Senin, 01 Agustus 2011

DISASTER LOVE - Chap 5 - Fanfiction Super Junior -

CHAPTER 5



- Perumahan Jogang - Lokasi shooting -     

Mengesampingkan kecemburannya, Hyun-in memutuskan untuk segera bergerak. Ia harus bisa meyakinkan Dong-hae agar mau menjadi model video klip lagunya.

Hyun-in tersenyum saat melihat idolanya itu tengah mendiskusikan naskah dengan sutradara. “Selamat pagi,” sapanya ramah.

Ahn Bong-soo—sutradara yang juga sepupu para gadis Kang—dan Dong-hae menengadah menatap gadis itu. “Hmm… kuharap kau membawakan buah-buahan itu untukku,” kata Bong-soo setengah menyindir sambil menatap keranjang buah-buahan yang dibawa Hyun-in.

“Ini untuk kak Dong-hae,” sahut Hyun-in diiringi senyum kecil. “Tapi aku juga membawakan buah-buahan untukmu dan kru,” tambahnya sambil menunjuk ke belakangnya, dimana para kru tengah mengerubungi sekeranjang buah-buahan lain.

Bong-soo tersenyum. “Baiklah, atas kemurahan hatimu, akan kuperbolehkan kau bicara sebentar dengan bintangku,” katanya, mengerti keinginan adik sepupunya itu, lalu menjauh untuk menghampiri krunya.

“Hai,” sapa Dong-hae ramah.

“Untukmu,” kata Hyun-in sembari menyodorkan keranjang berisi buah jeruk, pir, kiwi dan strawberry itu.

“Wah, semua buah kesukaanku! Terima kasih, Hyun-in!” kata Dong-hae tulus. “Kau baik sekali. tapi aku jadi merasa tidak enak merepotkanmu seperti ini—“

“Tidak merepotkan sama sekali,” sela Hyun-in. “Biar kukupaskan jeruknya,” ia menawarkan.

“Tak perlu, aku bisa sendiri. sekali lagi terima kasih,” kata Dong-hae.

“Tidak apa-apa,” Hyun-in berkeras. Ia duduk di kursi yang sebelumnya ditempati kakak sepupunya, lalu mulai mengupas sebuah jeruk. “Ini,” katanya, mencoba menyuapkan sepotong jeruk pada pria idamannya itu.

Dong-hae terkejut, tetapi karena tak enak hati, ia menerima suapan buah itu, membuat wajah Hyun-in berseri. “Ehm… kak, sebenarnya ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu…” mulai Hyun-in.




Seo-min tak memahami dirinya sendiri. seharusnya saat ini ia dirumah, di kamarnya, di depan komputernya, mengetik naskah drama yang sedang dikerjakannya. Tapi di sinilah ia, di lokasi shooting Lee Dong-hae. ingin bertemu pria itu untuk memuaskan rasa penasarannya. Mengapa Lee Dong-hae tidak juga menyerah setelah semua sikap kasar dan acuhnya? Apakah… dia benar-benar menyukaiku? Seo-min bertanya-tanya dalam hati.

Tak dapat dipungkiri, ada rasa senang dan bangga dalam hatinya. Seorang pria muda tampan, berbakat, dan terkenal seperti Lee Dong-hae, yang digilai banyak wanita, justru mengejar-ngejarnya. Namun tak semudah itu bagi Seo-min untuk percaya Dong-hae serius menyukainya. rasanya… sulit untuk diterima akal sehatku… batin Seo-min.
       
“Sepertinya kau terlalu menganggap tinggi dirimu sendiri. mana mungkin aku menyukaimu!? Apalagi cerita sampahmu itu! hah… yang benar saja.”

Seo-min menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah dengan begitu ia dapat menepis ingatan mengerikan itu dari benaknya.

“Kang Seo-min.”

Seo-min segera menoleh, dan berhadapan dengan senyum maut Ki-bum yang menyapanya. Disebelah pria muda itu, berdiri Sung-min yang menatapnya acuh tak acuh.

“Oh, kau,” sahut Seo-min datar, lalu berjalan pergi meninggalkan Ki-bum dan Sung-min begitu saja.

“Menemui kak Dong-hae lagi?” tanya Ki-bum, berjalan mengikuti gadis berambut pirang itu.

Seketika langkah Seo-min terhenti. Ia berbalik menghadap Ki-bum dengan mata melotot. “Siapa bilang aku kemari untuk bertemu dia!?” bentaknya. Dengan kesal ia kembali meneruskan langkahnya.

“Kasar sekali,” komentar Sung-min, sementara Ki-bum justru tersenyum geli melihat tingkah Seo-min.

Baru berjalan tiga langkah meninggalkan Ki-bum dan Sung-min, Seo-min kembali menghentikan langkahnya di dekat tangga. Ki-bum dan Sung-min yang penasaran ingin tahu apa yang membuat gadis itu terpaku, segera mendekatinya.

Di seberang ruangan, di ruang tengah rumah yang dijadikan lokasi shooting itu, terlihat Dong-hae dan Hyun-in tengah berduaan—dengan posisi membelakangi mereka. Bahkan Hyun-in menyuapkan sepotong jeruk ke mulut Dong-hae.

Sung-min dan Ki-bum saling bertukar pandang sesaat sebelum memandang wajah Seo-min. ekspresinya datar. Sulit untuk menebak isi hatinya. Namun cengkeraman tangan Seo-min di susuran tangga menjawab rasa penasaran Sung-min dan Ki-bum.

“Enak sekali menjadi Lee Dong-hae yang digilai banyak gadis, bukan begitu?” kata sung-min dengan sengaja. Diam-diam diliriknya Seo-min yang masih terus diam.

“Kau sendiri memiliki banyak penggemar,” komentar Ki-bum apa adanya.

“Ehm… kak, sebenarnya ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu…” Sung-min yang hampir menyahuti perkataan Ki-bum, mengurungkan niatnya demi mendengarkan perkataan Hyun-in yang terdengar oleh mereka. apakah pernyataan cinta? batinnya penasaran. Diliriknya lagi Seo-min yang juga terlihat serius mengamati dua orang di hadapan mereka itu. nah, salahmu sendiri bila adikmu akhirnya merebut Dong-hae, pikir Sung-min.

“Katakan saja,” sahut Dong-hae santai.

“Ehm… maukah.. kau…” Hyun-in terdiam sebentar, menambah ketegangan ketiga orang yang berdiri tak jauh dibelakangnya dan tengah mengamatinya dan Dong-hae itu. “Maukah kau menjadi model video klipku? Kumohon?”

Tanpa sadar Seo-min menghembuskan napas lega. Ki-bum yang berdiri tepat di sebelah kanannya, melirik gadis itu sembari tersenyum tipis.

“Model video klip?”

“Ya. selain ost Disaster Love bersama kak Kyu-hyun, aku juga akan mengeluarkan single lain untuk debutku. Karena kau idolaku, aku ingin kau yang menjadi modelnya. Apa kau bersedia?”

Setelah berpikir sesaat, Dong-hae mengangguk sembari tersenyum. “Boleh saja. kenapa tidak? hubungi saja managerku untuk mengaturnya.”

“Benarkah!?” tanya Hyun-in girang bukan kepalang. “Terima kasih banyak!” katanya sambil menggenggam kedua tangan Dong-hae.

Seo-min melangkah maju mendekati mereka sambil berdeham. Dong-hae segera mengangkat kepala dan tersenyum lebar saat melihat gadis berambut pirang panjang tersebut. “Seo-min!” sapanya bersemangat.

Senyum Hyun-in perlahan memudar, terlebih saat Dong-hae menarik lepas tangannya dari genggamannya dan berdiri untuk mendekati kakaknya.

“Kau ke sini untuk bertemu denganku?” tanya Dong-hae.

“Mimpi? Di mana Bong-soo?” tanya Seo-min, berpura-pura mencari sepupunya.

Dong-hae bersedekap sambil tersenyum jail. “Benarkah? kalau mencari Pak sutradara, kenapa kau malah datang ke sini? dia ada di sana, di dekat pintu masuk,” kata Dong-hae, menunjuk keberadaan Ahn Bong-soo dengan gerakan kepalanya.

Seo-min menoleh ke arah tersebut, dan langsung merona malu. “Oh, aku tidak melihatnya,” alasannya. “Ya sudah,” tambahnya dengan gumaman tak jelas sambil berbalik, berniat mendatangi sepupunya itu.

“Eit, tunggu,” cegah Dong-hae, menangkap pergelangan tangan Seo-min. “Mengobrollah sebentar denganku.”

“Aku—“

“Kak Dong-hae,” sela Hyun-in, mengembalikan perhatian Dong-hae padanya. ia berusaha tersenyum. “Terima kasih atas persetujuanmu. Akan kukabari lagi nanti,” katanya.

“Sama-sama. dengan senang hati,” kata Dong-hae ramah.

“Sampai jumpa di rumah, kak,” katanya pelan pada Seo-min saat melewati kakaknya itu.

“Ah, ya,” sahut Seo-min.



Hea-in mendesah lega setelah seluruh wajahnya dibersihkan dari semua make up yang menghiasi wajahnya sejak pagi. Ia baru memulai shooting sore tadi karena pagi dan siangnya melakukan pemotretan dan hadir di sebuah acara talk show. Ini sudah tengah malam, namun karena semua kru dan pemain—termasuk dirinya—belum makan malam, baru saja seseorang diutus untuk membeli makanan bagi mereka untuk makan bersama.

“Makanannya sudah datang,” lapor seorang kru pada Hea-in yang berada di ruang rias.

“Ya,” sahut Hea-in sambil mengikat rambutnya menjadi kuncir ekor kuda yang rapi sambil mengikuti pria itu.

Sung-min, Dong-hae, Ki-bum dan Kyu-hyun yang tengah duduk di sofa panjang yang berada di ruang tengah bersama para pemain dan kru lainnya, menengadah saat melihat Hea-in memasuki ruangan.

Keempatnya menyadari ada yang berbeda dalam penampilan gadis tersebut. Hea-in yang selama ini mereka lihat adalah Hea-in sang model dan aktris yang cantik, glamor, dengan make up sempurna. mereka berempat belum pernah melihatnya polos tanpa make up seperti ini. pakaiannya pun sederhana. Bukannya pakaian mahal nan seksi seperti biasa, namun hanya kaus besar bertuliskan I Love Korea dan celana jins biru sederhana. Ditambah gaya kuncir kudanya, Hea-in tampak jauh lebih muda dari usianya. Ia terlihat seperti gadis remaja polos, sesuatu yang rasanya mustahil dibayangkan oleh orang-orang bila mengenal Kang Hea-in selama ini.

Sangat kelelahan dan lapar, Hea-in duduk di bangku terdekatnya sambil menguap saat seorang kru menyodorinya piring makanan. Ia baru akan menyuap saat pemain yang duduk di sebelah kanannya berdiri dan seorang pemuda menggantikan tempatnya. Kyu-hyun.

Hea-in mendesah lelah sambil menyuap makanannya. Sekilas ia sempat melirik Dong-hae dan sedikit terkejut melihat pria itu ternyata sedang mengamatinya. di sebelah pria itu duduk Kim Ki-bum, teman segrup Dong-hae. orang yang kebetulan ditemuinya di KLUTCH kemarin malam.

Rupanya Ki-bum juga salah satu undangan pesta teman Hea-in. tentu saja Hea-in tak melewatkan kesempatan tersebut. selama mengobrol, ia memancing Ki-bum untuk menceritakan sebanyak mungkin tentang Dong-hae. Karena suasana pesta, minuman, atau entah apa, Ki-bum menjadi lebih santai dan terbuka pada Hea-in.
       
“Entah mengapa, Kak Dong-hae menyukai tipe gadis yang sulit untuk didekati. Mungkin karena tantangannya, mungkin juga karena gadis-gadis itu memiliki keunikan yang disukainya. Sebaliknya, gadis yang mengejar-ngejarnya justru tak menarik minatnya.”

“… ya, kan?”

“He? Apa?” tanya Hea-in kaget. Pikirannya melayang mengingat pembicaraannya malam itu dengan Ki-bum. Dong-hae tidak suka gadis yang mengejar-ngejar dan menggodanya untuk mendapatkan perhatian, padahal selama ini itulah yang dilakukannya.

“Kubilang, tak biasanya kau berpenampilan seperti ini,” ulang Kyu-hyun.

“Hmm,” gumam Heain acuh. Kalau begitu, mungkin aku harus mengubah taktikku, pikirnya.

“beberapa hari lagi kita akan melakukan shooting di luar kota,” kata Bong-soo. “Vila dengan pemandangan yang indah. Kau sudah mengurus alat transportasinya, Han?” tanyanya pada asisten sutradara yang duduk di hadapannya.

“Tentu saja,” jawab Han. “Aku sudah menyewa bus untuk hari itu.”

“Bagus,” komentar Bong-soo.

Dalam diam menyantap makan malamnya, Hea-in mendengarkan pembicaraan itu. namun ia merasa agak terganggu karena merasa terus diperhatikan. Oleh Kyu-hyun.

“Bisakah kau berhenti menatapku seperti itu?” tanya Hea-in.

Kyu-hyun terus saja memandangi Hea-in sembari tersenyum. “Kau lebih cantik tanpa make up,” katanya, mengutarakan apa yang ada dalam benak hampir semua pria di ruangan itu—termasuk Sung-min,Dong-hae, dan Ki-bum. “Terlihat lebih muda dan manis.”

Hea-in tertawa. Ditepuknya pipi pemuda itu lembut. “Bermulut manis seperti biasa,” katanya geli. “Terima kasih, Dik.”

Kyu-hyun yang semula senang merasakan tangan lembut Hea-in menyentuh wajahnya, langsung cemberut. Terlebih saat mendengar kikikan tawa tiga kakak Super Junior-nya. Namun dengan cepat ia kembali tersenyum saat menahan tangan Hea-in di wajahnya, dan mengusap-usapkan tangan lembut wanita itu ke pipinya.

“Sama-sama,” sahut Kyu-hyun disertai senyum nakal.

Hea-in mendengus sembari menarik tangannya. “Berhentilah menggangguku. Orang-orang bisa salah paham,” kata Hea-in. “Gara-gara kau seperti ini, para fansmu mengata-ngataiku lewat jejaring social,” gerutunya.

Kyu-hyun sedikit meringis. Ia juga melihatnya. Mereka mengatai Hea-in tante girang yang mengincar daun muda. Omong kosong! maki Kyu-hyun dalam hati. usia kami tidak sejauh itu.

“Maaf,” ucap Kyu-hyun tulus. “Aku sudah meminta mereka berhenti mengganggumu—“

“Kaulah yang lebih dulu harus berhenti menggangguku,” sela Hea-in.

Kesal, Kyu-hyun mencondongkan tubuh ke arah wanita incarannya itu dan berbisik. “Sebenarnya kau tak menyukaiku karena Diriku, atau karena aku bukan pria yang disukai Hyun-in?”

Seketika Hea-in menatap tajam Kyu-hyun. “Apa maksudmu!?” tanyanya dingin.

Dalam diam Kyu-hyun mengamati reaksi Hea-in, sebelum mengangkat bahu acuh tak acuh. “Lupakan,” katanya, lalu melanjutkan makannya. Sepertinya perkataan Hyun-in bukan sekedar bualan, batin Kyu-hyun.



- KK Entertainment -      

Kyu-hyun mencuci tangannya di wastafel sambil mengamati penampilannya melalui cermin besar yang terpasang di dinding toilet pria tempatnya berada saat ini.

Hari ini ia dan Hyun-in baru memulai rekaman mereka setelah sebelumnya terus melatih vokal. Walaupun hari pertama latihan keduanya mengalami percekcokan, namun latihan-latihan selanjutnya berjalan lancar. Hyun-in amat berkonsentrasi dan menunjukkan kemampuan terbaiknya. Namun percekcokan mereka di hari pertama latihan menimbulkan jarak di antara keduanya.

Saat membuka pintu dan melangkahkan sebelah kakinya keluar dari toilet, Kyu-hyun terhenti. Di depannya Hyun-in berdiri dengan kepala menunduk dengan sebelah tangan memegang kenop pintu toilet wanita yang tertutup.

“Sedang apa kau—“

“…iya, kudengar juga begitu,” terdengar suara wanita dari dalam toilet.

“eh, tahu tidak, malah katanya, dulu tubuh Kang Hyun-in itu amat sangat gemuk! Wajahnya pun norak dan jelek! Mengerikan sekali! bila melihatnya yang semungil dan secantik boneka seperti sekarang, sudah pasti hasil dari sedot lemak dan operasi plastic berkali-kali!”

Para wanita di dalam sana sedang membicarakan Hyun-in? batin Kyu-hyun kaget. Diselidikinya reaksi Hyun-in, dan melihat kesedihan yang terlukis jelas di wajah gadis itu.

“Suaranya sangat biasa, bukan begitu menurut kalian? Dia juga tidak bisa bermain music atau menari. tapi karena dia anak big bos, ia debut lebih dulu dibandingkan anak-anak trainee yang sudah berlatih bertahun-tahun.”

Tubuh Hyun-in gemetar. Dadanya sesak oleh beragam emosi yang bercampur baur. Marah, sakit hati, kecewa, dan sedih… apakah aku seburuk itu? ia bertanya-tanya dalam hati. rasa percaya dirinya seketika menurun drastis. Mungkin aku memang tidak pantas menjadi penyanyi…


      Oh too perfect, I appear in your eyes.
      I will not let anyone else stay with you instead of me woahh~
      Your brows and eyes,your side face, your neck, your charm.
      Your everything from head to toe, I have already fallen for you.


Hyun-in tersentak kaget saat sesuatu menyentuh kepala dan telinganya. Terlebih saat mendengar lagu Perfection Super Junior M mengalun di telinganya. Mengangkat kepala, ia baru menyadari kehadiran Kyu-hyun yang berdiri di sisinya. Pemuda itulah yang memasangkan headseat di telinganya.

“Memang menyebalkan sekali. Tidak adil! padahal suaraku jelas lebih indah. Aku bisa memainkan gitar dan biola. Tarianku pun cukup bagus. dan aku cantik alami tanpa operasi! Dasar—“

Tak tahan lagi dengan hanya berdiam diri membiarkan betina-betina di dalam sana berkoar-koar, Kyu-hyun mendorong Hyun-in pelan ke samping untuk memberinya jalan.

Keempat wanita di dalam toilet itu terkesiap kaget saat melihat Kyu-hyun. Tersenyum licik, Kyu-hyun mengamati ID Card di dada para penggosip itu teliti, menghafal semua nama.

“Wang Eun-soo, Kim Ri-hae, Son Su-ji, dan Ham Bit-ra,” ucap Kyu-hyun. “Dengan senang hati akan kusampaikan semua keluhan kalian pada Tuan Kang. Selamat siang.” Ditutupnya pintu toilet, lalu dengan gerak cepat menarik tangan Hyun-in yang masih mematung dan pucat untuk segera pergi dari sana.

Keempat wanita dalam toilet tadi segera keluar dan memanggil Kyu-hyun, ketakutan dengan nasib mereka di perusahaan itu. Kang Hyun-in, si putri bungsu, seperti yang diketahui semua orang adalah kesayangan Tuan Kang. Bila dia tahu karyawan dan anak trainee-nya sendiri berani menjelek-jelekkan putrinya, sudah pasti tamat riwayat orang-orang sial itu. dan rasa takut mereka bertambah ribuan kali lipat saat mengenali sosok gadis yang bersama Kyu-hyun. Kang Hyun-in.

Namun Kyu-hyun mengacuhkan mereka, dan justru mempercepat langkahnya, membuat Hyun-in terpaksa berlari kecil mengikutinya. Saat ini gadis itu bagai boneka tak bernyawa yang menurut saja pada semua arahan Kyu-hyun.

“Tak usah dengarkan mereka,” kata Kyu-hyun sambil menuruni anak-anak tangga menuju lantai satu. Diliriknya Hyun-in karena tak juga mendapat jawaban. Ia mendesah saat melihat ekspresi menerawang gadis itu. kuharap dia tidak menangis di depanku, batinnya penuh harap campur iba.

Tiba-tiba terlintas sebuah ide dalam benak Kyu-hyun. Menyeringai, ditariknya Hyun-in menghampiri seorang karyawan pria yang baru keluar dari sebuah ruangan. “Permisi, di mana ruang wardrobe?” tanyanya pada pria itu.

Baek Song-bok, nama yang tertera di ID Card yang dipakai pria itu, menatap Kyu-hyun dan Hyun-in bergantian dengan penasaran. Terlebih melihat keduanya berpegangan tangan.

“Eh, di sana, terus saja, sampai pojok belok kiri, pintu paling ujung.”

“Terima kasih,” kata Kyu-hyun singkat, lalu cepat-cepat mencari ruangan itu.

Hyun-in yang terlalu sedih dan bingung, baru mulai tersadar ketika sampai di ruang wardrobe. Dengan bingung di amatinya ruangan di sekitarnya dan terakhir menatap Kyu-hyun yang sibuk bergerak ke sana kemari.

“Apa yang kita lakukan di sini?” tanyanya.

Kyu-hyun melirik Hyun-in sekilas sebelum melanjutkan pencariannya. “ah, ini cocok,” gumamnya puas sambil menarik sebuah wig panjang dari pajangan. “Mencari beberapa barang,” jawabnya kemudian.

Hyun-in menggeleng-geleng tak mengerti. “Aku pergi,” katanya sambil melepas headseat dari telinganya dan mengeluarkan iPod Kyu-hyun yang sebelumnya dimasukkan pemuda itu ke saku celana yang dipakai Hyun-in. Tapi Kyu-hyun segera menahan gerakan tangan Hyun-in.

“Kau akan pergi. tapi bersamaku,” kata Kyu-hyun.

“Apa? aku tidak mengerti—“

Pluk. Kyu-hyun memakaikan sebuah topi ke kepala Hyun-in sambil tersenyum nakal. “Tak perlu mengerti. nikmati saja.”



- Minx Mall -                                                                                 

“Kau yakin ingin memakai itu!?” tanya Hyun-in tak percaya, memandangi Kyu-hyun yang duduk di kursi pengemudi mobilnya.

Kyu-hyun memandangi pantulan dirinya di kaca spion mobil Hyun-in. ia tersenyum sendiri melihat penampilannya dengan wig panjang bergelombang serta masker hijau pupus berenda yang keduanya didapatnya dari wardrobe KK Entertainment. Selain dua barang itu, ia juga meminjam sebuah jaket hoodie berwarna pink untuk melengkapi penyamarannya menjadi gadis.

“Kau hanya kesal karena aku mungkin terlihat lebih cantik darimu, kan?” ejek Kyu-hyun.

“Tidak lucu,” sergah Hyun-in dingin. “Sebenarnya apa yang kita lakukan di sini dengan dandananmu yang seperti ini!?”

“Ini namanya penyamaran,” kata Kyu-hyun. “kau sedih, aku bosan. Hanya satu obatnya. Game.”

“Kau membawaku dan mobilku ke mari hanya untuk bermain?” tanya Hyun-in tak percaya.

“Salahkan managerku yang menyita seluruh alat permainanku sejak minggu lalu,” gerutu Kyu-hyun sambil keluar dari mobil, mengingat Laptop, PSP dan PS3-nya yang disita.

“Silakan bermain sepuasmu. Aku mau kembali ke kantor—“

“Tidak!” larang Kyu-hyun sembari membuka pintu penumpang dan menarik Hyun-in keluar. “Bila kau ada di sana dan aku di sini, maka aku akan mendapat masalah karena tidak rekaman sesuai jadwal. Tapi bila kita ‘hilang’ berdua, ceritanya berbeda,” katanya. “Ayolah. Aku tidak menyuruhmu melakukan hal menyeramkan, hanya bersenang-senang selama beberapa jam. Aku bisa menghilangkan kebosananku, dan kau menghilangkan kesedihanmu—“

“Aku tidak sedih,” potong Hyun-in dingin.

“Yeah, tentu saja. Seperti ikan yang tidak bisa berenang, dan gorilla bertelur,” sindir Kyu-hyun. “Ayolah!”

Dengan amat sangat terpaksa—karena setelah dipikirkan lagi ia tak ingin kembali ke kantor ayahnya, dan memikirkan pulang ke rumah pun rasanya begitu suram—Hyun-in mengikuti kemauan Kyu-hyun. Karena penyamarannya, tak ada yang mengerubungi Kyu-hyun, walau sesekali orang-orang mengamatinya yang mengenakan masker wajah.

Mereka pergi ke lantai tiga, tempat di mana arena permainan berada. Walaupun sebagaian besar wajahnya tertutup, tapi Hyun-in dapat melihat binar bahagia dan semangat di mata Kyu-hyun. Tempat ini mungkin terllihat bagai surga harta karun bagi pemuda itu.

Atas paksaan Kyu-hyun lagi, Hyun-in akhirnya mau mencoba permainan balap mobil. Seruan senang Kyu-hyun saat berhasil mengalahkannya membuat semangat bersaing dalam diri Hyun-in meluap. Bila pada awalnya ia bermain malas-malasan, di babak kedua dan seterusnya ia lebih serius. Namun sayangnya, Hyun-in bukan tandingan sang Game Kyu. Kesal terus kalah, Hyun-in berpindah ke permainan lain, namun Kyu-hyun mengikutinya dan berhasil mengalahkannya lagi. begitu terus selanjutnya. Hingga yang terakhir, mereka beradu dance, dan bisa ditebak, Kyu-hyun kembali memenangkannya.

Hyun-in mendelik sewot pada Kyu-hyun yang terbahak-bahak menertawakannya sembari mereka berjalan.

“Tak ada yang lucu,” protes Hyun-in dingin.

“tentu saja lucu!” bantah Kyu-hyun, masih terpingkal-pingkal. “Kau tak melihat bagaimana ekspresi wajahmu setiap kali kukalahkan! Apalagi yang terakhir tadi!” tawanya semakin menjadi, menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka.

Malas meladeni Kyu-hyun, Hyun-in berjalan cepat meninggalkan pemuda itu dibelakangnya, namun baru beberapa langkah, sepasang tangan menangkup pinggangnya, dan sedetik kemudian Hyun-in melayang di udara sebelum didudukkan di… kuda mainan!

“Bila tak ingin kalah, kau main ini saja,” oloknya, lalu kembali tertawa hingga terbungkuk-bungkuk karena sakit perut.

Dengan waja merona malu, Hyun-in bergegas turun dari kuda-kudaan itu dan memukul lengan Kyu-hyun, namun tindakannya sepertinya justru membuat Kyu-hyun bertambah geli.

Kesal terus dipermainkan dan dikalahkan, Hyun-in berniat membalas pemuda itu. dengan gesit ia menarik lepas wig yang dipakai Kyu-hyun dan mencopot maskernya, lalu berteriak senyaring-nyaringnya. “Di sini ada Cho Kyu-hyun!”

Segera saja segerombolan orang baik pria maupun wanita, anak kecil hingga dewasa mengerubungi mereka. teriakan girang para gadis yang mengidolakan Kyu-hyun sepertinya bisa mengakibat ketulian.

Puas melihat Kyu-hyun yang kaget dan kelimpungan, Hyun-in segera menjauh dari kerumunan, meninggalkan pemuda tersebut. saat sampai di ambang pintu arena bermain itu, Hyun-in berhenti sejenak untuk menoleh ke belakang. Seukir senyum manis tersungging di bibirnya.

Ditengah lautan manusia yang mengerubunginya, Kyu-hyun berjinjit dan beberapa kali melompat untuk mencari keberadaan Hyun-in. sialan gadis itu! makinya dalam hati sambil memamerkan senyum super star-nya pada salah seorang fans yang meminta berfoto bersama.

