Chapter 9
-Seoul Medical Centre-
Karena aku tak ingin kehilanganmu!
Kata-kata itu terus saja bercokol di benak Hea-in. Ia sempat terpaku selama beberapa saat, setelah mendengar Taec-yeon berkata begitu, masih juga terasa olehnya bagaimana jantungnya berdetak liar karena mendengarnya. Walaupun ia akhirnya bisa mengendalikan diri dan bersikap seolah kata-kata Taec-yeon itu sama sekali tidak mengganggunya. Dia pasti sedang mencoba mempermainkan aku lagi, pikir Hea-in. Tapi, bila mengingat ekspresi serius yang diperlihatkan Taec-yeon kala mengatakannya, membuat Hea-in ragu.
“Kak, aku haus!” Hyo-jin tiba-tiba terbangun dan merengek membuat Hea-in menghentikan pikiran-pikiran tentang Taec-yeon yang sedang mengganggunya.
Ia beranjak mengambil botol air minum di atas lemari besi di sebelah tempat tidur Hyo-jin dan menyodorkannya pada adiknya itu. “Bagaimana keadaanmu? Apa sendimu masih terasa nyeri?” Hea-in bertanya pada adiknya.
Hyo-jin menggeleng, “Kau sedang tak enak badan kak?” Hyo-jin balas bertanya seraya memperhatikan ekspresi wajah Hea-in yang terlihat letih.
“Tidak, aku baik-baik saja,” elak Hea-in sembari menggeleng.
“Maafkan aku kak, gara-gara aku sakit. Kau jadi tak bisa istirahat,” gumam Hyo-jin merasa bersalah.
“Astaga! Hyo-jin...kenapa kau bicara begitu?” Hea-in menepuk-nepuk lengan adiknya lembut. “Tidurlah! Tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” tambah Hea-in menenangkan. Saat ini, Hea-in sendirian menjaga Hyo-jin, karena Hyo-hee harus kembali ke Mokpo untuk mengikuti ujian kelulusan di sekolahnya.
Beberapa menit kemudian, ponsel Hea-in berdering. Ada sebuah pesan masuk.
To: Hea-in
Sepenting apakah urusan pekerjaan itu hingga melibatkan kedua orang tua Kak Taec-yeon? :D
Sender: Dae-jia
Hea-in membelalakkan matanya membaca pesan dari Dae-jia. Ya Tuhan, bagaimana ini?, batin Hea-in resah.