Senin, 23 Januari 2012

I‘M SORRY I LOVE HIM -Chap 3-

-Chapter 3-



Cast :
Shin Hyo Rin
Kim Hyun Joong
Kim Hyung Joon
Lee Yoo Hee

Cameo :
All Member of Super Junior


-Shin Hyo-rin, Rumah Keluarga Shin, Kamar Hyo-rin-

“Apa kau masih merasa sedih mengenai kakakku? Mungkin dia benar-benar sedang sibuk saat ini hingga tak sempat menghubungimu. Dia bahkan belum menelpon lagi ke rumah sejak seminggu yang lalu.. ” Kata-kata Hyung-joon di kampus tadi masih berputar-putar dikepalaku.

Arrrgghhh!!! Hubungan jarak jauh ini benar-benar membunuhku!!!

Sudah hampir 2 tahun Kak Hyun-joong pergi ke Inggris untuk bekerja. Dan sudah beberapa bulan ini dia jarang menghubungiku. Padahal saat awal-awal disana, hampir tiap hari dia tak pernah absen menelponku atau hanya sekedar mengirimiku pesan singkat. ‘Apa-apaan ini?’ Aku membatin sambil terus meninju boneka kucing berukuran besar hadiah ulang tahunku lalu yang dia kirimkan dari Inggris.

“ Kalau kau tak suka lagi pada boneka itu, lebih baik kau berikan padaku saja.” Kata Yoo-hee santai sambil melangkah memasuki kamarku. “Daripada terus-menerus ditinju seperti itu.”

“Kapan kau datang?” Aku menyahutinya dengan lemah tanpa memandang ke arah sahabatku itu. Aku benar-benar frustasi, bahkan aku lupa untuk terkejut sebagaimana biasanya ketika Yoo-hee muncul tiba-tiba.

“Baru saja.” Yoo-hee kemudian ikut duduk diranjangku. “Kau benar-benar menyedihkan Hyo-rin.” Aku hanya diam dan tak menanggapi ucapannya.

“ Apa itu di leher si Momo?” Lanjutnya. Momo adalah nama boneka kucingku.”Bukankah itu kalung berbandul kunci yang diberikan Kak Hyun-joong padamu?”

“Iya..” Jawabku lemah.

“Kenapa kau pakaikan disitu?”

“Tidak apa-apa..” Aku berhenti sejenak. “Kalau begini terus, aku akan benar-benar selingkuh dengan adiknya.”

Pletak! Tiba-tiba saja Yoo-hee menjitak kepalaku.


“Aww!! Hya.. Apa yang kau lakukan? Pukulanmu itu sangat menyakitkan tahu!” Ujarku sewot sambil mengusap kepalaku yang tadi dijitak Yoo-hee.

“Dasar yeoja tolol. Hanya sebatas inikah kesetiaanmu pada Kak Hyun-joong?” Aku kembali diam mendengar apa yang dia katakan. “Saat ini cinta kalian sedang di uji, seharusnya kau mencoba sekuat tenaga mempertahankannya..”

Hhhh.. Aku sedikit menghela nafas. “Yoo-hee.. Sepertinya aku mulai meyukai Hyung-joon..”

Yoo-hee terkejut mendengar ucapanku. “Apa kau sudah gila?”

“Dia selalu memberikan perhatian yang tak aku dapatkan dari Kak Hyun-joong selama ini..” Lanjutku.

“Hah.. Aku benar-benar tak mengerti jalan pikiranmu!” Ujarnya dengan nada menyerah. “Aku mau pulang, aku pasti ikut-ikutan gila kalau lama-lama berada disini. Sampai ketemu besok di kampus.” Kemudian Yoo-hee melenggang pergi, meninggalkanku dalam kegalauan yang semakin menjadi..


-Seoul University-

Hari ini aku berangkat ke kampus menggunakan taksi. Aku sudah tak bisa memakai motorku, karena motor itu aku berikan pada adik sepupuku yang ada di Busan. Selama ini Hyung-joonlah yang selalu menjemput dan mengantarkan aku pulang. Tapi tadi pagi dia mengatakan tak bisa menjemputku karena ada sesuatu yang harus dia lakukan.

“Kenapa kau datang sendiri? Apa kau tadi naik taksi? Mana supirmu itu?” Sambut Yoo-hee ketika aku sudah duduk dibangku sebelahnya di ruang perkuliahan.

“Bukankah tidak sopan menyebutnya supir? Dia kan hanya berbaik hati memberiku tumpangan. Kau kan tahu aku sudah tidak punya kendaraan sendiri sekarang..”

“Kau kan bisa ikut mobilku. Aku juga bersedia menjemputmu dan mengantarmu pulang. Tapi kau lebih memilih bersama Hyung-joon dibanding dengan sahabatmu sendiri.” Ujarnya sedikit sewot.

“Aku tak ingin merepotkanmu Yoo-hee sayang..” Aku berusaha menenangkannya dengan memasang tampang malaikatku. “Kenapa kelas begitu sepi? Apa yang lain belum datang?”

“Perkuliahan hari ini kosong, begitu juga besok. Dosen tamu itu, maksudku profesor Mark, tadi pagi menghubungiku selaku ketua kelas bahwa dia berhalangan untuk mengajar.” Dia berkata dengan wajah tanpa dosa.

“Apa? Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal? Haissh..”

“Aku sengaja tak memberitahumu agar kau keluar dari kamarmu dan berhenti memikirkan masalah Kak Hyun-joong.” Dia melanjutkan perkataannya dengan santai tanpa menghiraukan aku yang sudah sedikit emosi.

“Haah.. Lalu sekarang aku harus apa? Menganggur seperti ini sangat membosankan!”

“Kalau begitu ayo kita pergi jalan-jalan!” Tiba-tiba saja Hyung-joong memasuki ruangan dimana ada aku dan Yoo-hee. “Yoo-hee, kau juga ikut kan? Pasti menyenangkan.”

“Aku tak ikut, kalian berdua saja. Aku masih harus pergi ke suatu tempat untuk menemui seseorang.” Sahut Yoo-hee.

“Hmm.. Baiklah kalau begitu. Hyo-rin, kau mau kan? Ayolah..” Hyung-joon memohon dengan wajah memelas.

“Ikutlah dengannya, hibur dirimu..” Kata Yoo-hee padaku.

Akhirnya aku menyutujui Hyung-joon untuk pergi bersamanya. “Baiklah..” Ujarku pasrah. Aku tak tahu ini benar atau salah, bagaimana kalau menghabiskan waktu bersamanya malah akan membuat aku semakin menyukainya?

***

“Kita akan pergi kemana?” Tanyaku penasaran.

“Rahasia. Ini kejutan untukmu.” Jawab Hyung-joon singkat sambil tersenyum.

“Eh? Kenapa kau membawaku ke tempat parkiran motor? Mobilmu kan di tempat parkir sebelah sana?” Kataku menunjuk arah yang berlawanan dengan arah yang sedang kami tuju sekarang.

“Hari ini aku tak membawa mobil.” Lanjutnya. “Lagipula itu bukan mobilku, mobil itu kepunyaan ibu. Selama ini dia mengijinkanku membawanya agar aku mudah untuk menjemput dan mengantarmu pulang.”

“Lalu? Kita akan naik apa?” Aku masih bertanya-tanya.

“Kita naik ini!” Ujarnya sambil menunjuk sebuah motor sport besar keluaran terbaru berwarna hitam mengkilat. Sejenak aku memperhatikannya, motor itu benar-benar terlihat bagus. Aku yakin namja manapun yang menaikinya pasti akan terlihat sangat keren. Membayangkan aku naik ini bersama Hyung-joon? ‘Ha..ha..ha..’ Aku tertawa lemah dalam hati.

“Na..Naik ini? Tapi—“

“Pakai ini.” Hyung-joon menyerahkan sebuah helm padaku. “Dan cepatlah naik.”

Aku memakai helm itu dalam diam, kemudian naik di belakang Hyung-joon. “Apa kau sudah siap? Jangan lupa pegangan yang kuat agar kau tidak jatuh.” Ujarnya.