Saat melompat lagi, tetlihat olehnya sosok mungil Hyun-in di depan pintu kaca ganda arena bermain. “Kau!” teriak Kyu-hyun kesal sambil mengacungkan jari telunjuknya kea rah Hyun-in yang hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya, lalu berjalan keluar dengan santai. Sialan, sialan, sialan! maki Kyu-hyun.



- Rumah keluarga Kang -     

Kang Ha-jong sengaja pulang cepat hari ini agar dapat makan malam bersama putri-putrinya—kecuali Hea-in yang sedang shooting. Ia sudah membuat sebuah rencana untuk memperdekat hubungan keluarganya. Dan ingin mengabarkan hal tersebut pada putri-putrinya.

“Kelihatannya kau sedang senang,” tegur Seo-min sambil duduk di kursi makan. Matanya mengawasi wajah adiknya itu.

“Eh? ha? oh, biasa saja,” elak Hyun-in. mengingat kejadian siang tadi, ketika ia hendak pergi ke toilet wanita dan mendengar orang-orang menggunjingkannya, Hyun-in seolah hancur. Namun anehnya, sekarang hatinya merasa tenang, bahkan senang. karena Cho Kyu-hyun. Bertanding game dengannya, dan berhasil mengerjai pemuda jail itu, Hyun-in merasa puas dan gembira saat ini.

Kang Ha-jong menaruh serbet putih di pangkuannya sembari mengamati kedua putrinya dengan senyum terkembang di wajahnya. Cukup bagus, pikirnya. Walaupun belum seakrab yang ia harapkan, namun kini putri-putrinya saling berinteraksi.

“Ada yang ingin kubicarakan dengan kalian,” kata Ha-jong. “Besok lusa, kita semua akan pergi ke luar kota untuk berlibur.”

“Luar kota? Ke mana?” tanya Seo-min.

“Vila kita. Apa kau ingat? Vila yang kita datangi saat kau berlibur ke mari beberapa tahun lalu,” kata Ha-jong.

“Oh, ya, aku ingat,” sahut Seo-min.

“Tapi, Ayah,  aku masih harus kuliah,” keluh Hyun-in.

Kang Ha-jong mengibaskan tangan besarnya. “Gampang. Aku akan memintakan ijin untukmu. Lagi pula tak akan lama, hanya beberapa hari.”

“Sebenarnya untuk apa kita ke sana? Kenapa tiba-tiba ingin berlibur?” tanya Seo-min curiga.

“Sudah lama keluarga ini tidak menghabiskan waktu bersama dengan santai. dan kurasa ini waktu yang tepat untuk melakukannya. Kebetulan juga proses shooting Disaster Love akan dilakukan di sana—bukan di vila kita, tetapi vila tetangga—jadi Hea-in pun dapat bergabung bersama kita di saat break shooting.”

“Semua pemain Disaster Love juga akan ada di sana?” tanya Hyun-in antusias.

Ha-jong mengangguk dan tersenyum. “Ya, Sayangku.”

Hyun-in tersenyum senang memikirkan kesempatannya mendekati Dong-hae selama berada di vila nanti.

“Baiklah, aku ikut,” kata Seo-min santai. “Ah, kalau tidak salah ingat, vila itu hanya berjarak satu setengah jam dari Seoul, kan?” tanyanya, mengingat-ingat.

“Benar. kenapa?”

“Kalau begitu aku akan memakai motorku,” kata Seo-min. sebelum Ayahnya sempat memprotes, ia buru-buru menambahkan. “Berjaga-jaga bila keadaan mulai membosankan, jadi aku bisa pergi kapanpun aku mau.”

Ha-jong menatap kekeraskepalaan yang terlihat di wajah putri keduanya sembari menghela napas pelan. “Yeah, terserah padamu, Anakku.”

Hyun-in melirik Seo-min sambil menggigit bibir bawahnya. Semua rasa senangnya perlahan memudar digantikan kecemasan. Bila Seo-min juga ikut, kemungkinan besar perhatian Dong-hae hanya akan tertuju padanya… dan bukankah biasanya tempat liburan seringkali mendatangkan romansa percintaan? batinnya cemas. Bagaimana bila hubungan kedua orang itu berkembang pesat selama di sana!?



To Be Continued...

By Destira ~Admin Park~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar