Sabtu, 05 Februari 2011

The New Year’s Night Mystery - Chap 3- (By Yosin Arek Narzis)-ENDING

Chapter 3: Love Truth  (FF Lomba elfanfic)



-Kim Nam Gil, 31 Desember 2010, jam 23.37-

Setelah aku menjelaskan tentang trik si pelaku kepada Dong Hae dan Min Woo, kami mengumpulkan semua orang—termasuk Inspektur Lee dan para polisi—untuk menjelaskan hasil analisis kami. Dengan begitu, mereka semua dapat mengetahui siapa pengacau yang sudah mengganggu pesta ini.

Kami bertiga sempat bertukar informasi soal pembunuhan ini. Dong Hae memberiku banyak informasi mengenai orang-orang itu sementara Min Woo memberitahuku apa saja yang ia dengar saat interogasi. Aku memang tidak terlalu mendengarkan saat interogasi karena sibuk berpikir mengenai trik si pelaku, yang—sayangnya—baru dapat kuketahui setelah pemeriksaan polisi selesai.


 “Pertama-tama, si pelaku memancing korbannya ke dapur. Setelah itu, ia memulai triknya,” Min Woo menjelaskan kepada orang-orang apa saja hal yang ditemukan oleh polisi dan meminta para polisi untuk menunjukkannya. Sambil mendengarkan penjelasan dari Min Woo, aku bersandar di tembok dan memakan permen lollipop.

“Apa ini?” Tanya salah satu dari mereka, menunjuk potongan daging.

 “Itu adalah petunjuk pertama dari trik ini,” jawabnya dengan senyuman misterius. “Sebelum memancing korbannya, pelaku meletakkan beberapa es batu di lantai. Daging ini menunjukkan bahwa si pelaku mengambil es batu dari kulkas sesaat sebelum pembunuhan terjadi, tanpa sempat membersihkan es-es itu sehingga daging itu masih menempel saat digunakan, karena jika sudah dipersiapkan sebelumnya, es ini tentu saja sudah mencair sejak awal,”

“Mengapa menggunakan es?” Tanya Inspektur Lee. “Mengapa tidak menggunakan air saja—melainkan harus menunggu es-es ini mencair?”

“Dibandingkan dengan air, es jauh lebih mudah untuk dibawa-bawa. Kalau menggunakan air, pelaku harus membawanya diam-diam dan ada kemungkinan untuk tumpah sebelum sempat digunakan,” jelasku.


 “Setelah memancing korbannya, pelaku bersembunyi di belakang pintu dan menunggu korban masuk ke dapur. Karena lantai yang licin, korban tergelincir dan jatuh di lantai. Saat itulah pelaku membunuhnya karena korban sedang lengah,” tambah Dong Hae.

Orang-orang mulai ribut. Mereka saling tuduh mengenai si pelaku. Sebelum terjadi perkelahian, para polisi melerai mereka dan menyuruh mereka kembali memperhatikan penjelasan dari Min Woo dan Dong Hae.

“Sebelum pembunuhan terjadi, memang ada pisau di meja dapur, dan pisau itulah yang digunakan untuk pembunuhan. Min Woo melihatnya saat Nam Gil berkelahi dengan Ji Yong,” lanjut Dong Hae.

“Sangat simpel yah? Begitulah yang akan terjadi  jika kau bermaksud melakukan pembunuhan, tetapi di tengah jalan kau mengalami musibah…ya kan, Ji Yong?” aku menarik sudut bibirku ke atas sambil melirik Ji Yong.

“Kaulah pelakunya!” seru Min Woo sembari menunjuk Ji Yong. “Sebelumnya kau sudah menyiapkan trik, tetapi gagal dilaksanakan karena kakimu terluka ditendang Moon Seong. Karena itu Nam Gil dapat mengalahkanmu dengan sangat mudah,”

Hah, jadi Min Woo berpikir aku dapat mengalahkan Ji Yong karena ia terluka? Kalaupun ia tidak terluka, aku tetap bisa mengalahkannya, meremehkan kemampuanku ya?

