Senin, 23 Januari 2012

I’M SORRY I LOVE HIM -Chap 4-

Chapter 4 


Cast :
Shin Hyo Rin
Kim Hyun Joong
Kim Hyung Joon
Lee Yoo Hee
Cameo :
Kang Hea In
Park Dae Jia
Kim Ryeowook
Cho Kyuhyun
Paris Hilton


-Sungai Han-

“Jadilah Kekasihku!”

Hyo-rin sangat terkejut mendengar ucapan Hyung-joon. Sejenak dia tak bisa berkata apa-apa sampai akhirnya Hyung-joong melepas pelukannya.

“Dasar bodoh, apa yang aku lakukan?” Ucap Hyun-joong lebih kepada dirinya sendiri sambil menunduk. Kemudian dia kembali menatap Hyo-rin yang masih diam terpaku. “Lupakan perkataanku tadi, seharusnya aku tidak mengucapkan itu.”

“Hyung-joon, aku—“

“Kau kekasih kakakku, harusnya aku menghormati itu dan tidak menjelekkannya didepanmu, maafkan aku..”

“Tidak apa-apa.” Hyo-rin masih sedikit terkejut dengan pengakuan Hyung-joon kepadanya. Dia tidak menyangka bahwa adik kekasihnya itu memintanya untuk menjadi kekasihnya. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah Hyung-joon benar-benar mencintainya.

“Tapi asal kau tau, aku serius mengharapkan kau menjadi kekasihku karena aku benar-benar mencintaimu.” Hyung-joon melanjutkan perkataannya. “Aku ingin kau menerima ini..”

Itu adalah cincin yang berhiaskan permata berbentuk bintang yang dulu pernah dibeli Hyung-joon atas rekomendasi Hyo-rin. Cincin itu dulunya akan diberikan Hyung-joon pada kekasihnya. Tetapi karena hubungan mereka berakhir Hyung-joon mengurungkan niatnya itu.

“Ini kan...cincin yang kau beli bersamaku saat itu..” Hyo-rin menerima cincin itu dari tangan Hyung-joon. Sejenak dia memperhatikannya. ‘Cincin ini sangat indah’ batin Hyo-rin.

“Kalau kau juga punya perasaan yang sama padaku, pakailah cincin ini saat upacara kelulusan kita bulan depan. Saat aku melihatmu memakai cincin itu, aku anggap kau bersedia menjadi kekasihku.”

“Aku tidak yakin..” ucap Hyo-rin ragu.

“Pikirkanlah dulu, aku tidak buru-buru. Aku akan menunggumu..” Hyorin hanya menatap Hyung-joon heran, dia benar-benar tidak mengerti pikiran namja didepannya itu. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.” Lanjut Hyung-joon.

“Yah, baiklah.” Mereka berdua kemudian menuju ke tempat dimana motor Hyung-joon diparkir dan segera saja motor itu melaju dijalanan menuju rumah Hyorin.


----------------------------

Disepanjang perjalananan pulang, mereka hanya diam dan tidak berbicara satu sama lain. Saat itu pikiran Hyo-rin sedang sibuk memikirkan Hyun-joong, kekasih yang sudah lama tidak menghubunginya. Dia sempat berfikir haruskah dia menerima perasaan Hyung-joon? Lagipula namja ini juga sempat membuat hatinya berdebar. Ketika melewati sebuah kedai makan di pinggir jalan, Hyo-rin segera meminta Hyung-joon menghentikan motornya.

“Berhenti!” Ucap Hyo-rin tiba-tiba.

“Memangnya ada apa?” Tanya Hyung-joon penasaran sambil perlahan-lahan menepikan motor yang dikendarainya.

“Aku ingin minum soju di kedai itu.”

“Mwo?!” Hyung-joon terbelalak mendengar permintaan Hyo-rin.

“Kajja!” Hyo-rin kemudian menarik lengan Hyung-joon.


Beberapa saat kemudian....