“Ba..Baiklah..” Aku mencengkeram sedikit jaket yang dia kenakan.

“Berpegangan model apa itu hah?” Hyung-joon sedikit tertawa melihat kegugupanku. “Peluk pinggangku, aku biasa ngebut kalau naik motor. Kalau kau tidak berpegangan dengan benar kau pasti akan jatuh!”

Apa? Memeluk pinggangnya? Yang benar saja! “Aku tidak apa-apa, begini saja.” Jawabku sedikit gemetar.

“Baiklah, jangan bilang aku tidak memperingatkanmu.” Tiba-tiba saja dia menarik tuas motornya dengan kuat, sehingga secara refleks aku berpegangan dengan memeluk pinggangnya agar tidak jatuh. Samar-samar dari depan kudengar Hyung-joon sedang tertawa. ‘Ya Tuhan.. bagaimana ini?’ Aku membatin dengan penuh perasaan bersalah pada Kak Hyun-joong karena aku sudah berani memeluk namja lain selain dia. Bahkan, namja itu adalah adiknya sendiri..


-Kim Hyung Joon, Pantai-

Aku masih ingin tertawa saat melihat Hyo-rin turun dari motorku. Dia sepertinya syok. Aku tak tahu pasti apa yang sedang dipikirkannya saat ini, yang jelas dia terlihat sangat terguncang.

“Hya... Kim Hyung-joon! Apa yang kau lakukan?” Makinya setelah kesadarannya telah kembali. “Kau mengemudikan motor seperti pembalap liar! Apa kau tak khawatir akan menabrak sesuatu hah?” Dia berhenti berteriak sejenak. ”Dan bagaimana denganku? Bagaimana kalau aku jatuh? Aku belum menikah tahu!”

“Hahahah.. Apa kau setakut itu naik motor dengan kecepatan tinggi?” Saat ini aku tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. “Aku kan sudah memperingatmu kalau aku suka ngebut. Dan jangan khawatir, asal kan berpegangan erat seperti tadi, kau tak akan jatuh dari motorku.” Lanjutku sambil terus tertawa.

 Seketika itu wajahnya bersemu merah. Apakah dia malu gara-gara memelukku tadi? “Sudahlah, ayo ikut aku!” Ujarku sambil menyeretnya menuju pantai. Aku tahu dia pasti menyukainya.

“Hooaaaaa.... Pantai!!! Aku sudah lama tidak main kesini!!!” Hyo-rin berteriak riang seperti anak kecil ketika kakinya sudah menginjak pasir. Dia kemudian berlari menuju bibir pantai dengan deburan ombak yang indah itu.

“Berhati-hatilah! Jangan terlalu jauh masuk dalam air! Ingat kalau kau tak bisa berenang!” Teriakku dari tepi pantai. “Aku akan menunggu disini!”

Diapun balik berteriak padaku. “Arassoooo..!!!!”

Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Sengaja aku mengajaknya ke tempat ini karena aku tahu dia sangat menyukai pantai. Aku harap hal ini bisa sedikit menghiburnya, karena akhir-akhir ini dia selalu terlihat murung karena memikirkan kakakku.

Shin Hyo-rin, yeoja itu benar-benar unik. Dia tidak bisa berenang tetapi sangat menyukai pantai. Alasannya juga aneh, dia bilang karena dipantai dia bisa melihat hamparan warna biru yang luas. Dia kadang kala terlihat manis, kadang terlihat tegar sekaligus rapuh. Selama 2 tahun ini aku selalu menemaninya kemanapun dia pergi. Walaupun awalnya aku hanya menjalankan pesan kakakku untuk menjaganya, entah sejak kapan aku merasa tertarik pada yeoja itu. ‘Hyung, maafkan aku. Aku rasa aku mulai jatuh cinta pada kekasihmu..’

“Hya... Joonie! Kemarilah! Ayo kita bermain!” Akupun akhirnya menuruti permintaannya itu.

***

“Apa kau lelah?”

Saat ini kami sedang duduk di atas pasir di tepi pantai. Hyo-rin dan aku sudah sama-sama basah kuyup akibat bermain air laut.

“Iya, aku sangat lelah, tapi sekaligus sangat puas.” Ujarnya sambil meneguk air mineral dari botol yang dia bawa. “Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menyukai pantai?”

“Tebakan mujur mungkin?” Jawabku singkat. “Aku ada satu kejutan lagi untukmu. Ini, ambillah.” Ucapku sambil menyerahkan tiket Super Show Super Junior kelas VVIP yang akan diselenggarakan besok padanya. “Aku juga tahu kalau kau suka boyband itu, tapi belum pernah melihatnya. Benar kan?”

Hyo-rin hanya melongo memandangi tiket itu. “Bagaimana kau mendapatkannya? Ini kelas VVIP!”

“Ayah yang memberikannya padaku. Salah satu kolega ayah adalah promotor Super Show ini, jadi orang itu memberikan tiket itu pada Ayah secara cuma-cuma alias gratis.” Pandangannya masih terpaku pada tiket itu dengan mulut sedikit melongo. “Aku akan menjemputmu besok, jadi bersiap-siaplah.”


Keesokan harinya....

-Seoul Stadium Center, Tempat Super Show Super Junior-

Kami sudah masuk ke tempat dimana Super Show Super Junior itu akan diadakan. Hyo-rin terlihat sangat antusias, dia terus saja berdiri dan bertanya-tanya kapan para anggota boyband itu akan keluar. Lucu sekali yeoja ini.. hahahah..

“Ahhh...itu mereka!!! Akhirnya mereka keluar juga!!!” Teriaknya tiba-tiba. Para penonton yang lain juga mulai berteriak-teriak memanggil idola mereka.

Panggung tempat Super Show mereka benar-benar besar, itu mungkin untuk memudahkan mereka saat menari. Para boyband ataupun girlband Korea memang terkenal selalu menyajikan tarian-tarian yang memukau saat menyanyi lagu-lagu mereka. Tak lama setelah acara sambutan singkat, acara Super Showpun dimulai.

“Mereka semua benar-benar tampan..” Ucap Hyo-rin memuja. “Aku paling suka yang itu!” Dia menunjuk seorang anggota yang saat ini sedang menyanyi.

“Itu Ryeowook.” Sahutku singkat.

“Yang itu juga!” Katanya menunjuk satu namja lagi.

“Yang itu namanya Kyuhyun.”

“Tapi yang itu dan itu juga sangat keren!”

“Mereka Donghae dan Siwon.”

“Haaahh.. Aku benar-benar bingung.. Bagaimana mungkin semua namja tampan Korea berkumpul dalam satu kelompok begitu?” Ujarnya dengan nada seperti tidak percaya.

“Astaga Hyo-rin.. Kau membuat hatiku sakit saja..”

Dia lalu menatapku dengan tatapan penasaran. “Memangnya apa yang aku lakukan?”

“Apa kau tidak sadar? Namja yang berdiri disampingmu ini kan juga termasuk salah satu namja tampan nan mempesona di Korea. Kau seharusnya bersyukur bisa disini bersamaku saat ini..” Ucapku membanggakan diri.

Seketika itu dia tertawa. “Hahahah! Silahkan teruskan hayalanmu itu!” Kemudian dia kembali memfokuskan diri melihat penampilan dari Super Junior.

“Hya.. kau ini.. awas kau!” Dia hanya tertawa geli melihatku yang setengah mengangkat tangan untuk memukulnya.

Ketika MC menyampaikan lagu berikutnya yang akan dinyanyikan oleh Super Junior adalah lagu ‘No Other’, Hyo-rin benar-benar bersorak kegirangan. “Aku sangat suka lagu ini!!!” Teriaknya.

Neo gateun saram tto eopseo
Juwireul dureobwado geujeo georeondeongeol
Eodiseo channi
Neo gatchi joheun saram
Neo gatchi joheun saram
Neo gatchi joheun ma eum
Neo gatchi joheun seonmul

Neomu dahaeng iya aesseo
Neorel jikyeojul geu sarami baro naraseo
Eodiseo channi
Na gatchi haengbokhan nom
Na gatchi haengbokhan nom
Na gatchi unneun geureun
Choegoro haengbokhan nom

(There’s no one like you
Even if i look around it’s just like that
Where else to look for?
A person good like you
A person good like you
A heart good like you
A gift good like you

How lucky,
The person who will try hard to protect you is just me
Where else to look for?
A guy happy like me
A guy happy like me
A guy who laught
With the greatest happiness like me)

‘Lagu yang bagus.’ Batinku. Benar-benar mewakili perasaanku saat ini padanya. Kemudian aku berbisik lirih di telinga Hyo-rin. “Lagu ini untukmu Hyo-rin.”

“Apa tadi kau bilang? Aku tidak mendengar apa-apa! Disini terlalu ramai!” Teriaknya.

“Bukan apa-apa! Lanjutkan saja melihat Super Show itu!” Sahutku sambil tersenyum. Mungkin belum saatnya kau tahu perasaanku padamu. Tunggulah sebentar lagi..


 -Shin Hyo-rin, Sungai Han-

Pemandangan malam hari sungai ini memang sangat indah. Apalagi jembatan yang mengeluarkan air mancur disertainya cahaya lampu berwarna-warni, benar-benar menakjubkan. Karena itulah aku mengajak Hyung-joon untuk mampir sejenak ke tempat ini setelah melihat Super Show Super Junior tadi.

“Hyung-joon, terima kasih banyak untuk dua hari ini. Aku benar-benar senang.” Ucapku tulus.

“Sama-sama, aku juga sangat senang bisa menghabiskan waktu denganmu.”

Setelah dia mengucapkan itu, entah kenapa suasananya menjadi sedikit canggung. Kami berdua sama-sama diam dan hanya menatap ke arah sungai. Hatiku mulai berdebar aneh lagi, sepertinya dia juga merasakan hal yang sama, karena aku lihat sikapnya menjadi sedikit kikuk. Aku menjadi semakin malu dan semakin merasa deg-degan ketika ingat kejadian kemarin, saat aku memeluknya. ‘Ada apa ini?’ Hingga kemudian Hyung-joon berkata seraya menunjuk pada televisi yang ada di cafe di tepi sungai Han itu.

“Bukankah itu hyung?”

Aku terkejut bukan kepalang. “Mana? Mana dia?” Tanyaku tak sabar.

“Itu di televisi, lihatlah!” Kamipun memperhatikan acara televisi itu. “Acara itu sudah 5 hari yang lalu. Ini hanya siaran ulangnya.” Lanjutnya sambil melihat tanggal yang ditampilkan disana.

Ternyata benar, namja di televisi itu memang Kak Hyun-joong. Dia sedang memberikan konferensi pers mengenai peluncuran bibit padi terbaru dari perusahaan tempatnya bekerja. Aku hanya diam memperhatikannya. ‘Kak Hyun-joong, apa kau baik-baik saja disana? Kenapa kau tak pernah menghubungiku? Aku benar-benar merindukanmu Kak..’ Batinku terasa sakit karena hanya bisa melihatnya seperti ini. Tanpa sadar akupun menangis.

Melihat itu, Hyung-joon menarikku untuk menjauhi televisi itu dan menuju tepi sungai. Selama beberapa saat tidak ada satupun dari kami yang berbicara.

“Apa kau sangat merindukannya?” Tanya Hyung-joon. Aku tidak menjawab dan hanya terus menagis dalam diam.

Kemudian dia melanjutkan. “Namja yang bahkan tidak punya waktu untuk menghubungi kekasihnya, namja yang hanya membuat kekasihnya sedih dan menangis, apa namja seperti itu masih pantas untuk tetap dicintai dan dirindukan?”

Aku tercekat mendengar kata-katanya. Aku tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena aku merasa perkataannya itu ada benarnya juga. Tiba-tiba Hyung-joon memutar tubuhku agar berhadapan dengannya, dan langsung memelukku. Aku berusaha melepaskan diri darinya, tetapi usahaku percuma karena pelukannya sangat erat.

“Apa yang kau—“

“Jadilah kekasihku!”

To be continued...

By FITRIA PRIMI APRILIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar