Kyuhyun? Kau ini bicara apa?” Hae Ra terlihat sangat bingung dengan pernyataanku.

“Tadi di koridor kulihat kau dan Kyu---,” akutak sanggup melanjutkan kalimatku. Rasanya sakit jika harus mengingat peristiwa tadi.

“Apa kau cemburu? Kejadian di koridor tadi itu tidak sengaja. Apa karena hal ini kau menangis? Kau telah jatuh cinta pada seorang Cho Kyuhyun, apa tebakanku benar? Ayo jujur saja padaku!”aku mengangguk membenarkan. Hae Ra mengacak-acak rambutku dan menjelaskanperistiwa di koridor tadi.

“Sekarang Kyuhyun ada di mana? Aku ingin mengatakan sesuatu padanya,”

“Dia sudah pulang, kulihat dia pucat sekali. Sepertinya dia sakit,”

Aku segera berlari menyusul Kyuhyun. Kuharap dia belum jauh. Dan benar saja, kulihat dia baru saja menyeberang jalan. Aku sangat bahagia mendengar dia tidak memilki hubungan apapun dengan Hae Ra. Aku pun menyeberang dan bruk!! Tubuhku terhempas dan semuanya menjadi gelap.


-Cho Kyuhyun-

Karena perasaanku tidak membaik, aku memutuskan untuk pulang saja. Hatiku sangat sakit melihat Young In dan Yonghwa. Kuharap aku bisa kuat menerima semuanya.

Bruk!!

Sepertinya telah terjadi kecelakaan. Aku menoleh dan kutemukan sosok gadis yang kucintai terkapar tak berdaya. Di sekitarnya darah menyebar kemana-mana. Aku berlari ke arahnya dan segera melarikannya ke rumah sakit. Young In, kumohon bertahanlah.

***

“Apa kau keluarga Young In?” Tanya dokter yang menangani Young In.

“Bukan, dok. Saya temannya, Young In pernah bercerita bahwa orang tuanya sudah meninggal dan satu-satunya keluarga yang dia miliki tinggal di London,”

“Begini, kecelakaan tadi menyebabkan banyak pembuluh darah Young In yang pecah. Harus dioperasi tetapi kemungkinan selamatnya kecil sekali,”

“Dok, kumohon lakukan yang terbaik untuk Young In,”

***

Operasi sudah berhasil dilakukan tetapi Young In belum sadar juga. Ini sudah lebih satu minggu sejak kecelakaan itu. Dokter mengatakan jika dalam waktu dua minggu Young In tak kunjung sadar berarti kita harus ikhlas menerima segala kemungkinan terburuk.

Setiap hari aku menemani Young In di rumah sakit berharap dia akan segera sadar tetapi tak ada perubahan yang berarti. Aku cemas padahal ini sudah hari ke 13.

“Young In, kumohon bangunlah! Aku mencintaimu. Kumohon!! Biarlah aku yang menggantikanmu merasakan penderitaan itu. Sadarlah, Young In. Kau bilang kita harus menampilkan yang terbaik saat ujian seni nanti kan? Kau harus bangun agar kita bisa melakukannya.” Aku menangis. Air mataku sudah tak terbendung lagi.

“Kyuhyun,” akhirnya Young In membuka matanya. Young In sadar. “Aku mencintaimu,” Aku tak percaya Young In akan mengucapkan kalimat itu. Mungkin aku salah dengar. Kalimat itu pasti ditujukan untuk Yonghwa.

“Young In, sabarlah. Yong Hwa akan datang sebentar lagi. Aku yakin dia juga juga mencintaimu. Istirahatlah dan jangan banyak bergerak,”

“Yong Hwa? Kau ini bicara apa? Aku mencintaimu, Kyuhyun.” Kata Young In lemah. Apa? Dia bilang dia mencintaiku. Rasanya aku masih belum percaya. Benarkah pendengaranku ini?

“Bukankah kau dan Yonghwa--,”

“Tidak, aku hanya berteman dengannya. Aku—mencintaimu Cho Kyuhyun,” aku mengecup kening Young In pelan.

“Aku juga sangat mencintaimu, Young In. Cepatlah sehat dan kita akan menampilkan yang terbaik saat ujian seni nanti,” kataku sambil mengusap rambutnya.


***

Ini sudah hari ke 3 sejak Young In sadar kembali. Aku sangat bahagia. Aku membeli boneka Doraemon ukuran besar untuknya hari ini. Kuharap dia senang.

“argh--,” aku mendengar erangan kesakitan dari arah kamar Young In. Segera aku berlari ke kamarnya dan kudapati Young In tengah berjuang melawan rasa sakitnya.

“Young In, ada apa? Kau kenapa? Bertahanlah. Akan kupanggilkan dokter,” kataku cemas. Tuhan, kumohon jangan sampai terjadi apa-apa pada Young In-ku.

“Aku sudah tidak kuat lagi. Kumohon, teruslah memainkan piano. Piano yang telah mempersatukan kita, saranghae,” pegangan Young In pada tanganku yang tadinya kuat kini melemah dan---

“Tidaaak, Young In kumohon bertahanlah jangan tinggalkan aku seperti ini. Aku ingin kita memainkan piano itu bersama-sama. Young In.. Young In. Tubuhku melemas dan semuanya menjadi gelap.


-5 tahun kemudian-

Aku menatap foto Young In yang terpajang  di dinding ruang kerjaku. Sungguh bahagia melihat senyum Young In yang  mengembang di foto itu.

“Selamat pagi, sayang. Senyummu pagi ini indah sekali. Kuharap kau terus tersenyum seperti itu, karena senyummu adalah semangatku,” aku merasakan seseorang memelukku dari belakang dan bisa kutebak siapa dia.

“Mengapa kau tak mengatakannya langsung padaku,” kata Young In –wanita yang sekarang menjadi istriku.

“Bukankah itu terasa lebih romantis? Kataku sambil berbalik membalas pelukannya. Aku sangat bersyukur, Tuhan masih menyelematkan nyawa Young In. Young In berhasil melewati masa kritisnya dan sekarang semuanya baik-baik saja.

“Tapi belum tentu aku mendengar pernyataanmu tadi jika aku tidak masuk ruangan ini kan?”

“Aku tau kalau kau pasti masuk ruangan ini, Young In-ku,”

“Kau terdengar yakin sekali, Kyuhyunnie”

“Tentu saja. Karena aku tau hal pertama yang ingin ditemui Lee Young In setelah bangun tidur adalah Cho Kyuhyun yang tampan ini,”

“Kau percaya diri sekali, tapi tebakanmu sangat tepat, sayang.. saranghae” Young In mempererat  pelukannya.

“Na ddo saranghae,” aku memegang pundak istriku tercinta dan menatap matanya lekat. Bisa kulihat betapa cantiknya istriku dan sungguh beruntungnya aku bisa memilikinya. Kekecup kening istriku lembut dan dia kembali mempererat pelukannya.

Aku menggandeng tangan istriku menuju piano yang terletak di tengah ruangan dan kami pun larut dalam permainan piano kami. IN MY DREAM mengalun indah seindah kenyataan hidupku saat ini. Ini bukan mimpi, tapi kenyataan yang indah. Dan kuharap selamanya akan seperti itu.

--------



Mian, mian kalau tulisanku jelek dan agak geje. Maklum ini tulisan pertama. Kuharapkan kritik dan sarannya ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar