Minggu, 31 Juli 2011

OUR SPECIAL DAY !!! - One Shoot - Fanfiction Super Junior -

OUR SPECIAL DAY !!!



- 2 April -  
- Lee Hyuk-jae / Eun-hyuk - Hotel The Grand Daegu - Daegu, Korea -    

“Kau benar-benar tidak bisa?” tanyaku kecewa. “Aku ingin merayakan ulangtahunku bersamamu.”

“Maaf, tapi jadwal Aquamarine benar-benar penuh bulan ini,” sahut Shin-woo lewat telepon.
     
 Samar kudengar seseorang membuka dan menutup pintu—mungkin Dong-hae yang baru kembali dari ruang sarapan di lantai satu—ketika aku menghempaskan tubuh ke ranjang.

“Kita sudah lama tidak bertemu,” keluhku lagi pada kekasihku itu. “Apa kau benar-benar tidak bisa meluangkan waktu sehari itu saja?” desakku terus.

Dong-hae muncul. “Shin-woo?” tanyanya, dan kujawab dengan anggukan.

“Shin-woo… Honey, ayolah…” rengekku.

Terdengar dengusan khas Shin-woo. “Berhentilah bertingkah seperti bocah kecil,” omelnya. “Aku memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang harus kulaksanakan. Aku tidak bisa pergi begitu saja hanya untuk sekedar merayakan ulangtahunmu.”

“Sekedar? Kau bilang sekedar ulangtahunku!? Maksudmu hari kelahiranku tidak penting bagimu!?” suaraku meninggi karena kesal dan kecewa.

Shin-woo mendesah kesal. “Bisakah kau tidak berlebihan seperti ini?”

Sekarang aku benar-benar marah.“Berlebihan!? Aku!? kau—“

“Aku sibuk. Kita bicarakan lagi nanti. sampai jumpa.” Klik.

Aku menatap ponselku tak percaya. Apa-apaan ini? Gadis macam apa yang bersikap seperti ini padakekasihnya sendiri!? dia berkata mencintaiku, tapi tidak peduli sama sekali dengan hari ulangtahunku!? Apa dia tidak merasakan kerinduan yang sama seperti yang kurasakan? Sial! karena pekerjaan, kami sudah tidak bertemu selama hampir dua bulan!


“Bertengkar lagi?” tanya Dong-hae santai. terlalu santai. mungkin dia sudah terlalu biasa mendengarku dan Shin-woo yang bertengkar lalu berbaikan lagi.

“Hmm…” gumamku sambil menatap langit-langit kamar hotel kami. hening selama beberapa detik, sebelum aku tak tahan lagi untuk menumpahkan kekesalanku pada sahabatku itu. “Sepertinya dia tidak rindu sama sekali padaku! Bahkan dia menganggap sepele hari ulangtahunku!”

“Hmm… kedengaran persis Shin-woo,” komentar Dong-hae acuh tak acuh.

“Hei!” omelku sembari bangkit duduk di ranjang. Seketika mataku terbelalak saat melihat Dong-hae duduk di sebuah kursi menghadap laptopku.

Dong-hae melirikku sembari tersenyum jail. “Wow… sekarang isi laptopmu berganti menjadi album foto Shin-woo, rupanya? Kemana perginya semua koleksi film dan foto gadis-gadis seksi itu?”

Aku seolah melayang ketika melompat dari ranjang untuk menyambar laptopku dari jamahan Dong-hae. “Bagaimana kau bisa membukanya?” gerutuku. “Hah… orang-orang sepertimulah yang membuatku terus mengganti kode pasword laptopku.”

Dong-hae hanya bersandar di kursinya sembari menertawakanku. “Ternyata shin-woo bisa juga berpose dengan ekspresi lucu seperti itu? imut,” katanya. dengan sengaja, aku tahu itu, tapi tetap saja membuatku mendelik kesal padanya.

Kuamati wallpaper laptopku, dimana terpajang foto Shin-woo yang sedang memegang marmut peliharaannya, Tung-tunge, yang baru dibelinya beberapa bulan lalu, sambil memonyongkan sedikit bibirnya dengan gaya menggemaskan.  Aku yang memintanya berpose seperti itu ketika main ke apartemennya, dan tak kusangka dia bersedia melakukannya untukku. wajahnya yang biasanya tanpa ekspresi benar-benar terlihat lucu di foto ini. aku sangat menyukainya, ini foto favoritku.