-Kedai Soju-

Hyo-rin sudah menegak habis 6 botol soju, dan dia mulai mengambil botol selanjutnya. Gadis itu sudah terlihat sedikit mabuk.

“Yak! Sudah hentikan! Yeoja macam apa kau ini hah?” Bentak Hyung-joon sambil berusaha merebut botol soju yang hendak diminum Hyo-rin dan menjauhkannya. Sedikitpun dia tidak minum karena takut akan mabuk dan tidak bisa mengendarai motor saat pulang.

“Berikan botol itu padaku Kim Hyung-joon ssi, jangan coba-coba menghalangiku untuk meminumnya!” Balas Hyo-rin dengan nada bicara orang yang sudah mabuk. Saat dia berhasil merebut botol soju dari tangan Hyung-joon, dia segera menegak habis minuman itu.

“Aaahhh..” Erang gadis itu saat merasakan sensasi minuman keras yang melewati tenggorokannya. Sesaat kemudian dia mulai meracau.

“Aku benar-benar tidak mengerti—hiks—perasaanku..” Ujarnya. Hyung-joon hanya diam sambil berusaha menahan tubuh Hyo-rin ketika tubuh yeoja itu sedikit oleng karena mabuk. “Aku sangat mencintai kak Hyun-joong—tapi aku juga mulai menyukai adiknya—hiks..”

Hyung-joon terkejut mendengar itu. Ternyata Hyo-rin juga mulai mempunyai perasaan terhadapnya. Harapannya untuk menjadikan Hyo-rin sebagai kekasih sedikit berkembang.

“Dan—baru saja adiknya memintaku menjadi kekasihnya—apa yang harus kulakukan hah?” Hyo-rin terus saja meracau. Perlahan-lahan dia meletakkan kepalanya di atas meja dan mulai memejamkan mata.

Sejenak Hyung-joon hanya terdiam memperhatikan yeoja yang sedang tidur di depannya itu. “Hyo-rin.. Apa benar kau juga menyukaiku?” Kemudian dia mendekatkan wajahnya untuk mencium Hyo-rin

Sebelum bibir Hyung-joon menyentuh bibir Hyo-rin, tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik baju Hyong-joon kebelakang dan memukulnya. Buks!!

Pukulan itu begitu kerasnya hingga Hyung-joon terjengkang dan jatuh. Ternyata orang yang memukulnya itu adalah Hyun-joong.

“Hyung—kau—kapan datang?” Ucapnya terbata-bata. Dia benar-benar terkejut melihat keberadaan kakaknya itu didepannya.

“Apa yang kau lakukan pada kekasihku hah?” bentak Hyun-joong.

“Aku—“

“Jelaskan semuanya dirumah!” Kemudian dia mengangkat Hyo-rin dalam membawanya ke mobil. Sesaat kemudian mobil Hyun-joong melaju untuk mengantar Hyo-rin pulang.


-Rumah Keluarga Kim-

Beberapa saat kemudian Hyun-joong sampai dirumah. Dengan tidak sabar dia segara memasuki ruang keluarga dimana sudah ada Hyung-joon dan kedua orang tuanya. Tanpa basa-basi dia menuju tempat adiknya itu dan kembali memukulnya lagi. Melihat itu Tuan Kim dan Nyonya Hwang segera melerai kedua anaknya tersebut.

“Aku pulang ke Korea diam-diam untuk memberi kejutan, tapi ternyata aku dulu yang dikejutkan oleh kelakukan adikku sendiri!” Ucap Hyun-joong penuh emosi.

“Tenanglah kalian berdua, kalian benar-benar seperti anak kecil! Sebenarnya ada apa ini?” Ucap Tuan Kim sembari memegang lengan Hyun-joong yang berusaha untuk memukul adiknya lagi.

“Duduklah, dan tenangkan diri kalian. Ceritakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi..” Ujar Nyonya Hwang. “Joonie..sebenarnya ada apa?” Tanyanya pada putra bungsunya itu.

Hyung-joon terdiam sebentar sebelum akhirnya mengucapkan apa yang ada dipikirannya selama ini. “Aku mencintai Hyo-rin dan ingin dia menjadi kekasihku.” Dan pengakuannya itu sukses membuat kakaknya kembali ingin memukulnya.

“Hyun-joong! Berhentilah berusaha memukul adikmu!” Bentak Tuan Kim. Pria itu masih berusaha menahan Hyun-joong agar tetap duduk. Kemudian dia menatap Hyung-joon. “Apa kau gila hah? Tidakkah kau sadar kalau Hyo-rin itu masih kekasih kakakmu?”

“Cih! Kekasih yang tidak perhatian seperti hyung apa masih pantas disebut sebagai kekasih?”

Plak! Kali ini Nyonya Hwang menampar Hyung-joon. “Astaga Hyung-joon! Kau benar-benar tidak sopan berbicara seperti itu tentang kakakmu sendiri!” Ucapnya dengan mata sedikit memerah. “Apa tidak ada yeoja lain di Korea sampai kau hendak merebut kekasih kakakmu?”

“Tidak ada yang seperti Hyo-rin.” Jawab Hyung-joon.

“Astaga... Kau sungguh kekanakan!” Decak Nyonya Hwang tidak percaya.

Setelah itu Hyun-joong berdiri dan berjalan menuju kamarnya tanpa berkata apa-apa. Namja itu menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga menimbulkan suara hantaman yang keras.

“Kakakmu sengaja pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu untuk memberi kejutan pada kita. Dan dia bilang dia juga akan mulai bekerja di Korea karena perusahaan pamanmu membuka cabang disini.” Ujar Tuan Kim.

“Kita bahas lagi masalah ini besok, sekarang beristirahatlah.” Emosi Nyonya Hwang sudah sedikit mereda saat itu. Hyung-joon masih tetap diam ketika bangkit dan menuju kamarnya.


-Shin Hyo-rin, Rumah Keluarga Shin-

Aku merasa sedang berbaring disuatu tempat yang sangat nyaman. ‘Dimana aku?’ Batinku. Perlahan-lahan aku membuka mata dan melihat kelambu berwarna biru muda yang ada di atasku. Ternyata aku berada dikamarku sendiri.

“Air...” Racauku tak jelas. Tenggorokanku benar-benar terasa kering. Saat aku perlahan bangun, kepalaku juga terasa sangat pusing. “Apa yang terjadi?”

Sedikit demi sedikit aku berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Astaga.. Aku mabuk sampai tak sadarkan diri! Dan, aku bersama Hyung-joon tadi malam. Secara refleks aku menepuk keningku sendiri. Dasar yeoja bodoh! Bagaimana mungkin kau bisa mabuk didepan seorang namja?

“Hyo-rin sayang, apa kau sudah bangun?” Ibu tiba-tiba membuka pintu kamar dan masuk sambil membawa segelas air.

“Ya.. Omma..” jawabku lemah. Aku segera meminum air yang dibawakan ibu. “Jam berapa aku pulang tadi malam? Aku harus minta maaf sekaligus berterima kasih pada Hyung-joon karena sudah mengantarkanku.”

“Kau sampai rumah jam 1 pagi. Hyung-joon? Bukan dia yang sengantarmu tadi malam.” Jawab ibu.

“Lalu sapa yang mengantarku?”

“Hyun-joong yang mengantarmu pulang.”

“Apa? Kak Hyun-joong?” Aku sedikit terbelalak mendengar itu. Kak Hyun-joong sudah pulang ke Korea? Kenapa dia tak memberiku kabar kalau dia sudah disini? Tanpa basa-basi lagi aku segera bangkit dan menuju kamar mandi.

“Kau mau kemana?” Ibu kaget melihat perbuatanku.

“Aku harus ke rumah kak Hyun-joong!” Teriakku dari dalam kamar mandi. Aku harus segera bertemu dengannya dan meminta penjelasannya. Di antara rasa rinduku yang teramat sangat terselip perasaan sedikit kecewa dan marah karena selama ini dia tak pernah menghubungiku. Bahkan diapun tidak memberi kabar kepulangannya ke Korea.

Setelah bersiap-siap dengan sedikit terburu-buru, aku segera keluar kamar. Saat sampai diruang tamu, betapa terkejutnya aku ternyata kak Hyun-joong sudah ada disana. Aku menghentikan langkahku dan menatapnya. Apa aku bermimpi?

Saat melihatku, kekasihku itu segera berdiri dan menghampiriku. Sejenak dia berdiri diam dihadapanku dan aku mengamatinya. Dia sedikit bertambah tinggi dibanding saat terakhir aku melihatnya. Dia juga mengubah potongan rambutnya. Warnanya bukan coklat lagi, melainkan sedikit pirang. Setelah itu dia menarikku dalam pelukannya.

“Aku merindukanmu, sangat merindukanmu.” Aku hanya diam. Aku masih tidak percaya namja yang memelukku ini adalah kekasihku. “Aku minta maaf. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi, mulai sekarang aku akan bekerja di Korea.”

Dia melepas pelukannya dan mencium keningku. Aku masih saja diam saat dia menarikku untuk duduk di kursi. Kemudian kak Hyun-joong menjelaskan semuanya, alasan dia jarang menghubungiku dan kepulangannya. Ternyata dia akan bekerja disini karena perusahaan pamannya membuka cabang di Korea. Dan dia sengaja pulang sekarang karena ingin menghadiri acara kelulusanku di universitas bulan depan.

“Aku tahu aku salah, maukah kau memaafkanku?” Dia menatapku sambil memegang kedua tanganku.

“Aku memaafkanmu kak..” Ucapku lemah.

“Terima kasih Chagi..” Kemudian dia kembali memelukku.


Beberapa hari kemudian...


-Restoran di sebuah Hotel Mewah di Seoul-

Aku akan menemani kak Hyun-joong untuk bertemu kliennya di sebuah restoran ternama. Saat ini kami sudah sampai ditempat tujuan dan sedang berjalan menuju tempat pertemuan.

“Terima kasih karena kau mau menemaniku.” Kak Hyun-joong berkata lembut sambil memegang tanganku.

“Iya, tidak apa-apa..” Aku tersenyum menatapnya.

Saat kami tiba di tempat perjanjian, sudah ada dua wanita cantik yang menanti kami.

“Selamat datang Tuan Kim, senang bertemu dengan anda. Aku Kang Hea-in.” Ucap seorang wanita yang mengaku bernama Kang Hea-in sembari mengulurkan tangan untuk berjabat.

“Terima kasih nona Kang, saya juga sangat senang bertemu dengan anda.” Kak Hyun-joong menyambut uluran tangan Hea-in. “Saya harap anda tidak terlalu lama menunggu kami.”

“Tidak sama sekali, kami juga baru saja datang.” Dia berkata dengan senyum yang sangat menawan. Astaga..cantik sekali wanita ini. Begitu juga wanita yang ada disebelahnya. “Kenalkan ini sepupu saya, Park Dae-jia.” Mereka berduapun berjabat tangan.

“ Senang berkenalan dengan anda nona Park.” Wanita itupun menyunggingkan senyum yang tidak kalah mempesonanya. Mereka berdua benar-benar wanita sempurna, bahkan sebagai sesama wanita aku merasa sedikit iri pada mereka.

“Panggil saja Dae-jia, saya juga senang berkenalan dengan Tuan Kim. Dan siapa gadis cantik disamping anda ini?” Tanya Dae-jia menatapku.

“Oh..kenalkan, ini Shin Hyo-rin, kekasih saya.” Kak Hyun-joong kemudian mengenalkanku pada kedua wanita itu. Akupun berjabat tangan dengan mereka.

“Cantik sekali kekasih anda, kalian benar-benar pasangan yang serasi.”

“Terima kasih, anda terlalu memuji nona Park.” Ujar kak Hyun-joong. Kemudian kami semua duduk dan mereka mulai membicarakan kerjasama mereka.

Ternyata Kang Hea-in bekerja disebuah perusahaan roti ternama. Dan perusahaannya menginginkan kerjasama dengan perusahaan kak Hyun-joong sebagai pensuplai bahan baku. Karena perusahaan kak Hyun-joong menghasilkan tanaman berkualitas tinggi, diharapkan bahan baku roti seperti tepung juga akan memiliki kualitas yang bagus ketika dibuat dari tanaman yang bagus pula.

“Baiklah Tuan Kim, saya rasa mungkin cukup untuk saat ini. Surat-surat kontraknya akan segera kami kirim kepada anda.” Hea-in berbicara seraya bangkit dari kursinya.

“Akan saya tunggu, senang berbisnis dengan anda.” Mereka kemudian berpamitan. Anehnya, tidak hanya cukup dengan berjabat tangan seperti pada waktu datang, kak Hyun-joong dan kedua wanita itu juga saling mencium pipi kiri dan kanan. ‘Apa-apaan ini?’ Batinku penuh emosi.

Setelah kedua wanita itu pergi, aku berkata dengan sedikit kesal pada kak Hyun-joong. “Apa-apaan itu tadi? Kenapa kalian saling mencium pipi?”

“Itu kan hanya salam perpisahan biasa Hyo-rin, di Inggris aku juga sering melakukannya. Kenapa kau begitu kesal?” Ucapnya santai dan kembali duduk.

“Apa? Yang seperti itu kau sebut biasa?” Kekesalanku menjadi bertambah. “Huh, aku rasa kau menyukai mereka berdua, pandangan matamu bahkan tak pernah berpaling dari mereka saat pertemuan tadi.”

“Astaga Hyo-rin.. kau terlalu berlebihan menanggapi sesuatu.”

“Aku berlebihan?” Aku berdiri dengan perasaan emosi. Kemudian tiba-tiba saja ada seorang gadis asing yang berjalan menuju ke tempat kami sambil memanggil kak Hyun-joong. (tanda * berarti percakapan dalam bahasa Inggris.)

*“Hyunie..senang sekali melihatmu lagi..”

*“Paris? Kapan kau sampai di Korea?” Kak Hyun-joong bangkit menyambut gadis itu dan memeluknya.

*”Aku baru saja sampai dan melakukan check-in di hotel ini. Aku tidak kenal siapa-siapa disini, maukah kau menemaniku?” Gadis yang bernama Paris itu berbicara sambil bergelayut manja pada lengan kekasihku. ‘Siapa dia? Gadis benar-benar kurang ajar!

*”Yah, tentu saja aku akan menemanimu.”

*”Siapa anak kecil ini? Apa dia asistenmu?” Tanya Paris dengan nada mencela. ‘Apa?anak kecil katanya? Asisten? Kau pikir aku tidak mengerti bahasa Inggris sehingga kau seenaknya saja berbicara seperti itu hah?’ Aku benar-benar emosi.

*”Ah, bukan.. Tunggu sebentar di sini, oke?” Kemudian kak Hyun-joong menarikku untuk menjauh dari gadis itu.

“Siapa dia?” Tanyaku dengan kasar.

“Namanya Paris Hilton, dia rekan kerjaku di Inggris dan sekarang akan menjadi rekan kerjaku di sini.” Kata kak Hyun-joong. “Aku akan mengantarmu pulang sekarang, karena akan harus menemaninya. Kasihan dia, dia tidak kenal siapapun di Korea.”

“Hah, yang benar saja kak. Kau ingin aku cepat-cepat pulang demi bersama gadis itu?”

“Kau benar-benar terlalu berlebihan malam ini Hyo-rin. Hal sepela saja membuatmu marah seperti ini.” Lalu dia menarikku. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.”

Aku tak percaya dengan apa yang aku dengar. Aku menepis tangannya yang memegangku.

“Kau keterlaluan kak, dan kau juga sudah berubah.” Ucapku lemah. “Tak usah mengantarku, urus saja gadis itu. Aku bisa pulang sendiri.” Tanpa basa-basi aku meninggalkan tempat itu. Kak Hyun-joong baru saja akan mengejarku jika saja Paris tidak memanggilnya. Dia hanya menatapku sebentar dan berbalik untuk menghampiri Paris.


-Halte Bus-

Aku berjalan tanpa arah. Saat sampai disebuah halte bus aku berhenti dan duduk. Aku lupa tidak membawa dompet, dan handphoneku juga mati karena lowbat. Mantel, syal, dan sarung tanganku semua tertinggal di mobil kak Hyung-joon. Padahal malam ini salju turun dengan lebatnya sehingga hawanya menjadi sangat dingin. Hah! Lengkap sudah penderitaanku, aku kedinginan dan tidak bisa pulang!

Perlahan aku menangis mengingat kejadian tadi. Bagaimana mungkin kak Hyun-joong tega melakukan itu padaku? Aku benar-benar tidak percaya. Aku sangat ingin bertemu Yoo-hee, sahabatku itu pasti bisa meringankan kesedihanku. Tapi saat ini dia sedang pergi ke vila keluarganya di Daegu untuk memperingati kematian ibunya. Aku menangis semakin menjadi sambil menundukkan kepala, sampai seseorang memanggilku.

“Nona, kau tidak apa-apa?” Ucap seorang namja. Aku masih tetap diam dan menangis. “Kenapa kau menangis?” Lanjutnya.

“Bukan urusanmu—“ Aku mendongak dan betapa terkejutnya aku melihat dua namja yang berdiri dihadapanku. “Kau—kau—Ryeowook—dan Kyuhyun—kan?” Aku berbicara dengan terbata-bata sambil membelalakkan mata. Saat aku akan berteriak Kyuhyun membekap mulutku dengan tangannya.

“Diamlah yeoja bodoh! Apa kau mau memanggil para Elf kesini hah?” Ujarnya kasar.

“Yak! Evil pabo! Jangan membekapnya seperti itu, lihat dia tidak bisa bernafas!” Teriak Ryeowook disertai jitakan pada kepala Kyuhyun. Kyuhyun langsung melepaskan tangannya dariku.

“Huh!” Namja bernama Kyuhyun itu hanya mendengus kesal.

“Kenapa kau jadi emosian begini? Apa karena Young-in mengacuhkanmu lagi?”

“Yak! Jangan ungkit-ungkit itu lagi!” Kyuhyun berteriak penuh emosi.

“Hahahahah..” Ryeowook tertawa karena berhasil mengganggu juniornya itu. Kemudian dia mengalihkan pandangannya padaku yang masih terpaku menatap mereka. “Nona, ini musim dingin. Bagaimana mungkin kau ke luar rumah hanya dengan pakaian seperti itu? Lihatlah, bibir dan tanganmu sudah sangat pucat.”

“Oh..” Aku hanya menjawab linglung.

“Ini, pakailah.” Kemudian Ryeowook melepas syal yang dia pakai dan memakaikannya dileherku. Begitu juga dengan sarung tangannya. Tiba-tiba saja Kyuhyun berteriak.

“Itu para Elf! Ayo cepat pergi, aku tidak siap meladeni mereka semua saat ini!” Dia segera berlari sembari menarik Ryeowook.

“Selamat tinggal Nona, berhati-hatilah..” Teriak Ryeowook padaku sambil melambaikan tangan. Setelah mereka pergi, aku menundukkan kepala mengamati sarung tangan yang tadi diberikan Ryewook. Sesaat kemudian ada seseorang yang memakaikan mantel pada tubuhku. Aku mendongak dan menatap seorang namja yang saat ini berdiri dihadapanku dan sedang merapikan mantel yang dia pakaikan padaku.

“Hyung-joon...”


To be continued.....


By FITRIA PRIMI APRILIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar