AUTHOR: FITRIA PRIMI APRILIA
- Chapter 5 -
Cast :
Shin Hyo Rin
Kim Hyun Joong
Kim Hyung Joon
Lee Yoo Hee
Cameo :
Yoon Ah Ra
Lee Dong Hae
Cerita sebelumnya (Chap.4)
Hyo-rin bertengkar dengan Hyun-joong karena Hyun-joong lebih memilih menemani Paris Hilton dan mengacuhkannya. Hyorin pergi meninggalkan Hyun-joong dengan perasaan marah, dia berjalan hingga halte bus. Tanpa disengaja Hyorin bertemu dengan idolanya, Ryeowook dan Kyuhyun Super Junior yang memberinya sarung tangan dan syal. Saat kuatir tidak bisa pulang, datanglah Hyung-joon.
-Shin Hyo-rin, Halte Bus-
“Hyung-joon...” Namja didepanku itu hanya diam. Setelah memastikan mantelnya sudah terpakai dengan benar di badanku, Hyung-joon menatapku tajam. “Bagaimana kau tahu aku disini?” Tanyaku penasaran. Diam-diam aku bersyukur atas kehadirannya. Aku tidak tahu apa jadinya nanti jika yang aku temui adalah orang jahat.
“Tadi aku ke rumahmu. Ibumu bilang kau keluar dengan kak Hyun-joong.” Hyung-joon berhenti sejenak, “Aku sengaja menunggu di depan hotel kalian melakukan pertemuan. Tak kusangka aku akan melihatmu keluar sendirian dengan berjalan kaki. Aku mengikutimu hingga halte ini.” Ya Tuhan… Sebegitu perhatiankah namja ini padaku?
“Terima kasih..” Ucapku tulus.
“Kenapa kau keluar sendiri? Mana kakakku?”
“Dia−“ Aku terdiam karena tidak menemukan kata-kata yang tepat.
“Apa dia mencampakkanmu?” Tuntutnya.
“Bukan begitu, dia hanya−“ Kenapa kau malah membelanya Hyo-rin? Dasar bodoh!
“Lebih mementingkan gadis berambut pirang itu dari pada dirimu.” Apa? Bagaimana dia tahu tentang gadis bernama Paris Hilton itu? “Selang beberapa saat setelah kau keluar, aku melihat kakakku bersama seorang gadis berkebangsaan asing.”
“Oh.. Jadi kau melihatnya..” Sahutku lemah sambil menundukkan kepala.
“Ayo, kau akan membeku kedinginan kalau terus disini.” Kemudian Hyung-joon menarikku menuju motornya. Aku menurut saja saat dia menyuruhku berpegangan dengan memeluk pinggangnya. Aku benar-benar linglung memikirkan sikap kak Hyun-joong padaku malam ini.
-Kim Hyung-joon pov-
Aku mengikuti gadis ini hingga ke sebuah halte bus. Hyo-rin benar-benar terlihat lesu, saat di halte aku bahkan melihatnya menangis. Hhh.. Entah apa yang sudah dilakukan kakakku padanya. Masih teringat pesan singkat yang dikirim kak Hyun-joong padaku beberapa saat lalu. “Tolong aku, jemput Hyo-rin. Aku harus menemani kolegaku. Aku sadar terlalu berlebihan padanya tadi, hingga membuatnya marah. Aku akan meminta maaf padanya nanti. Saat ini aku harap aku bisa mempercayaimu seperti janjimu waktu itu.”
Yah, aku sudah berjanji pada kakakku untuk melepaskan Hyo-rin dan tidak mengganggu hubungan mereka. Aku sadar aku hanya orang ketiga. Aku tahu kakakku sangat mencintai Hyo-rin, begitu juga Hyo-rin. Gadis itu pasti sangat mencintai kakakku. Aku akan mengalah demi melihat kakakku dan Hyo-rin bahagia.
Senin, 23 Januari 2012
S W I T C H -Chap 6-
Chapter 6
-Kediaman Keluarga Park-
“Bukankah seharusnya memang begitu?”
“Tidak, aku tidak suka yang seperti itu.”
“Sejak kapan kau...”
Ocehan-ocehan itu tak didengar lagi oleh Hae-bin. Seperti biasa, Tuan dan Nyonya Park bila bertemu selalu bertengkar. Walau itu hanya untuk hal-hal kecil. Seperti mengatur letak barang di ruang tamu. Padahal, kalau tak sedang senggang begini, mereka berdua jarang sekali bisa bertemu.
Dae-jia yang saat itu akan memenuhi janjinya bertemu editor novel yang akan segera diterbitkannya, tiba-tiba sudah berdiri di samping Hae-bin, yang kini berada di teras rumahnya. Kakaknya itu melayangkan tatapan menuduh pada Hae-bin, “Itu semua karenamu!” desis Dae-jia lalu tanpa menunggu bantahan Hae-bin lagi, gadis itu masuk dalam mobil Mercedes pink miliknya dan melaju kencang.
Hae-bin menghela nafas, sambil menatap kepergian Dae-jia dengan tatapan pilu. Getaran ponsel yang ia genggam membuatnya terkejut. Sebuah pesan dari Dong-hae masuk.
From: Lee Dong-hae
Ibu Guru, muridmu yang paling tampan ini sudah datang dan sedang menunggu di depan pintu gerbang.
Buru-buru Hae-bin melangkah dan ia menemukan pria itu sudah di depan pagar rumahnya tengah tersenyum di atas motor sport miliknya.
“Kau tidak sedang menangis lagi kan?” godanya yang berhasil membuat pipi Hae-bin memanas. Ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, saat ia menangis di pelukan Dong-hae.
Hae-bin tersenyum kikuk, “Ehm...tapi sepertinya ada masalah lain,” gumam Hae-bin bingung mengungkapkannya. Tak mungkin baginya mengajak Dong-hae masuk di saat ada pertengkaran antara Ayah dan Ibu tirinya di dalam.
“Masalah?” alis Dong-hae bertaut, “jadi...kau tak bisa mengajariku lagi?” katanya pura-pura kecewa.
Hae-bin kembali berdeham, “Bukan begitu...” sergahnya merasa tak nyaman, “tapi kita tak bisa belajar di sini,” ia beralasan, “bagaimana kalau di rumahmu saja?” tambahnya cepat sebelum Dong-hae sempat memprotes.
Pria itu tersenyum lebar sembari mengangguk, “Boleh, ayo kita berangkat sekarang!”
-Kediaman Keluarga Park-
“Bukankah seharusnya memang begitu?”
“Tidak, aku tidak suka yang seperti itu.”
“Sejak kapan kau...”
Ocehan-ocehan itu tak didengar lagi oleh Hae-bin. Seperti biasa, Tuan dan Nyonya Park bila bertemu selalu bertengkar. Walau itu hanya untuk hal-hal kecil. Seperti mengatur letak barang di ruang tamu. Padahal, kalau tak sedang senggang begini, mereka berdua jarang sekali bisa bertemu.
Dae-jia yang saat itu akan memenuhi janjinya bertemu editor novel yang akan segera diterbitkannya, tiba-tiba sudah berdiri di samping Hae-bin, yang kini berada di teras rumahnya. Kakaknya itu melayangkan tatapan menuduh pada Hae-bin, “Itu semua karenamu!” desis Dae-jia lalu tanpa menunggu bantahan Hae-bin lagi, gadis itu masuk dalam mobil Mercedes pink miliknya dan melaju kencang.
Hae-bin menghela nafas, sambil menatap kepergian Dae-jia dengan tatapan pilu. Getaran ponsel yang ia genggam membuatnya terkejut. Sebuah pesan dari Dong-hae masuk.
From: Lee Dong-hae
Ibu Guru, muridmu yang paling tampan ini sudah datang dan sedang menunggu di depan pintu gerbang.
Buru-buru Hae-bin melangkah dan ia menemukan pria itu sudah di depan pagar rumahnya tengah tersenyum di atas motor sport miliknya.
“Kau tidak sedang menangis lagi kan?” godanya yang berhasil membuat pipi Hae-bin memanas. Ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, saat ia menangis di pelukan Dong-hae.
Hae-bin tersenyum kikuk, “Ehm...tapi sepertinya ada masalah lain,” gumam Hae-bin bingung mengungkapkannya. Tak mungkin baginya mengajak Dong-hae masuk di saat ada pertengkaran antara Ayah dan Ibu tirinya di dalam.
“Masalah?” alis Dong-hae bertaut, “jadi...kau tak bisa mengajariku lagi?” katanya pura-pura kecewa.
Hae-bin kembali berdeham, “Bukan begitu...” sergahnya merasa tak nyaman, “tapi kita tak bisa belajar di sini,” ia beralasan, “bagaimana kalau di rumahmu saja?” tambahnya cepat sebelum Dong-hae sempat memprotes.
Pria itu tersenyum lebar sembari mengangguk, “Boleh, ayo kita berangkat sekarang!”
FF PROTECT MY NAMJA- Chap. 1 Subtittle : Getting Trouble
Hallow para Cassie…. Para JYJ lovers tepatnya.
Sebenernya ini FF request-an yang udah sekian lama di request tapi baru terealisasi sekarang. Biasanya author yang selalu berkutat sama FF bercast member Super Junior tapi dengan segala keberanian hati #halahh kaya apa aja… akhirnya berani juga bikin yang dari JYJ….
tapi perlu diingatkan karena saya bukan Cassiopea atau JYJ lovers jadi ngga ngerti bener-bener character mereka…
terutama para Herotic
sooo kl ada yang ngga sreg sama charanya salahkan yang minta request yaa…. Hahaha
*dicekek Jae Joong*
Yang lainnya, yang ada disini hanyalah khayalan liar author…jd kl digoogling juga ngga bakalan ada….
Ywdh cekidot ajalah….hasil observasi sama penulisan saya,,,mudah2an bisa tergerak menjadi Cassie mengingat author dan Yunho sudah saling kesetrum
#apadeh
Happy Reading All ^^
FF PROTECT MY NAMJA- Chap. 1
Subtittle : Getting Trouble
Genre : Romance, Action
Cast :
Kim Jae Joong
Julian Han
Special Appearance :
Park Seung Mi
Won Bin
Rated : PG 17
****
~ Seoul, Roof top Samsung-Dong Building, Friday 22 July 2011, 21.20 PM
Seorang wanita memakai leather suit hitam, rambut coklatnya tersisir rapi kebelakang tengah keluar dari pintu akses menuju atap gedung ini. Dia menenteng sebuah koper persegi panjang pipih dan segera berjalan menuju tepi atap.
Gadis ini menyimpan kopernya kemudian mengeluarkan sebuah teropong jarak jauh dengan penglihatan infra merah untuk ‘night vision’ kemudian mengamati keadaan sekitar dengan teropongnya. Dia memperhatikan setiap sudut pandangan dengan teliti, mengamati situasi sebelum melaksanakan pekerjaannya.
Setelah dirasakan situasinya aman, kemudian dia membuka isi koper pipih tersebut dan mengeluarkan bagian-bagian senjata sniper PSG-1 yang masih terpecah-pecah. Dengan mudah dia menyusun satu persatu bagian senjata hingga semuanya terbentuk sempurna.
Terakhir dia memasang peredam suara dan lensa jarak jauh di senapannya.
‘klik…crek… ‘
isi peluru dalam magazin telah dipasang sempurna ke badan senjata.
Ia mengeluarkan ponsel mini lalu memijit sebuah tombol…
“I’m ready” ucapnya singkat kemudian memutuskan kontak.
Si gadis mulai membidikkan senapan ke arah sasaran, lokasinya berada di seberang gedung tempatnya menembak, menuju ke sebuah pintu lobby di bawahnya. Dengan penuh kesabaran dia menunggu seseorang keluar dari sana.
****
Lantai 53
Seorang pria memakai berpakaian casual berblazer putih, baru saja masuk ke dalam ruang apartemen yang didominasi warna kayu coklat tua dan merah. Interior yang modern yang sengaja didesain khusus, yang diperuntukkan untuk tempat tinggal seorang pria single yang mapan dan kaya.
Pria itu menunjukkan wajah yang lelah saat menyimpan sembarangan kunci mobilnya di meja ruang tengahnya. Dia membuka blazer yang dikenakannya, hingga menyisakan kaos sleeveless warna abu yang masih melekat di tubuhnya.
Merasa penat dan memerlukan sentuhan angin, dia membuka lebar jendela apartemennya hingga udara malam yang sejuk masuk dengan leluasa ke ruangan itu. Ia menghirup nafas beberapa menit untuk memenuhi paru-parunya dengan udara luar.
Ia berjalan menuju bar mini dan membuka kulkas khusus yang terletak disebelahnya, lalu mengambil sebotol soju dingin, ditempelkannya botol tersebut ke pipinya untuk sedikit memberikan efek segar diwajahnya.
Lalu dengan santai dia menghempaskan tubuhnya di empuknya sofa dan duduk senyaman mungkin, menikmati soju dingin seraya memandang ke arah jendela yang menyajikan pemandangan kota Seoul saat malam.
Sebenernya ini FF request-an yang udah sekian lama di request tapi baru terealisasi sekarang. Biasanya author yang selalu berkutat sama FF bercast member Super Junior tapi dengan segala keberanian hati #halahh kaya apa aja… akhirnya berani juga bikin yang dari JYJ….
tapi perlu diingatkan karena saya bukan Cassiopea atau JYJ lovers jadi ngga ngerti bener-bener character mereka…
terutama para Herotic
sooo kl ada yang ngga sreg sama charanya salahkan yang minta request yaa…. Hahaha
*dicekek Jae Joong*
Yang lainnya, yang ada disini hanyalah khayalan liar author…jd kl digoogling juga ngga bakalan ada….
Ywdh cekidot ajalah….hasil observasi sama penulisan saya,,,mudah2an bisa tergerak menjadi Cassie mengingat author dan Yunho sudah saling kesetrum
#apadeh
Happy Reading All ^^
FF PROTECT MY NAMJA- Chap. 1
Subtittle : Getting Trouble
Genre : Romance, Action
Cast :
Kim Jae Joong
Julian Han
Special Appearance :
Park Seung Mi
Won Bin
Rated : PG 17
****
~ Seoul, Roof top Samsung-Dong Building, Friday 22 July 2011, 21.20 PM
Seorang wanita memakai leather suit hitam, rambut coklatnya tersisir rapi kebelakang tengah keluar dari pintu akses menuju atap gedung ini. Dia menenteng sebuah koper persegi panjang pipih dan segera berjalan menuju tepi atap.
Gadis ini menyimpan kopernya kemudian mengeluarkan sebuah teropong jarak jauh dengan penglihatan infra merah untuk ‘night vision’ kemudian mengamati keadaan sekitar dengan teropongnya. Dia memperhatikan setiap sudut pandangan dengan teliti, mengamati situasi sebelum melaksanakan pekerjaannya.
Setelah dirasakan situasinya aman, kemudian dia membuka isi koper pipih tersebut dan mengeluarkan bagian-bagian senjata sniper PSG-1 yang masih terpecah-pecah. Dengan mudah dia menyusun satu persatu bagian senjata hingga semuanya terbentuk sempurna.
Terakhir dia memasang peredam suara dan lensa jarak jauh di senapannya.
‘klik…crek… ‘
isi peluru dalam magazin telah dipasang sempurna ke badan senjata.
Ia mengeluarkan ponsel mini lalu memijit sebuah tombol…
“I’m ready” ucapnya singkat kemudian memutuskan kontak.
Si gadis mulai membidikkan senapan ke arah sasaran, lokasinya berada di seberang gedung tempatnya menembak, menuju ke sebuah pintu lobby di bawahnya. Dengan penuh kesabaran dia menunggu seseorang keluar dari sana.
****
Lantai 53
Seorang pria memakai berpakaian casual berblazer putih, baru saja masuk ke dalam ruang apartemen yang didominasi warna kayu coklat tua dan merah. Interior yang modern yang sengaja didesain khusus, yang diperuntukkan untuk tempat tinggal seorang pria single yang mapan dan kaya.
Pria itu menunjukkan wajah yang lelah saat menyimpan sembarangan kunci mobilnya di meja ruang tengahnya. Dia membuka blazer yang dikenakannya, hingga menyisakan kaos sleeveless warna abu yang masih melekat di tubuhnya.
Merasa penat dan memerlukan sentuhan angin, dia membuka lebar jendela apartemennya hingga udara malam yang sejuk masuk dengan leluasa ke ruangan itu. Ia menghirup nafas beberapa menit untuk memenuhi paru-parunya dengan udara luar.
Ia berjalan menuju bar mini dan membuka kulkas khusus yang terletak disebelahnya, lalu mengambil sebotol soju dingin, ditempelkannya botol tersebut ke pipinya untuk sedikit memberikan efek segar diwajahnya.
Lalu dengan santai dia menghempaskan tubuhnya di empuknya sofa dan duduk senyaman mungkin, menikmati soju dingin seraya memandang ke arah jendela yang menyajikan pemandangan kota Seoul saat malam.
Label:
Fanfiction,
Jaejoong,
JYJ,
TBC,
Won Bin
I’M SORRY I LOVE HIM -Chap 4-
Chapter 4
Cast :
Shin Hyo Rin
Kim Hyun Joong
Kim Hyung Joon
Lee Yoo Hee
Cameo :
Kang Hea In
Park Dae Jia
Kim Ryeowook
Cho Kyuhyun
Paris Hilton
-Sungai Han-
“Jadilah Kekasihku!”
Hyo-rin sangat terkejut mendengar ucapan Hyung-joon. Sejenak dia tak bisa berkata apa-apa sampai akhirnya Hyung-joong melepas pelukannya.
“Dasar bodoh, apa yang aku lakukan?” Ucap Hyun-joong lebih kepada dirinya sendiri sambil menunduk. Kemudian dia kembali menatap Hyo-rin yang masih diam terpaku. “Lupakan perkataanku tadi, seharusnya aku tidak mengucapkan itu.”
“Hyung-joon, aku—“
“Kau kekasih kakakku, harusnya aku menghormati itu dan tidak menjelekkannya didepanmu, maafkan aku..”
“Tidak apa-apa.” Hyo-rin masih sedikit terkejut dengan pengakuan Hyung-joon kepadanya. Dia tidak menyangka bahwa adik kekasihnya itu memintanya untuk menjadi kekasihnya. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah Hyung-joon benar-benar mencintainya.
“Tapi asal kau tau, aku serius mengharapkan kau menjadi kekasihku karena aku benar-benar mencintaimu.” Hyung-joon melanjutkan perkataannya. “Aku ingin kau menerima ini..”
Itu adalah cincin yang berhiaskan permata berbentuk bintang yang dulu pernah dibeli Hyung-joon atas rekomendasi Hyo-rin. Cincin itu dulunya akan diberikan Hyung-joon pada kekasihnya. Tetapi karena hubungan mereka berakhir Hyung-joon mengurungkan niatnya itu.
“Ini kan...cincin yang kau beli bersamaku saat itu..” Hyo-rin menerima cincin itu dari tangan Hyung-joon. Sejenak dia memperhatikannya. ‘Cincin ini sangat indah’ batin Hyo-rin.
“Kalau kau juga punya perasaan yang sama padaku, pakailah cincin ini saat upacara kelulusan kita bulan depan. Saat aku melihatmu memakai cincin itu, aku anggap kau bersedia menjadi kekasihku.”
“Aku tidak yakin..” ucap Hyo-rin ragu.
“Pikirkanlah dulu, aku tidak buru-buru. Aku akan menunggumu..” Hyorin hanya menatap Hyung-joon heran, dia benar-benar tidak mengerti pikiran namja didepannya itu. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.” Lanjut Hyung-joon.
“Yah, baiklah.” Mereka berdua kemudian menuju ke tempat dimana motor Hyung-joon diparkir dan segera saja motor itu melaju dijalanan menuju rumah Hyorin.
Cast :
Shin Hyo Rin
Kim Hyun Joong
Kim Hyung Joon
Lee Yoo Hee
Cameo :
Kang Hea In
Park Dae Jia
Kim Ryeowook
Cho Kyuhyun
Paris Hilton
-Sungai Han-
“Jadilah Kekasihku!”
Hyo-rin sangat terkejut mendengar ucapan Hyung-joon. Sejenak dia tak bisa berkata apa-apa sampai akhirnya Hyung-joong melepas pelukannya.
“Dasar bodoh, apa yang aku lakukan?” Ucap Hyun-joong lebih kepada dirinya sendiri sambil menunduk. Kemudian dia kembali menatap Hyo-rin yang masih diam terpaku. “Lupakan perkataanku tadi, seharusnya aku tidak mengucapkan itu.”
“Hyung-joon, aku—“
“Kau kekasih kakakku, harusnya aku menghormati itu dan tidak menjelekkannya didepanmu, maafkan aku..”
“Tidak apa-apa.” Hyo-rin masih sedikit terkejut dengan pengakuan Hyung-joon kepadanya. Dia tidak menyangka bahwa adik kekasihnya itu memintanya untuk menjadi kekasihnya. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah Hyung-joon benar-benar mencintainya.
“Tapi asal kau tau, aku serius mengharapkan kau menjadi kekasihku karena aku benar-benar mencintaimu.” Hyung-joon melanjutkan perkataannya. “Aku ingin kau menerima ini..”
Itu adalah cincin yang berhiaskan permata berbentuk bintang yang dulu pernah dibeli Hyung-joon atas rekomendasi Hyo-rin. Cincin itu dulunya akan diberikan Hyung-joon pada kekasihnya. Tetapi karena hubungan mereka berakhir Hyung-joon mengurungkan niatnya itu.
“Ini kan...cincin yang kau beli bersamaku saat itu..” Hyo-rin menerima cincin itu dari tangan Hyung-joon. Sejenak dia memperhatikannya. ‘Cincin ini sangat indah’ batin Hyo-rin.
“Kalau kau juga punya perasaan yang sama padaku, pakailah cincin ini saat upacara kelulusan kita bulan depan. Saat aku melihatmu memakai cincin itu, aku anggap kau bersedia menjadi kekasihku.”
“Aku tidak yakin..” ucap Hyo-rin ragu.
“Pikirkanlah dulu, aku tidak buru-buru. Aku akan menunggumu..” Hyorin hanya menatap Hyung-joon heran, dia benar-benar tidak mengerti pikiran namja didepannya itu. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.” Lanjut Hyung-joon.
“Yah, baiklah.” Mereka berdua kemudian menuju ke tempat dimana motor Hyung-joon diparkir dan segera saja motor itu melaju dijalanan menuju rumah Hyorin.
F A T E - Chap 3 - Super Junior Fanfiction -
CHAPTER 3
Ringkasan Chapter sebelumnya ::
Ye-sung memulai hidup barunya bersama "Jodoh" yang terpaksa diterimanya untuk tinggal bersamanya, sang penyihir muda berbakat, Juny Killarney. Ditakut-takuti oleh beragam ilusi yang dihasilkan tongkat sihir Juny, membuat idola satu itu tak berkutik terhadap semua keinginan Juny. termasuk, harus menjauhi Yoo-na, member SNSD yang diam-diam ditaksir Ye-sung.
Bagaimana kelanjutan kehidupan baru Ye-sung dan Juny, juga tetangga serta fan Ye-sung, Kim Hae-sa yang tergila-gila pada pria itu, dan sahabatnya, Karin Lee, yang tanpa sengaja memotret kemesraan Taec-yeon 2PM bersama Jessica SNSD?
- Apartemen Ye-sung / Kim Jong-woon -
Seminggu sudah berlalu sejak “penjajahan” yang dilakukan Juny terhadap rumah dan hidup Ye-sung yang “malang”. Semenjak itu pula, ke mana pun Ye-sung pergi, dan di mana pun Ye-sung berada, selalu ada sesosok gadis asing bergaya gothic—lengkap dengan sapu andalannya—berkeliaran di sekitar idola satu itu.
Apa Ye-sung sebal? Apa Ye-sung Terganggu? Apa Ye-sung ingin kabur dari Juny? Oh, ya, itu sudah pasti. Tapi hal-hal tersebut tidak sebanding dengan rasa takut Ye-sung terhadap ancaman tongkat sihir sakti Juny. Jadi, begitulah, kehidupan “horor-romantis” seorang Kim Jong-woon aka Ye-sung, terus berlanjut…
“Ugh…” keluh Juny saat keluar dari mobil Ye-sung.
“Ada apa?” tanya Ye-sung. Bukan karena ia khawatir, tapi sepanjang perjalanan Ye-sung heran melihat sikap kalem Juny yang tak biasa. Bukan berarti Juny banyak bicara selama seminggu mereka tinggal bersama, tetapi biasanya sikap diam Juny diselubungi kabut tebal aura seramnya, sedangkan selama perjalanan dari kantor SM Entertainment hingga akhirnya sampai di sini, Juny secara mengajaibkan terlihat “tak berbahaya”, dan bahkan justru terlihat lemah.
Juny tak menjawab. Ia merasa sangat pusing dan mual. Diambilnya sapu terbangnya dari jok belakang Hyundai Tucson merah garnet milik Ye-sung, lalu berjalan cepat, tak sabar ingin segera sampai di apartemen Ye-sung.Namun rupanya Juny tak kuasa menahan mualnya lebih lama lagi. Di depan sebuah Mercedes Benz hitam mengkilat—yang entah siapa—Juny memuntahkan makan siangnya.
“Ya Tuhan!” seru Ye-sung ngeri saat melihat muntahan Juny mengotori mobil mahal tersebut. Buru-buru dihampirinya gadis itu. “Kenapa kau muntah di sini?” omelnya.
Dengan latar kulit pucatnya—yang semakin pucat—mata hitam besar Juny yang menyorot tajam terlihat semakin menyeramkan ketika mendelik sewot ke arah Ye-sung. Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, sebuah sapu tangan sutra berwarna perak yang bersulam inisial Juny—JK—muncul di tangan gadis itu, dan dipakainya untuk mengelap bibirnya.
“Benda itu,” kata Juny dengan suara yang tak setajam dan selantang biasanya, sambil menunjuk mobil Ye-sung. “Yang kalian manusia biasa sebut mobillah, yang membuatku seperti ini! Semenjak naik mobilmu, aku merasa pusing dan mual—“ Juny terdiam ketika melihat gerakan bibir Ye-sung yang mencurigakan. “Apa?”
Tak dapat menahannya lagi, Ye-sung tertawa terbahak-bahak. “Maaf, maaf, aku…” belum selesai kalimatnya, Ye-sung kembali terbahak-bahak lagi hingga meneteskan air mata. “…kau… kau mabuk? Kau belum pernah naik mobil sebelumnya? Di jaman semodern ini? sama sekali?” Dan lagi-lagi, tawa Ye-sung meledak dengan menyebalkannya.
Wajah Juny merona malu. Yang paling dibenci Juny adalah kekalahan. Tapi yang paling membuatnya murka adalah dipermalukan. Dan itulah yang dilakukan Ye-sung saat ini. Dikeluarkannya tongkat sihir dari saku tersembunyi gaun hitam-peraknya, lalu tanpa basa-basi menodongkannya tepat di depan hidung Ye-sung, yang dengan mujarabnya langsung menghilangkan tawa dan selera humor pria itu.
“Apa aku terlihat lucu hingga pantas ditertawakan?” tanya Juny dengan kelembutan palsu.
“Tidak,” jawab Ye-sung langsung sambil menggeleng tegas dan serius. “Kau… terlihat cantik, dengan… dengan rambut… emm, semacam itu, dan gaun mekar itu… eh… juga sapumu…” rayunya dengan menyedihkan—berharap itu cukup untuk meredakan kemarahan Juny. Yeah, yang benar saja.
Tongkat sihir Juny menekan pelan hidung Ye-sung, membuat mata pria itu juling karena tatapannya yang terpaku pada ujung tongkat sihir di hidungnya.
“Tak heran kau terus melajang dan tidak dihiraukan si gadis kurus kering yang kau puja itu, bila begini caramu menggombal,” hina Juny, memaksudkan Yoo-na yang ditemuinya di kali pertama ia menginjakkan kaki di SM Entertainment seminggu lalu.
Yesung yang tersinggung karena Yoo-na-nya yang cantik sempurna dibawa-bawa dalam pembicaraan—dan dihina oleh gadis aneh dari alam lain di hadapannya ini—menggeram marah. “Kau tidak boleh—“
“Kak Ye-suuuuunnnggg!!!”
Belum sempat Ye-sung maupun Juny bereaksi terhadap seruan tersebut, si pemilik suara, bocah laki-laki berusia sekitar 8 tahun, berlari menubruk tubuh Ye-sung, kemudian memeluknya.
“Ji-hae!” teriak Kim Hae-sa memanggil adiknya. Karena membawa tas-tas plastic belanjaan, ia kesulitan mengejar Ji-hae yang nakal. Hae-sa nyaris mengomeli Ji-hae, tetapi diurungkannya niatnya begitu melihat dengan siapa adiknya berada. “Eh, kak Ye-sung,” ucapnya malu-malu sambil merapikan rambut panjangnya.
“Eh, hai,” sapa Ye-sung. Ketika disadarinya Juny masih belum juga menyingkirkan tongkat sihir dari hidungnya, buru-buru Ye-sung menepisnya.
“Kak Ye-sung, teman-teman sekelasku tak ada yang percaya padaku ketika ku katakan aku bertetangga denganmu,” adu Ji-hae.
“Benarkah?” Ye-sung tak tahu lagi harus berkomentar apa karena tegang. Belum pernah selama seminggu ini dirinya dan Juny terlihat berkeliaran bersama di sekitar apartemennya. Ia tak ingin orang-orang mulai curiga.
“Ji-hae, jangan ganggu kak Ye-sung,” Hae-sa pura-pura menasehati adiknya, walau pada kenyataannya ia sendiri pun sedikit demi sedikit semakin mendekati Ye-sung.
Ji-hae mengeluarkan ponsel khusus anak-anak dari saku celana pendek kotak-kotak birunya. “Apa aku boleh berfoto denganmu? Agar teman-temanku tak menuduhku pembohong?”
Ye-sung melirik cepat ke arah Juny yang walau masih terlihat kesal, namun terlalu mabuk untuk tetap menjaga kesangaran wajahnya. “Baiklah, ayo,” Ye-sung menyetujui dengan cepat, agar bisa cepat pergi dari tempat itu.
Ringkasan Chapter sebelumnya ::
Ye-sung memulai hidup barunya bersama "Jodoh" yang terpaksa diterimanya untuk tinggal bersamanya, sang penyihir muda berbakat, Juny Killarney. Ditakut-takuti oleh beragam ilusi yang dihasilkan tongkat sihir Juny, membuat idola satu itu tak berkutik terhadap semua keinginan Juny. termasuk, harus menjauhi Yoo-na, member SNSD yang diam-diam ditaksir Ye-sung.
Bagaimana kelanjutan kehidupan baru Ye-sung dan Juny, juga tetangga serta fan Ye-sung, Kim Hae-sa yang tergila-gila pada pria itu, dan sahabatnya, Karin Lee, yang tanpa sengaja memotret kemesraan Taec-yeon 2PM bersama Jessica SNSD?
- Apartemen Ye-sung / Kim Jong-woon -
Seminggu sudah berlalu sejak “penjajahan” yang dilakukan Juny terhadap rumah dan hidup Ye-sung yang “malang”. Semenjak itu pula, ke mana pun Ye-sung pergi, dan di mana pun Ye-sung berada, selalu ada sesosok gadis asing bergaya gothic—lengkap dengan sapu andalannya—berkeliaran di sekitar idola satu itu.
Apa Ye-sung sebal? Apa Ye-sung Terganggu? Apa Ye-sung ingin kabur dari Juny? Oh, ya, itu sudah pasti. Tapi hal-hal tersebut tidak sebanding dengan rasa takut Ye-sung terhadap ancaman tongkat sihir sakti Juny. Jadi, begitulah, kehidupan “horor-romantis” seorang Kim Jong-woon aka Ye-sung, terus berlanjut…
“Ugh…” keluh Juny saat keluar dari mobil Ye-sung.
“Ada apa?” tanya Ye-sung. Bukan karena ia khawatir, tapi sepanjang perjalanan Ye-sung heran melihat sikap kalem Juny yang tak biasa. Bukan berarti Juny banyak bicara selama seminggu mereka tinggal bersama, tetapi biasanya sikap diam Juny diselubungi kabut tebal aura seramnya, sedangkan selama perjalanan dari kantor SM Entertainment hingga akhirnya sampai di sini, Juny secara mengajaibkan terlihat “tak berbahaya”, dan bahkan justru terlihat lemah.
Juny tak menjawab. Ia merasa sangat pusing dan mual. Diambilnya sapu terbangnya dari jok belakang Hyundai Tucson merah garnet milik Ye-sung, lalu berjalan cepat, tak sabar ingin segera sampai di apartemen Ye-sung.Namun rupanya Juny tak kuasa menahan mualnya lebih lama lagi. Di depan sebuah Mercedes Benz hitam mengkilat—yang entah siapa—Juny memuntahkan makan siangnya.
“Ya Tuhan!” seru Ye-sung ngeri saat melihat muntahan Juny mengotori mobil mahal tersebut. Buru-buru dihampirinya gadis itu. “Kenapa kau muntah di sini?” omelnya.
Dengan latar kulit pucatnya—yang semakin pucat—mata hitam besar Juny yang menyorot tajam terlihat semakin menyeramkan ketika mendelik sewot ke arah Ye-sung. Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, sebuah sapu tangan sutra berwarna perak yang bersulam inisial Juny—JK—muncul di tangan gadis itu, dan dipakainya untuk mengelap bibirnya.
“Benda itu,” kata Juny dengan suara yang tak setajam dan selantang biasanya, sambil menunjuk mobil Ye-sung. “Yang kalian manusia biasa sebut mobillah, yang membuatku seperti ini! Semenjak naik mobilmu, aku merasa pusing dan mual—“ Juny terdiam ketika melihat gerakan bibir Ye-sung yang mencurigakan. “Apa?”
Tak dapat menahannya lagi, Ye-sung tertawa terbahak-bahak. “Maaf, maaf, aku…” belum selesai kalimatnya, Ye-sung kembali terbahak-bahak lagi hingga meneteskan air mata. “…kau… kau mabuk? Kau belum pernah naik mobil sebelumnya? Di jaman semodern ini? sama sekali?” Dan lagi-lagi, tawa Ye-sung meledak dengan menyebalkannya.
Wajah Juny merona malu. Yang paling dibenci Juny adalah kekalahan. Tapi yang paling membuatnya murka adalah dipermalukan. Dan itulah yang dilakukan Ye-sung saat ini. Dikeluarkannya tongkat sihir dari saku tersembunyi gaun hitam-peraknya, lalu tanpa basa-basi menodongkannya tepat di depan hidung Ye-sung, yang dengan mujarabnya langsung menghilangkan tawa dan selera humor pria itu.
“Apa aku terlihat lucu hingga pantas ditertawakan?” tanya Juny dengan kelembutan palsu.
“Tidak,” jawab Ye-sung langsung sambil menggeleng tegas dan serius. “Kau… terlihat cantik, dengan… dengan rambut… emm, semacam itu, dan gaun mekar itu… eh… juga sapumu…” rayunya dengan menyedihkan—berharap itu cukup untuk meredakan kemarahan Juny. Yeah, yang benar saja.
Tongkat sihir Juny menekan pelan hidung Ye-sung, membuat mata pria itu juling karena tatapannya yang terpaku pada ujung tongkat sihir di hidungnya.
“Tak heran kau terus melajang dan tidak dihiraukan si gadis kurus kering yang kau puja itu, bila begini caramu menggombal,” hina Juny, memaksudkan Yoo-na yang ditemuinya di kali pertama ia menginjakkan kaki di SM Entertainment seminggu lalu.
Yesung yang tersinggung karena Yoo-na-nya yang cantik sempurna dibawa-bawa dalam pembicaraan—dan dihina oleh gadis aneh dari alam lain di hadapannya ini—menggeram marah. “Kau tidak boleh—“
“Kak Ye-suuuuunnnggg!!!”
Belum sempat Ye-sung maupun Juny bereaksi terhadap seruan tersebut, si pemilik suara, bocah laki-laki berusia sekitar 8 tahun, berlari menubruk tubuh Ye-sung, kemudian memeluknya.
“Ji-hae!” teriak Kim Hae-sa memanggil adiknya. Karena membawa tas-tas plastic belanjaan, ia kesulitan mengejar Ji-hae yang nakal. Hae-sa nyaris mengomeli Ji-hae, tetapi diurungkannya niatnya begitu melihat dengan siapa adiknya berada. “Eh, kak Ye-sung,” ucapnya malu-malu sambil merapikan rambut panjangnya.
“Eh, hai,” sapa Ye-sung. Ketika disadarinya Juny masih belum juga menyingkirkan tongkat sihir dari hidungnya, buru-buru Ye-sung menepisnya.
“Kak Ye-sung, teman-teman sekelasku tak ada yang percaya padaku ketika ku katakan aku bertetangga denganmu,” adu Ji-hae.
“Benarkah?” Ye-sung tak tahu lagi harus berkomentar apa karena tegang. Belum pernah selama seminggu ini dirinya dan Juny terlihat berkeliaran bersama di sekitar apartemennya. Ia tak ingin orang-orang mulai curiga.
“Ji-hae, jangan ganggu kak Ye-sung,” Hae-sa pura-pura menasehati adiknya, walau pada kenyataannya ia sendiri pun sedikit demi sedikit semakin mendekati Ye-sung.
Ji-hae mengeluarkan ponsel khusus anak-anak dari saku celana pendek kotak-kotak birunya. “Apa aku boleh berfoto denganmu? Agar teman-temanku tak menuduhku pembohong?”
Ye-sung melirik cepat ke arah Juny yang walau masih terlihat kesal, namun terlalu mabuk untuk tetap menjaga kesangaran wajahnya. “Baiklah, ayo,” Ye-sung menyetujui dengan cepat, agar bisa cepat pergi dari tempat itu.
Label:
Fanfiction,
Super junior,
Taecyeon,
TBC,
Yesung
I‘M SORRY I LOVE HIM -Chap 3-
-Chapter 3-
Cast :
Shin Hyo Rin
Kim Hyun Joong
Kim Hyung Joon
Lee Yoo Hee
Cameo :
All Member of Super Junior
-Shin Hyo-rin, Rumah Keluarga Shin, Kamar Hyo-rin-
“Apa kau masih merasa sedih mengenai kakakku? Mungkin dia benar-benar sedang sibuk saat ini hingga tak sempat menghubungimu. Dia bahkan belum menelpon lagi ke rumah sejak seminggu yang lalu.. ” Kata-kata Hyung-joon di kampus tadi masih berputar-putar dikepalaku.
Arrrgghhh!!! Hubungan jarak jauh ini benar-benar membunuhku!!!
Sudah hampir 2 tahun Kak Hyun-joong pergi ke Inggris untuk bekerja. Dan sudah beberapa bulan ini dia jarang menghubungiku. Padahal saat awal-awal disana, hampir tiap hari dia tak pernah absen menelponku atau hanya sekedar mengirimiku pesan singkat. ‘Apa-apaan ini?’ Aku membatin sambil terus meninju boneka kucing berukuran besar hadiah ulang tahunku lalu yang dia kirimkan dari Inggris.
“ Kalau kau tak suka lagi pada boneka itu, lebih baik kau berikan padaku saja.” Kata Yoo-hee santai sambil melangkah memasuki kamarku. “Daripada terus-menerus ditinju seperti itu.”
“Kapan kau datang?” Aku menyahutinya dengan lemah tanpa memandang ke arah sahabatku itu. Aku benar-benar frustasi, bahkan aku lupa untuk terkejut sebagaimana biasanya ketika Yoo-hee muncul tiba-tiba.
“Baru saja.” Yoo-hee kemudian ikut duduk diranjangku. “Kau benar-benar menyedihkan Hyo-rin.” Aku hanya diam dan tak menanggapi ucapannya.
“ Apa itu di leher si Momo?” Lanjutnya. Momo adalah nama boneka kucingku.”Bukankah itu kalung berbandul kunci yang diberikan Kak Hyun-joong padamu?”
“Iya..” Jawabku lemah.
“Kenapa kau pakaikan disitu?”
“Tidak apa-apa..” Aku berhenti sejenak. “Kalau begini terus, aku akan benar-benar selingkuh dengan adiknya.”
Pletak! Tiba-tiba saja Yoo-hee menjitak kepalaku.
Cast :
Shin Hyo Rin
Kim Hyun Joong
Kim Hyung Joon
Lee Yoo Hee
Cameo :
All Member of Super Junior
-Shin Hyo-rin, Rumah Keluarga Shin, Kamar Hyo-rin-
“Apa kau masih merasa sedih mengenai kakakku? Mungkin dia benar-benar sedang sibuk saat ini hingga tak sempat menghubungimu. Dia bahkan belum menelpon lagi ke rumah sejak seminggu yang lalu.. ” Kata-kata Hyung-joon di kampus tadi masih berputar-putar dikepalaku.
Arrrgghhh!!! Hubungan jarak jauh ini benar-benar membunuhku!!!
Sudah hampir 2 tahun Kak Hyun-joong pergi ke Inggris untuk bekerja. Dan sudah beberapa bulan ini dia jarang menghubungiku. Padahal saat awal-awal disana, hampir tiap hari dia tak pernah absen menelponku atau hanya sekedar mengirimiku pesan singkat. ‘Apa-apaan ini?’ Aku membatin sambil terus meninju boneka kucing berukuran besar hadiah ulang tahunku lalu yang dia kirimkan dari Inggris.
“ Kalau kau tak suka lagi pada boneka itu, lebih baik kau berikan padaku saja.” Kata Yoo-hee santai sambil melangkah memasuki kamarku. “Daripada terus-menerus ditinju seperti itu.”
“Kapan kau datang?” Aku menyahutinya dengan lemah tanpa memandang ke arah sahabatku itu. Aku benar-benar frustasi, bahkan aku lupa untuk terkejut sebagaimana biasanya ketika Yoo-hee muncul tiba-tiba.
“Baru saja.” Yoo-hee kemudian ikut duduk diranjangku. “Kau benar-benar menyedihkan Hyo-rin.” Aku hanya diam dan tak menanggapi ucapannya.
“ Apa itu di leher si Momo?” Lanjutnya. Momo adalah nama boneka kucingku.”Bukankah itu kalung berbandul kunci yang diberikan Kak Hyun-joong padamu?”
“Iya..” Jawabku lemah.
“Kenapa kau pakaikan disitu?”
“Tidak apa-apa..” Aku berhenti sejenak. “Kalau begini terus, aku akan benar-benar selingkuh dengan adiknya.”
Pletak! Tiba-tiba saja Yoo-hee menjitak kepalaku.
Langganan:
Postingan (Atom)