Memotret dan mengoleksi foto Shin-woo sepertinya telah menjadi hobiku yang baru semenjak berpacaran dengannya. Semua fotonya—baik yang ia ketahui maupun tidak, saat bersamaku, bersama temannya, ataupun seorang diri—kini memenuhi folder-folder dalam laptopku. Tersusun rapi dan dikatagorikan sesuai gaya; Manis, Seksi—dimataku, bukan orang lain—lucu, dan galak.

Tanpa sadar aku sudah tersenyum pada wallpaper laptopku. Semua kekesalan dan amarah itu hilang tak berbekas.“Aku benar-benar rindu padanya…”



- Cha Shin-woo - Tokyo, Jepang -   

Aku tersenyum memandangi isi kotak perhiasan yang tengah kupegang. Di dalamnya ada dua buah cincin perak yang serupa namun berbeda ukuran. Aku telah memesannya jauh-jauh hari dan sebelum berangkat ke Jepang, aku sempat mengambilnya.

“Sudah dua bulan aku tidak bertemu dengannya…” keluh Dae-jia dari meja rias, tempatnya sedang didandani sekarang ini. “Aku merindukan kak Si-won.”

Mendengar keluhannya mengingatkanku pada rengekan manja Eun-hyuk pagi tadi, dan sekali lagi aku kembali tersenyum.

“Apa kau tidak rindu pada kak Eun-hyuk?” tanya Dae-jia.

Aku meliriknya. “Tentu saja rindu,” jawabku santai.

“Seperti itu kau sebut rindu?”

“Memangnya aku harus berteriak-teriak untuk menunjukkan bahwa aku merindukannya?”

“Berhenti berdebat,” sela Nona Lee sembari memasuki ruang rias. “Ini hari terakhir tur Aquamarine, bersemangatlah dengan pekerjaan dan lupakan suami dan kekasih kalian,” perintahnya. “Besok kita sudah pulang ke Korea, kalian bisa bertemu dengan mereka.”

Dae-jia mendesah dramatis. “Tetap tidak bisa. saat kembali kita langsung disibukan dengan berbagai acara, dan kak Si-won sendiri sedang melakukan show di beberapa kota bersama Super Junior M.”

Nona Lee menyeringai—sedikit menakutkan sebenarnya—dan berkata, “Show terakhir mereka di Busan, dan aku sudah mengatur semuanya agar kita bisa menonton di sana.”

“Benarkah!?” semangatku melonjak naik.

“Ahh… Nona Lee, kau yang terbaik!” Dae-jia bergegas menghampiri Nona Lee dan memeluk serta menciumi pipinya.

“Hentikan! Kau membuatku geli! Dae-jia!” omel Nona Lee.

Aku meraih ponselku dengan senyum cerah terukir di bibir. Tidak, jangan memberitahunya sekarang. Biar saja ini menjadi kejutan. Sebuah ide melintas di benakku.

“Nona Lee, bisa aku meminta sesuatu?” tanyaku.

“Silakan.”      



- 4 April - 
- Lee Hyuk-jae / Eun-hyuk - Stadion - Busan, Korea -

Ucapan selamat ulangtahun datang bertubi semenjak jam dua belas malam, dan banjir hadiah pun mengiringi semua ucapan tersebut. baik dari teman-teman, kenalan, maupun fans. Tapi kenapa kekasihku sendiri tidak mengucapkan selamat ulangtahun untukku!? tidak mengirimkan hadiah untukku!? Bahkan sejak kemarin ponselnya tidak aktif. Lee Yoo-hee, managernya yang kuhubungi pun selalu mempunyai alasan atas kesibukan Shin-woo.  memangnya seberapa sibuk dia sampai-sampai tidak bisa bicara sebentar denganku!? setidaknya bila tidak dapat merayakan ulangtahunku bersama, kami masih bisa mengobrol lewat telepon, kan? Sebenarnya dia mencintaiku atau tidak!?

“Hapus wajah muram itu,” kata Si-won. “Sebentar lagi kita naik ke panggung. Jangan sampai fans melihat kita tidak ceria dan bersemangat.”

“Tak usah kau beri tahu aku juga sudah tahu,” kataku sewot.

“tak perlu marah,”omelnya.

“Argh, sudahlah,” gerutuku sambil menjauh.

“Semua tempat sudah terisi penuh,” kata Zhou Mi, mengintip keadaan di luar.

“Ayo semua, sudah saatnya!” kata Tuan Ho, manager kami dengan bersemangat.

Begitu naik ke atas panggung, stadion yang berukuran cukup besar ini menggemakan teriakan histeris para fans. Para ELF. Light stick yang diacungkan keatas dan dilambai-lambaikan ke kiri dan ke kanan bagaikan lautan safir biru. Balon-balon, dan panji-panji beraneka ragam yang dibawa oleh mereka menyemarakkan stadion.

Kekecewaan dan kemarahanku mereda. Melihat mereka, orang-orang yang mendukung dan mencintai kami, gumpalan perasaan haru membuncah dalam dadaku. Mungkin orang akan mengira seharusnya aku sudah terbiasa dengan semua ini, tetapi tak pernah begitu. Semua perhatian mereka, kasih sayang mereka pada kami selalu berharga. selalu menyejukkan hati, dan mampu membangkitkan semangatku dan yang lain bahkan di situasi tersulit sekalipun. terima kasih ELF.

Sebelum mulai menyanyikan Perfection, kami menyapa fans dan mengobrol sedikit tentang hal-hal lucu yang mengundang tawa mereka.

“Ini hari ulangtahun kak Eun-hyuk. Sudahkah kalian mengucapkan selamat padanya!?” teriak Rye-wook bersemangat.

“Selamat ulangtahun, kak Eun-hyuk!!!” seketika terdengar teriakan kompak dari seluruh fans yang hadir malam ini. aku nyaris menitikkan air mata karena haru.

“Terima kasih, terima kasih,” kataku sembari membungkukan tubuh.

“Sebenarnya dia sedang kesal karena kekasihnya justru tidak mengucapkan selamat padanya,” ucap Kyu-hyun santai.

Aku langsung memelototinya. dasar Evil! Awas kau nanti! dan bukannya takut, member termuda Super Junior itu justru tertawa terpingkal-pingkal saat menatapku. Sial!

Tentu saja pernyataan Kyu-hyun mengundang beragam reaksi dari ELF. Ada yang menyatakan turut prihatin, ada yang menyatakan kekesalan pada Shin-woo, dan ada juga yang menyemangati bahwa mungkin dia hanya belum sempat menghubungiku. Aku tersenyum pada mereka semua.

“Terima kasih atas perhatian kalian,” kataku. “Kuminta jangan berpikiran buruk tentang Shin-woo. sama sepertiku, dia juga sangat sibuk. Mungkin dia memang hanya belum sempat menghubungiku, tapi aku yakin dia menyayangiku seperti aku menyayanginya dan menyayangi kalian semua—“ di akhir kalimat aku terperanjat saat tanpa sengaja menatap seorang gadis di pinggir panggung yang memegang sebuah panji berwarna aquamarine bertuliskan : HYUK, SELAMAT ULANGTAHUN, SAYANG !!!

Apa aku salah lihat? Itu… kakiku bergerak ke pinggir panggung tempat gadis itu berdiri. di kiri kanan dan belakangnya ada pria-pria berpakaian serba hitam yang sepertinya sengaja mengawal gadis itu. “SELAMAT ULANGTAHUN!!!” teriakan melengking tinggi itu adalah suara yang sangat kukenal.

“Shin-woo!?” ucapku tanpa sadar.

Shin-woo tersenyum padaku sembari mendorong topi yang dipakainya ke belakang agar wajahnya terlihat lebih jelas. Benar dia! dia ada di sini! menonton konserku! Aku tertawa keras, tak dapat menutupi kebahagiaan luar biasa yang kurasakan saat ini. dasar! Dia sengaja menggangguku rupanya! Ya Tuhan, aku benar-benar senang!

Tapi kenapa dia tidak duduk di bangku VIP? Kenapa dia justru bergabung bersama kelas Festival? Tak masalah. Tak peduli. Yang penting aku dapat melihatnya. Yang terpenting dia sengaja hadir untukku!

Seseorang menarikku menjauh dari pinggiran panggung tempat Shin-woo berdiri. Aku menoleh. Kak Sung-min. “Profesional,” bisiknya. “Aku tahu kau sangat senang dia hadir di sini, tapi kalau kau hanya terpaku padanya, para fans akan iri. Siapa yang tahu apa yang mungkin mereka lakukan pada Shin-woo? dia hanya dikawal empat bodyguard. Berbahaya.”

Kak Sung-min ada benarnya. Apalagi sekarang sepertinya semua mata tertuju pada Shin-woo.

“Lagu ini sebagai ucapan terima kasihku untuk kalian, para ELF yang sudah mendukungku dan mendoakanku di hari istimewaku ini!” seruku pada para fans.

“Hari istimewa kita!” mereka balas berteriak.

“Ya! Hari istimewa kita!” mataku melirik Shin-woo yang masih terus menyunggingkan senyum padaku.

Kami bersiap dalam formasi, menunggu untuk mulai menyanyikan lagu Perfection. Aku yang pertama.

She caught my attention. She caught my attention,” nyanyiku sembari menari. Aku tak dapat menahan diri untuk tidak melirik Shin-woo lagi.

I found the treasure in love,” lanjut Si-won. “And you the treasure that I am searching for.” Dia menunjuk para fans yang langsung berteriak girang dan histeris.

You keep stirring my world. Even the ice will burn if it meets you,” nyanyi Kyu-hyun dengan suara merdunya.

Kami terus bernyanyi sambil menari. Sesekali kami menghampiri para fans, berjabat tangan dengan mereka. tubuhku dan hatiku seolah  menjerit ingin menghampiri Shin-woo, tetapi otakku memerintahku untuk tidak sering-sering menghampiri tempatnya berdiri sesuai saran kak Sung-min.

Keep on dancing, Keep on dancing I want to see you. Keep on dancing, Keep on dancing I like you. Keep on dancing, Keep on dancing It is all about you. Keep on dancing, Keep on dancing I love you. Keep dancing…”

Semangatku untuk terlihat sempurna semakin meninggi karena Shin-woo menonton pertunjukanku kali ini. nyanyian dan tarian, semua kulakukan sepenuh hati. untuknya.
       
“Bob the music let it hit go down,” aku kembali menyanyikan bagianku. “To the floor let we break it downLet me ill. Let me show you all the bling bling.” Kami beradu pandang. Jantungku berpacu cepat dengan rasa sayang, cinta, dan gairah untuknya. “Oh let me kiss kiss baby dance with me!”
     
Tanpa pikir panjang lagi, aku berlari menghampirinya, berlutut di panggung, dan mencondongkan tubuhku untuk mengecup bibirnya.



- Cha Shin-woo -   

Dari luar mungkin aku terlihat tenang dan biasa-biasa saja, namun dalam hati aku menjerit karena rindu pada Eun-hyuk. Setelah hampir dua bulan tidak bertemu, melihatnya seperti ini, begitu bersinar di atas panggung, mendengar namanya dielu-elukan para fansnya, aku merasa bangga. Bangga karena Eun-hyuk yang kocak, Eun-hyuk yang pandai menari, adalah Eun-hyuk kekasihku. Tatapannya hanya tertuju padaku. senyumannya hanya untukku. hatinya milikku.

Aku sengaja meminta Nona Lee membelikanku tiket kelas Festival karena ingin lebih dekat dengan panggung, agar dapat lebih dekat dengannya. agar dia dapat melihatku.

Dan kini, jantungku berdentum teramat kencang. karena kelewat senang dan terkejut. bagaimana tidak, bila tiba-tiba di tengah nyanyiannya Eun-hyuk justru berlari menghampiriku dan menciumku? Samar kudengar teriakan histeris para fans. Mungkin mereka turut senang, tapi kemungkinan besar iri.

“Terima kasih sudah datang,” ucapnya padaku dengan senyum lebar dan mata berbinar.

Sesaat aku seolah lupa caranya berbicara hingga hanya bisa terdiam menatapnya. Namun seketika aku teringat benda di saku jaketku. Sebelum dia sempat pergi, kutarik tangannya, dan memasangkan cincin perak di jari manis tangan kirinya.

“Selamat ulangtahun,” ucapku sekali lagi. Eun-hyuk terperangah memandangi cincin di jarinya, lalu menatapku sembari menyeringai lebar. “Cincin pasangan,” kataku, sembari menunjukkan cincin yang serupa di jari manisku sendiri.

“terima kasih! Terima kasih!” katanya girang luar biasa, sebelum bangkit berdiri dan kembali ke tengah panggung. Melihatnya sesenang ini, aku lebih senang lagi.       

Setelah usai menyanyikan lagi Perfection, Eun-hyuk bergerak maju. “Ternyata kekasihku sengaja memberiku kejutan dengan datang langsung ke mari ditengah kesibukannya. Aku senang sekali!” katanya, membuat para fansnya berteriak histeris.

Beberapa gadis di sekelilingku bicara padaku di saat bersamaan. Ada yang mengatakan betapa beruntungnya aku. ada yang mengancamku agar tidak menyakiti Eun-hyuk. Ada pula yang menangis karena cemburu.                  

Eun-hyuk mencium cincin pemberianku, lalu menunjukku. “Shin-woo, aku cinta padamu!” teriaknya, membuat suasana semakin ricuh, dan membuatku tersipu malu. “Benar-benar mencintaimu!” tambahnya sembari mengangkat kedua tangannya ke atas kepala, membentuk hati dan tersenyum manis.



- Lee Hyuk-jae / Eun-hyuk - Haeundae Grand Hotel Busan -                                  

“Bisa-bisa cincin itu meleleh kau pandangi seperti itu terus,” olok Dong-hae.

Kini kami telah kembali ke hotel, dan sejak tadi, sembari menunggu Shin-woo datang—aku ingin mendatangi kamarnya, tapi katanya kamar itu telah lebih dulu dijajah Si-won dan Dae-jia, jadi dialah yang datang ke mari—aku kembali mengamati cincin pemberian Shin-woo-ku tersayang. Cincin perak ini polos tanpa permata atau hiasan apapun, tetapi di mataku dia jutaan kali lebih indah dibanding cincin emas bertahtakan berlian sekalipun. Dengan gemas aku menciumi cincinku lagi.

Terdengar bunyi bel. “Mungkin Shin-woo,” kata Dong-hae, mengucapkan apa yang kupikirkan. “Aku akan pergi ke kamar yang lain, tapi ingat, jangan lama-lama! Aku mau istirahat!”

Aku menyeringai.”Tenang saja, tidak akan lebih dari beberapa jam—“

“Hanya sejam!” sela Dong-hae sembari membuka pintu.

“Mana mungkin sesingkat itu! kami sudah tidak bertemu selama hampir dua bulan!”

“Ada apa?” tanya Shin-woo sembari melangkah masuk.

“Kasihani aku, oke?” pinta Dong-hae pada gadisku itu. “Aku benar-benar kelelahan, jadi jangan terlalu lama menggunakan kamar ini, he?”

Dengan wajah tanpa ekspresinya seperti biasa, Shin-woo mengangguk tenang. “Tentu saja,”

“Mana bisa begitu! Sejam terlalu singkat!” protesku.

“Kalau begitu pacaran saja di luar,” omel Dong-hae.

“Banyak wartawan dan fans di hotel ini, kami tidak mungkin leluasa,” gerutuku.

Dong-hae tersenyum manis.”Itu masalahmu,” katanya. “Selamat bersenang-senang,” ucapnya terakhir kali sebelum keluar.

“Berhenti cemberut,” perintah Shin-woo sembari duduk di kursi hotel. “Kau pikir kau tampan saat seperti ini?”

Sedikit kesal karena komentarnya, tetapi saat melihat cincin yang melingkar di jariku, kekesalanku seketika sirna. Tersenyum lebar, aku segera menghampirinya dan duduk di lengan kursi tempatnya duduk sembari merangkulnya.

“Aku benar-benar rindu padamu,” kataku.

“Hmm. Aku juga,”sahutnya.

Aku cemberut sesaat. Rindu macam apa bila nada bicaranya sedatar itu? tapi aku mengingatkan diri sendiri. ini Shin-woo, aku tak perlu heran.

“Terima kasih atas hadiahnya,” kataku. “Aku sangat menyukainya,” tambahku lalu mengecup pipinya.

Wajah Shin-woo sedikit merona, menandakan dia tak setenang yang ditampilkannya. “Kau sudah lihat ukiran di cincinnya?” tanyanya.

“Eh? apakah ada?” tanyaku kaget. Kulepas cincinnya, di saat bersamaan dia pun melepas cincinnya. Benar, di badan cincinnya, tak terlihat bila dipakai, bertuliskan; EVERLASTING LOVE. Begitu pula dengan yang terukir di cincin Shin-woo.

Hatiku dipenuhi rasa haru. “Manis sekali…” ucapku dengan suara bergetar.

Shin-woo mendengus. “Jangan cengeng!” omelnya, seketika menghancurkan suasana haru yang kurasakan.

“Cengeng, katamu!? Aku—“

“Apa paswordnya?” potong Shin-woo seenaknya, tanpa memperdulikanku, kini perhatiannya tertuju pada laptopku.

“Erhm… untuk apa membuka laptop? lebih baik kita mengobrol,” bujukku semanis madu.

Shin-woo mendelik curiga. “Apakah isinya film-film porno seperti koleksi CD dan DVD di rumahmu?”

“Tidak! mana mungkin!” bantahku cepat.

“Paswordnya,” mintanya sekali lagi.

“Sebenarnya untuk apa kau ingin melihat laptopku?”

“Tidak boleh? Berarti memang ada yang dirahasiakan?”

“Tidak begitu, tapi—“

“Paswordnya.”

Aku mendesah. “Cha Shin-woo.”

“Apa?”

“Paswordnya Cha Shin-woo.”

Shin-woo mendongak menatapku terkejut. “Namaku?” diketiknya cepat namanya. “Eh… benar,”ucapnya sedikit tak percaya. “Kau memajang fotoku. Bagus,” tambahnya. kulihat dia tersenyum, membuatku ikut tersenyum. “karena aku juga memasang fotomu sebagai wallpaper laptopku.”

Jadi karena itu? dasar. “silakan periksa file-fileku bila itu maumu. Semua foto yang ada di laptop ini adalah fotomu. Foto lain sudah kuhapus.”

“Bohong.” Lagi-lagi tak percaya.

Di depan laptop, memandangi dan mengomentari foto-fotonya, aku merasa damai dan tenang. sesantai ini bersamanya, dapat memeluknya, rasanya aku tidak butuh hal lainya.

Kami tertawa melihat rekaman saat liburani Paris, ketika aku menyanyikan No Other untuk Shin-woo yang direkam oleh Si-won.

“Bila dipikir-pikir rekaman videomu yang kupunya hanya sedikit, termasuk yang ini,” kataku.”Bagaimana bila kita membuat video baru?”

Shin-woo mengernyitkan kening dan beringsut menjauh dariku. lirikan curiga yang diarahkannya padaku membuatku geli sekaligus kesal di saat bersamaan. “Video seperti apa maksudmu?” tanyanya dengan nada menuduh.

Kuacak-acak rambutnya gemas, membuatnya kesal dan memukul tanganku. “Tidak seperti yang kau pikirkan, dasar mesum!” olokku, balas menghinanya dengan julukan yang sering diberikannya padaku.

Aku meraih ponselku dan mempersiapkan kamera untuk merekam. “Bergaya imut dan katakan ‘kak Eun-hyuk yang paling tampan’!” kataku. “Ayo mulai!”

Kernyitan Shin-woo semakin dalam.”Itu menjijikan.”

“Hei, menjijikan apanya!? Itu menggemaskan! Ayolah!” sejak tadi kamera sudah merekam Shin-woo. tak masalah, walaupun dia sedang menunjukkan ekspresi kesal, aku tetap senang merekamnya. Untuk kutonton nanti saat sedang rindu pada Shin-woo namun berada jauh darinya.

Shin-woo kembali melayangkan delikan kesal sebelum memperbaiki letak duduknya. Harapanku bangkit. “Ayo, seperti ini gayanya,” aku mencontohkan gaya terimut yang sering kulihat di TV dan majalah.

Shin-woo berdeham, dan bergeser maju untuk lebih dekat dengan kamera ponselku. “Kak Eun-hyuk…” mulainya sedikit tak nyaman. Aku menyeringai lebar. Ini pertama kalinya dia memanggilku kakak! ”Aku cinta padamu,” ucapnya tulus dan serius. Di akhir kalimat, dia menyunggingkan senyum termanis untukku.

Deg… deg… deg… deg… “Shin-woo….” isakku. “Manis sekali!!!” aku melempar ponselku ke kasur dan segera menerjangnya untuk memeluk dan menciuminya.

“Seharusnya aku tahu akan seperti ini jadinya!” gerutu Shin-woo. “Lepaskan! Eun-hyuk! Argh! Apa yang kau sentuh tadi!?” jeritnya marah. “Dasar mesum!”



The End



Ini sub FF OS ,, bikin nii FF ngebut semalem soalnya lupa unyuk ultah tanggal 4, foto juga jadinya ngedit alakadarnya biar cepet,, hehee... Lee Hyuk-jae, Happy b'day!!!



Foto Hyuk pas konser nyatain cintanya ke Shin-woo. Foto Shin-woo yang dipake jadi wallpaper laptop kesayangan Eun-hyuk ^^



by Destira ~ Admin Park ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar