Chapter 5
-Park Dae-jia, Kamar Dae-jia-
.................
“Dia adikmu!”
Rupanya, nasib buruk masih belum berhenti menimpanya. Setelah mantan kekasihnya, Jong-hyun pergi meninggalkannya, begitu pertunangan itu dibatalkan. Kini, Mae-ri harus menerima kenyataan bahwa Ayahnya berselingkuh dan memiliki anak dengan wanita lain, yang itu artinya dirinya memiliki seorang adik yang sejak dulu sangat diinginkannya untuk dimiliki, tapi dalam konteks yang berbeda. Mae-ri sangat terpukul menghadapi semua masalah yang menimpanya saat ini. Pikirannya berkecamuk dengan rasa bersalah terhadap Jong-hyun. Mungkinkah semua ini adalah karma yang diberikan Tuhan karena dirinya telah menyakiti mantan kekasihnya itu dengan tidur bersama kakak kandungnya sendiri, Young-jun? Tapi entah mengapa ia tak pernah bisa melupakan pria bernama Young-jun itu. Pria yang telah membuatnya berantakan seperti ini.
Tanganku secara refleks berhenti mengetik, saat kurasakan pikiranku buntu, dua kalimat terakhir pun sudah berulang kali kuhapus tapi seolah hatiku memprotes, aku kembali mengetik kata-kata itu. Hah....
Yeah, aku akhirnya memutuskan untuk menuliskan kisah hidupku ini menjadi sebuah Novel. Dua Minggu yang lalu, Chae-kyung temanku di Kyung-hee memperkenalkan aku dengan saudara sepupunya yang kebetulan saat ini bekerja sebagai editor di sebuah penerbit. Tentu saja, aku senang karena hal itu akan memudahkan jalanku dalam meraih impianku menjadi seorang novelis. Terlebih saat Nona Lee Yoo-hee, sang editor, mau mempertimbangkan karyaku setelah sebelumnya membaca novel-novelku yang gagal diterbitkan. ‘Kau sangat berbakat Dae-jia, caramu menyampaikan sebuah cerita pun sangat menarik, narasi-narasi yang kau buat juga sudah cukup menggambarkan jalan cerita yang kau buat. Hanya satu yang kurang dari novel ini, yakni konflik yang kurang kuat, itu saja. Kuharap kau dapat membuat cerita yang lebih menarik dari ini’ begitu komentarnya saat itu.
Lantunan sendu dari J dengan lagu Just Ten Day-nya membuatku tersentak dari lamunan. Kuraih ponsel yang kuletakkan di sebelah laptopku itu. Nomor tak dikenal? Siapa? “Hallo!” sapaku, sembari berharap ini bukan telepon dari...