“Yang benar saja, memangnya kau sendiri tidak bisa menjadi pelakunya? Kau mengatakan kalau kau yang pertama kali melihat mayatnya di dapur, bisa saja itu cuma karanganmu kan?” elak Ji Yong.

“Yang dikatakannya itu benar. Bagaimana kau menjelaskan hal ini?” Tanya Inspektur Lee.

“Kalau memang Min Woo pelakunya, mengapa ia harus repot-repot memancing Moon Seong ke dapur? Kalau aku jadi Min Woo, aku pasti akan membuntutinya dan membunuhnya selagi ia ada di dalam toilet. Ia sempat berpapasan denganku tadi di toilet, pasti Ji Yong membunuhnya setelah itu,” potongku.

“Kalau begitu, apakah kalian tahu kapan aku mengambil es batu itu? Kalian tahu bahwa aku tidak membawa kantong plastik atau apapun untuk membawa es batu sebanyak itu,” elak Ji Yong lagi. Ia mulai terlihat tegang sekarang.

“Jung Soo sempat mengatakan kalau kau memang kesulitan berjalan, tetapi kau masih bisa berjalan untuk jarak dekat, misalnya dari ruang tengah ke ruang makan dan dari dapur ke ruang tengah,” Min Woo makin menyudutkan Ji Yong.

“Dan soal es, aku tahu kalau kau masih kesakitan saat itu jadi kau tidak bisa mengambilnya, tetapi es itu sudah dipersiapkan sejak awal—setelah rekanmu mengetahui kalau kau kesulitan berjalan,” sambungku.

“Rekan?!” Semuanya terkejut. Aku belum sempat memberitahu Min Woo dan Dong Hae soal rekan kerja Ji Yong dalam peristiwa ini.

 “Sepertinya aku harus menjelaskannya sendiri, yah?” gerutuku. Terpaksa aku harus menjelaskannya dari awal.

“Setelah aku memotong perkelahian itu, Hwang Rin menghilang. Moon Seong tetap di tempat dan pergi setelah mengetahui kalau Ji Yong kalah dariku. Saat itulah rekan Ji Yong menghubungi Moon Seong dan memancingnya untuk kembali ke dapur, dan Ji Yong sudah siap di belakang pintu dengan es batu yang diberikan rekannya secara diam-diam sambil menunggu kedatangan Moon Seong. Mereka berdua pastinya sudah merencanakan pembunuhan ini sejak awal, tetapi mereka tidak siap untuk kejadian ini—saat Ji Yong tiba-tiba terluka karena Moon Seong. Keteledoran inilah yang membuatku menyimpulkan kalau ada orang kedua, karena Ji Yong tidak mungkin pulih secepat itu, badan gemuknya pasti memperparah resiko jatuhnya, sehingga—tentu saja—ia  mengalami kesulitan berdiri saat itu,” aku kembali melirik tajam ke arah Ji Yong.

“Lalu,” lanjutku. “Orang yang memiliki kemungkinan paling besar untuk menjadi rekannya adalah…”

Dong Hae memotong perkataanku dengan segera. “Apakah itu…Hwang Rin?” Pintar juga Dong Hae menyimpulkan perkataanku. Aku tidak mengira Dong Hae yang suka bercanda sepertiku ternyata dapat menyimpulkan semua perkataanku, padahal saat itu ia tidak ada di tempat.

“Benar juga, kau yang mengambilkan es batu itu kan?! Kau menghilang saat Ji Yong-ssi berkelahi dengan Nam Gil-ssi dan semua orang pasti tidak ada yang menyadari bahwa kau mengambil es batu di kulkas karena saat itu perhatian semua orang tertuju pada mereka berdua,” seru Inspektur Lee, mengingat-ingat kembali hal-hal yang diketahuinya setelah interogasi.

“Bagaimana mungkin aku melakukan hal itu? Aku tidak mungkin menyakiti calon suamiku sendiri! Selain itu, mengapa harus di tempat seramai ini? Bisa saja aku membawanya ke tempat sepi dan membunuhnya disana,” elaknya.

“Kau berkata bahwa kalian akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.  Untuk seseorang yang tidak sabaran sepertimu, aku yakin kau akan segera mengambil tindakan sebelum terlambat. Makin lama menunggu, makin sedikit kesempatanmu untuk membunuhnya. Dan di tempat ini, pasti akan ada orang—selain kau, tentunya—yang dapat dicurigai. Misalnya Min Woo, sebagai saksi utama dan Dong Hae yang tidak terlihat sepanjang pesta. Kalau kau dan Ji Yong membunuhnya di tempat sepi, kalian akan langsung dicurigai sebagai tersangka utama,”

“Sialan kamu!” Ia bersiap untuk memukulku menggunakan tasnya, tetapi aku sudah menangkisnya duluan dan ia jatuh ke lantai. Aku mengambil tasnya dan membukanya.

“Ini bukti keterlibatan Hwang Rin,” ujarku. “Bagian bawah tas ini basah. Memang aku sempat mengambil HP Moon Seong yang disembunyikan Hwang Rin dari tas ini, dan saat itu tanganku basah. Tetapi, tidak mungkin basahnya sebanyak ini bukan? Ini pasti air dari es batu yang mencair itu. Selama ini kau menyimpan sisa es batu di dalam tas dan menggunakan tisu untuk menjaga dasar tas tetap kering, lalu kau membuangnya setelah kau siuman dari pingsanmu tadi, tetapi es itu sudah mencair sebagian besarnya karena apartemen ini sangat pengap,” kali ini Hwang Rin tidak bisa mengelak.

Dong Hae menyenggol bahuku pelan. “Kau bilang apartemen ini pengap? Enak saja, aku belum mempunyai uang untuk membeli AC, tahu” omelnya. Aku menyunggingkan senyum tipis.

“Terakhir, Hwang Rin sepertinya sudah tahu bahwa aku akan menggeledah HP Moon Seong secara diam-diam, karena itu ia menghapus nomor HP-nya di kontak HP Moon Seong.” Aku menatap Hwang Rin. “Kau yang menjawab panggilan itu tadi, aku mengetahuinya dari cara bicaramu yang sangat galak itu,” godaku.

“Bagaimana dengan orang yang ada di belakangmu itu?” sahut Inspektur Lee sambil menunjuk Dong Hae. “Kau sempat mengakui kalau ia menghilang sepanjang pesta, tentunya ia juga memiliki kemungkinan besar menjadi pelakunya, mengapa kau tidak mencurigainya?”

“Aku memang tidak tahu apakah ia berkata jujur. Ia beralibi bahwa ia pergi membeli minuman, tetapi ia terjebak kemacetan sehingga ia tidak dapat segera kembali kemari.”

“Lalu?”

“Ia berkata kalau Shindong meneleponnya dan mengatakan ada pembunuhan. Saat ia sampai disini, aku meminjam HP-nya. Tujuanku adalah melihat apakah Shindong benar meneleponnya atau tidak.”

“Jadi untuk itulah kau melihat HP-nya. Aku sempat terkejut, bagaimana bisa kau mengetahui pelakunya hanya dengan melihat HP-nya,” sahut Min Woo.

“Sejak awal aku memang mencurigai Ji Yong. Hanya saja, bagaimana bisa Ji Yong yang sedang terluka mengambil es dari kulkas secepat itu tanpa ada yang mengetahuinya. Ini membuatku menyimpulkan kalau ada lebih dari satu orang yang melakukan trik ini,” jelasku. “Oh, ya, Hwang Rin, saat aku menemuimu di ruang tamu, kau menangis. Itu bukan karena Ji Yong yang terluka, melainkan karena kau tidak tega membunuh calon suamimu—walaupun secara tidak langsung. Sebenarnya, kau juga menyukainya, kan?”

Ji Yong dan Hwang Rin saling bertukar pandang, kemudian Ji Yong mendekati Hwang Rin.

“Apakah yang dikatakannya itu benar? Jangan bohong, Hwang Rin. Aku sudah mengetahui sifatmu sejak kecil,”

Hwang Rin terisak. “Benar,” jawabnya singkat.

“Jadi karena itu kau menangis. Menyedihkan sekali cinta itu,” sindir Min Woo. Kami berdua—aku dan Min Woo—entah mengapa belum punya pacar. Sebenarnya kami memang menjadi idola di universitas, tetapi belum ada gadis yang cocok untuk menjadi pacar kami, jadi kami belum pernah merasakan yang namanya berpacaran. Sedangkan Dong Hae memang sudah sering berpacaran, tetapi, entah mengapa, selalu tidak bertahan lama.

“Apakah itu karena uangnya?” Tanya Ji Yong tanpa memperdulikan sindiran Min Woo.

“Yah, ia memang sedikit lebih baik darimu…Tapi hatiku hanya untukmu satu-satunya. Aku hanya tertarik padanya karena ia lebih sabar darimu—sedikit.” Hwang Rin menghapus airmatanya.

“Sudahlah, yang penting kita harus lebih memahami satu sama lain. Sekarang sudah tidak ada hambatan dalam kehidupan kita bukan?” Ji Yong dan Hwang Rin saling berpelukan.

“Aku mencintaimu,”

“Aku juga,”

“Ehm, sebaiknya kalian ikut dengan kami ke kantor polisi,” ujar Inspektur Lee. “Oh iya, terimakasih karena kau sudah membantu kami, tuan Nam Gil,” Inspektur Lee menjabat tanganku sambil tersenyum.

“Terima kasih kembali, Inspektur Lee,” jawabku ramah.


Setelah mengatakan itu, Inspektur Lee dan polisi-polisi itu membawa Ji Yong dan Hwang Rin ke kantor polisi, sementara aku, Dong Hae, dan Min Woo berjalan-jalan di luar apartemen.

“Sepertinya sudah waktunya aku mempunyai pacar lagi,” ujar Dong Hae sambil memandang kembang api yang bertebaran di langit malam.

“Memangnya sudah ada gadis yang kau sukai?” Tanya Min Woo iseng.

“Hei, hei, aku tidak bilang ada yang kusukai, aku hanya berkata, ‘sudah waktunya aku mempunyai pacar lagi’” wajah Dong Hae memerah seketika.

“Dasar kau ini,” Min Woo menyenggolnya pelan. “Bagaimana denganmu, Nam Gil?”

“Entahlah,” jawabku. Jalan hidup ini masih panjang, kita tidak akan tahu apa yang menanti di depan kita, aku tidak ingin kecewa karenanya. Ada waktunya kita harus memilih, dan pilihan itu tidak boleh salah. Kita akan menyesal nantinya.

“Pantas saja kau tidak punya pacar,” sahut Min Woo, seolah tahu isi hatiku.

“Sudahlah, jangan perdulikan hal itu, ini malam terakhir kita di tahun 2010 kan? Sebentar lagi countdown,” aku mengalihkan perhatian mereka.

“Benar, ayo kita akhiri tahun ini dengan perasaan bahagia. Konon, bagaimana kita mengakhiri tahun akan berpengaruh pada kehidupan kita di tahun berikutnya,” ujar Dong Hae dengan semangatnya.

“Kau mempercayai hal-hal seperti itu?” sindir Min Woo. Sejak dulu, Min Woo tidak menyukai hal-hal yang tidak ilmiah.
“Mungkin saja itu benar, kan?”

“Tidak mungkin itu terjadi,” Min Woo menggelengkan kepala. Aku tidak berkomentar apapun, hanya berharap tahun depan akan menjadi tahun yang lebih baik.

“Ah, countdown sudah dimulai,” Dong Hae mendengar suara orang-orang dari dalam apartemennya. “59, 58, 57,…”

“Saatnya kita make a wish,” ujar Dong Hae dengan bahasa Inggris yang agak berantakan.

“Memangnya apa yang kau harapkan?” tanyaku. “Mendapat pacar baru?”

Wajah Dong Hae memerah kembali. “Ah, tidak, aku harap kau dan Min Woo cepat mendapatkan pacar agar tidak cemburu denganku,” Dong Hae mencubit pipiku pelan.

“Apa gunanya mempunyai pacar, kalau mudah putus?” tantang Min Woo.

Dong Hae mengangkat bahu. “Kalian berdua memang tidak tahu apa-apa soal cinta,” sombongnya.

“3, 2, 1,…”


~END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar